Tapi ekspektasi Anies Baswedan terhadap sebuah sistem e-Budgeting perlu diapresiasi, apa lagi dia mau upgrade sistem yang ada sekarang ini agar lebih smart.
Memang pemahaman tentang Smart atau tidaknya sebuah sistem, bagi setiap orang pasti berbeda. Ternyata sistem e-Budgeting Pemprov DKI menurut Anies memang digital, tapi tidak smart.
Tentunya Anies punya ekspektasi yang tinggi tentang makna 'smart' diatas. Menurutnya, sistem yang sudah di program harus mampu mendeteksi kesalahan input lebih awal, supaya tahu kalau data yang di input salah.
Kesalahan input itu direspon sistem melalui sebuah indikator, misalnya Redlight-nya menyala, atau bisa juga ada bentuk warning lain untuk mengindikasikan adanya kesalahan input.
Padahal menurut Ahok, sistem e-Budgeting tersebut secara otomatis akan menolak jika ada kesalahan input, karena sudah di input harga satuan barang kedalam sistem program, begitu harga yang dimasukkan tidak sesuai, maka otomatis akan ditolak. Sayangnya sistem yang Ahok bilang nolaknya gak pakai tangan, jadi gak ketahuan ditolaknya.
Inilah yang menjadi perdebatan, dimana smart tidaknya sistem e-Budgeting Pemprov DKI Jakarta. Kalau saya membayangkan agar sistem itu dinilai lebih smart lagi, begitu ada kesalahan input, maka sistem langsung 'tangkap tangan' yang melakukan kesalahan.
Tapi pada kenyataannya, sistem tersebut cuma diam saja tidak bergerak, meskipun terjadi kesalahan input. Sistem pura-pura gak tahu ketika terjadi kesalahan input, maka wajar kalau sistem tersebut dianggap Anies tidak smart.
Kalau kita analogikan dengan CCTV, seharusnya sebagai sebuah alat untuk merekam sebuah peristiwa, CCTV bisa bertindak lebih cerdas, bukan cuma merekam peristiwa, tapi bisa juga menangkap orang yang ada didalam rekamannnya, itu baru cerdas namanya.
Sudah tahu dalam rekamannnya ada orang yang sedang mencuri, tapi CCTV-nya diam aja kayak orang bego, ngapain kek, turun kek, Uber itu pencurinya, bukan cuma diam melongo aja. Jadi CCTV juga terkesan tidak smart ya.
Mestinya sistem e-Budgeting, ketika terjadi salah input kasih reaksi yang cerdas dong, supaya tidak dibilang tidak smart, salah satu reaksinya tangkap tangan yang salah meng-input datanya, atau sekalian aja ditampol, kan asyik jadi ketahuan siapa yang Salah meng-input datanya.
Itu ekspektasi saya terhadap kecerdasan sistem e-Budgeting. Jadi bukan cuma memberikan indikator lewat Redlight-nya, tapi juga ada reaksi secara fisik, supaya benar-benar smart dan tidak bodoh diam di tempat.
Tapi ekspektasi Anies Baswedan terhadap sebuah sistem e-Budgeting perlu diapresiasi, apa lagi dia mau upgrade sistem yang ada sekarang ini agar lebih smart. Saya sih berharap Anies mau menampung ide saya diatas, agar sistemnya lebih smart dan canggih, bahkan tidak dimiliki oleh negara lain.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews