Pada era ini di mana politik justru di bawah kendali media yang mampu menangkap dan membingkai politik, perdebatan politik di acara-acara talk show TV lebih mirip infotaintment.
Tidak hanya politisi, yang memang punya talenta itu, pengamat dan ilmuwan juga kini bisa berperan jadi badut dalam "drama" yang dikemas produser TV lewat acara-acara talk show.
Tapi ini bukan iklan politik, ini bagian dari apa yang oleh Manuel Castells disebut politik panggung atau politik pertunjukan ("Show Politics"). Di situ diskusi-diskusi politik lebih mirip infotaintment!
Dulu, dalam perspektif lama teori komunikasi model Erving Goffman, media masih dipahami hanya sebagai instrumen, khususnya untuk political marketing.
Dan pemasaran politik lewat media memang telah berhasil menciptakan panggung bagi dramaturgi politik.
Goffman membedakan front stage dan back stage, panggung depan dan belakang. Panggung depan buat para aktor berekspresi. Tapi justru di panggung belakang-lah seluruh akting atau ekspresi sang aktor diarahkan.
Di situ ada produser, penyandang dana, sponsor, sutradara, dan terakhir pengarah acara yang pintar bercuap-cuap.
Jadi, panggung drama hasil kolaborasi politik dan media!
Tapi di situ Goffman masih bicara dalam paradigma lama, ketika peran media masih dipahami sebatas sebagai instrumen, sebagai sarana pemasaran politik.
Perspektif Goffman di atas jelas sudah ketinggalan kereta.
Kini, media bukan lagi sekedar instrumen, sebaliknya justru media-lah yang menangkap (captured) politik dan membingkainya (framing), dan menjadikan dirinya ruang publik yang baru!
Paradigma baru ini bisa dibaca pada trilogi buku karya Manuel Castells, THE INFORMATION AGE: Economy, Society and Culture, khususnya Vol. 1: The Rise of Network Society.
Dalam abad informasi ini dengan ciri utama masyarakat jaringan (network society), kata Castells, politiknya juga bisa disebut "politik informasional". Dalam politik informasional ini, media dari instrumen berubah menjadi ruang politik utama.
Di sini bukan lagi politik menjadikan media sebagai instrumen, sebaliknya media-lah yang "menangkap" dan membingkai politik ("....the framing of politics by their capture in the space of the media").
Media kini bukan hanya maju secara teknologi, tapi juga sangat kuat secara finansial, dan yang terpenting kuat secara politik!
Kekuatan media ini terjadi di tengah fenomena merosotnya kepercayaan publik atas partai politik, sistem politik, dan keseluruhan bangunannya. Fenomena ini terjadi di banyak negara, termasuk Amerika Serikat.
Tetapi selain itu, Castells juga menunjukkan di Amerika (dan juga di tempat-tempat lain), politik informasional telah memperlihatkan juga karakter lainnya sebagai "politik panggung" atau "politik pertunjukan" (show politics) dengan segala konsekuensinya.
Pada era ini di mana politik justru di bawah kendali media yang mampu menangkap (captured) dan membingkai (framing) politik, maka perdebatan politik di acara-acara talk show TV lebih mirip infotaintment. Inilah ciri "show politics".
Dalam politik panggung atau politik pertunjukkan semacam ini yang mirip infotainment, kita bisa ikut memberikan apresiasi kepada para aktor yang telah diarahkan oleh media untuk menjadi, misalnya badut.
Dan sebagaimana setiap pertunjukan badut, apresiasi terbaik yang diharapkan dari para penonton adalah tertawa terbahak-bahak.
Kata dokter, "...tertawa itu sehat...!"
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews