Jangan-jangan, munculnya istilah penumpang gelap hanya karena tak ingin disebut latah, dengan menyebut istilah ‘kambing hitam’?
Apa itu penumpang gelap? Sebelum melanjutkan membaca lebih jauh tulisan ini, kita musti sepakat terlebih dulu. Apakah yang dimaksud penumpang gelap karena warna kulitnya gelap? Atau, ini tentang perjalanan malam tanpa penerangan?
Karena menurut Albert Einstein, “Kegelapan adalah ketidakadaan dari sesuatu. Kau bisa mendapatkan cahaya redup, cahaya normal, cahaya terang, cahaya yang berkedip-kedip. Tapi jika kau tidak mempunyai cahaya, kau tidak memiliki apapun. Dan itu disebut kegelapan, bukan? Dalam realitas, kegelapan itu tidak ada. Jika ada, kau akan mampu membuat kegelapan semakin gelap bukan?”
Jadi, kalau ada politikus yang mengatakan di partainya, di garis politiknya, ada penumpang gelap, ia justeru sedang menerangkan apa yang hendak digelapkan! Kenapa? Karena dalam realitas, dunia kenyataan, kegelapan itu tak ada bukan?
Kalau misal ada kegelapan di dunia ini, kau akan mampu membuat gelap menjadi lebih gelap lagi. Tapi lantaran kegelapan itu tak ada, maka logikanya, kau tak bisa membuat gelap semakin gelap. Justeru sebaliknya.
Kalau kau mengatakan ada penumpang gelap, tapi kau sendiri tak mau menjelaskan, siapa penumpang gelap itu, kau menerangkan dengan jelas; Bahwa kau memang bagian dari kegelapan itu. Padahal, gelap itu menurut (lagi-lagi) Einstein, tidak ada. Jadi, apakah kau bagian yang tidak ada itu, dan kemudian diada-adakan?
Banyak di negeri kita ini yang sebenarnya diada-adakan. Tidak ada partai politik, tapi diada-adakan dengan nama Partai Politik Demokrat, Partai Politik Gerindra, Partai Politik Perindo, dan nama-nama yang lain, yang memperlakukan partai politik sebagai PT atau perusahaan keluarga.
Padahal di situ yang ada cuma SBY, Prabowo, Hari Tanoe, dan nama-nama lain. Itu pun, kalau memakai teori Einstein, jangan-jangan juga cuma karena diada-adakan? Karena, kalau mereka tak punya cahaya, tak memiliki (nilai) apapun, itu yang disebut kegelapan bukan?
Kegelapan adalah ketiadaan sesuatu, demikian teori Einstein. Tapi bukankah mereka bisa mendapatkan yang namanya cahaya redup, cahaya normal, cahaya kedip-kedip? Entah itu berasal dari duit mereka, yang bisa bikin media, stasiun televisi, partai politik, atau membayar experties untuk mengatakan bahwa kamu ada?
Nah, sampai di sini, kembali lagi kita menagih; Lantas apa itu penumpang gelap? Justeru menjadi semakin nggak jelas. Kecuali sekedar menjelaskan, bahwa yang menyebut-nyebut penumpang gelap, sebenarnya adalah dirinya sendiri. Karena dia tidak tahu sedang melakukan apa dan di mana.
Atau, jangan-jangan, munculnya istilah penumpang gelap hanya karena tak ingin disebut latah, dengan menyebut istilah ‘kambing hitam’? Karena kerancuan berpikir, melihat kambing berwarna hitam di dalam angkutannya, terus kemudian disebutnya penumpang gelap? Maka kemudian beberapa kambing hitam kemarin disembelih untuk dikurbankan?
Itulah dalam 'Nyanyian Tambur Jalan', Leo Kristi menyebutnya, “Tuding-menuding dalam lingkaran komedi badut-badut!”
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews