Saya pribadi sih berharap, UI hanya menunda pemberian gelar profesor kepada Ade, sampai ia benar-benar menjaga sikapnya di dunia nyata maupun di dunia maya.
Sesungguhnya ga ada yang larang mau benci setengah mati atau mau cinta separuh nafas kepada Anies Baswedan, itu cuma pilihan. Tetapi tetaplah saya mau mengobarkan kalimat; "cintalah dengan bijak, benci pulalah dengan bijak".
Cinta yang berlebihan akan menutup kelemahan orang yang kamu cintai. Sebaliknya, benci yang berlebihan akan menutup kelebihan orang yang kamu benci itu. Padahal seperti kamu juga, pada orang lain ada plus-minusnya juga, ga mungkin minus-minus, apalagi plus-plus (jadi mirip panti pijet).
Jadi alangkah terkejutnya saya tatkala Ade Armando, dosen UI yang beberapa waktu lalu berharap menjadi guru besar agar gelar profesor tersemat di depan namanya, mengunggah sebuah foto gubernur DK Jakarta dengan tampilan Joker.
Terkejut bukan karena itu merupakan penghinaan, tetapi juga sudah "ad hominem" tingkat tinggi, meski konteksnya tidak sedang berdebat. Debatlah pikirannya, kebijakannya, bukan menghina tampilannya. Jadi kalau ada reaksi di mana seorang Fahira Idris melaporkan Ade ke polisi, itu karena ada aksi Ade sebelumnya.
Ade sendiri sejauh yang saya baca tidak gentar dipanggil polisi (padahal namanya Ade Armando 'kan ya) dan akan menghadapinya dengan gentleman. Ia merasa apa yang ia unggah di Facebook tentang Anies dan kinerjanya yang cekak, minus prestasi, adalah sebuah kenyataan tak terbantahkan.
Jangan-jangan Ade memang sengaja memancing reaksi agar dirinya diperkarakan, biar semua fakta yang ia punya dibuka di pengadilan. Kecuali Fahira Idris yang kadung dikelompokkan ke dalam "kadrun", konon Anies pun ogah memperkarakan Ade di muka hukum. Takut topeng Joker-nya yang menutupi wajahnya terbongkar. Barangkali...
Sebagai pelajaran bermedsos, sebenci apapun, tetaplah harus terukur. Mencoret-coret wajah Anies Baswedan dengan seragam kebesarannya selaku gubernur DKI Jakarta, meski meme itu bukan bikinan Ade, itu 100 persen tindakan tidak terpuji. Tidak seharusnya pula dilakukan oleh seorang dosen seperti Ade yang selayaknya memberi teladan.
Biar dianggap gagah di mata pendukung dan pengikutnya, itu boleh-boleh saja, tetapi sopan-santun tetap harus dijaga, Bro, sopan santun berinternet. Kalau kinerja Anies jeblok dan minus prestasi, 'kan ada penilainya, bukan menghina-dina wajah Anies sedemikian rupa.
Kalau APBD-nya amburadul karena menggunakan mata anggaran secara semena-mena, 'kan juga ada yang memberinya hukuman atau peringatan, tetapi bukan merendahkan seseorang lewat penggambaran sosok Joker.
Saya pribadi sih berharap, UI hanya menunda pemberian gelar profesor kepada Ade, sampai ia benar-benar menjaga sikapnya di dunia nyata maupun di dunia maya.
Lho kok bisa? Ya kan kita juga butuh orang-orang pemberani seperti Ade yang bersedia mengungkap kebenaran tentang Anies dan kinerjanya menurut versinya. Belum tentu orang lain seberani Ade loh...
Kalau kamu? Butuh Ade atau butuh aku?
#PepihNugraha
***
Tulisan sebelumnya: Sketsa Harian [35] Fischer Random Chess Alias Catur Acak
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews