Gara-gara Ini Parpol Koalisi Oposisi Mendadak Waras dan Bebas dari Setan Gundul

Selasa, 7 Mei 2019 | 11:27 WIB
0
578
Gara-gara Ini Parpol Koalisi Oposisi Mendadak Waras dan Bebas dari Setan Gundul
Prabowo Subianto dan para pengikutnya [Kompas.com]

Mari asumsikan cuitan Andi Arief tentang setan gundul di kubu Prabowo-Sandiaga benar adanya. Itu berarti banyak taktik dan propaganda irasional—demikian kata Andi Arief—berasal dari bisikan setan gundul, bukan hasil rembuk Gerindra, Demokrat, PAN, dan PKS.

Klaim kemenangan sepihak dan tudingan terhadap KPU mencurangi pemilu sehingga menguntungkan kubu petahana adalah wujud taktik dan propaganda irasional hasil bisikan setan gundul. Mula-mula para politisi PAN, PKS, dan PD ramai-ramai mengamini bahkan menjadi ujung tombak gelar taktik dan penyebaran propaganda tersebut.

Lantas mengapa kini tiba-tiba satu persatu beralih waras?

Mulanya Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menjumpai Presiden Joko Widodo. Lalu elit PKS penggagas kampanye #2019GantiPresiden Mardani Ali Sera mengharamkan tagar ciptaannya. Kemudian AHY menghadap Presiden Joko Widodo di istana negara, dan terakhir cuitan Andi Arief dan Benny Harman tentang keberadaan para setan gundul yang mengendalikan Prabowo Subianto.

Tindakan parpol-parpol sekutu Prabowo yang bertentangan dengan propaganda utama kecurangan pilpres adalah bukti pembangkangan parpol-parpol itu terhadap arahan setan gundul.

Tetapi mengapa baru sekarang?

Mudah menduganya. PAN, PKS, dan Partai Demokrat tampaknya telah berhasil mengumpulkan hampir seluruh salinan C1 dari saksi-saksi mereka.

Berdasarkan rekap internal atas Salinan C1 itu, mereka akhirnya yakin pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin memenangkan Pilpres 2019 dengan selisih suara 2 digit di atas Prabowo-Sandiaga.

Mengetahui kenyataan kemenangan Jokowi-Ma’ruf, parpol-parpol sekutu Prabowo-Sandiaga mulai menimbang opsi lain yang lebih menguntungkan: bergabung di dalam pemerintahan.

Mereka sadar, sudah sama sekali tak relevan terus berkoar-koar tentang kecurangan pilpres sebab C1 yang terkumpul dari saksi-saksi mereka sendiri sudah nyata-nyata menunjukkan Prabowo-Sandiaga tak punya peluang lagi menjadi Presiden-Wapres RI 2019-2024.

Kondisi ini tentunya berbeda dengan hari-hari awal pascapencoblosan. Saat itu PAN, PKS, dan Partai Demokrat mengamini taktik deklarasi klaim kemenangan dan propaganda pemilu dicurangi karena mereka belum mendapatkan informasi representatif tentang hasil pencoblosan.

Agar Om-Tante tahu, parpol-parpol itu (di kubu Prabowo-Sandi pun Jokowi-Ma’ruf) tidak mudah memperoleh dokumen Salinan C1.

Bukan karena penyelenggara pemilu tidak menyediakan atau menghalangi mereka memperolehnya. Penyebab kesulitan dan keterlambatan parpol-parpol mendapatkan dokumen penting itu adalah karena saksi-saksi dan para caleg yang ditugaskan mengurus itu mayoritas tidak menjalankan tanggungjawabnya.

Banyak caleg yang tidak mau lagi ambil pusing dengan urusan administrative pascapencoblosan sebab mereka sudah tahu kalah semenjak perhitungan suara di TPS. Untuk apa lagi repot-repot mengurusnya. Padahal para caleg itulah yang diberikan tanggungjawab mengkoordinasikan kerja-kerja saksi berdasarkan pembagian subteritori dalam dapilnya.

Marak pula kecenderungan saling sembunyikan C1 antara caleg-caleg di internal parpol. Kecenderungan saling menyembunyikan form C1 ini berkaitan dengan niat para caleg—dan kecurigaan terhadap competitor separpol—mengubah hasil perhitungan suara di TPS. Hal ini sulit dilakukan jika semua caleg separpol sudah tahu sama tahu hasil di tiap-tiap TPS.

Nah, setelah pleno di tingkat kecamatan usai, parpol-parpol bebas dari kondisi gelap data. Mereka kini memiliki pengetahuan lebih baik tentang kondisi riil perolehan suara, termasuk suara capres-cawapres.

Semenjak bebas dari kondisi gelap data ini, PAN, PKS, dan Partai Demokrat paham, Prabowo-Sandiaga sudah kalah. Mempertebal peluang lain, masuk ke kubu pemenang adalah langkah paling rasional.

Bahkan parpol-parpol yang sudah memilih jalan oposisi pun, selama memiliki niat baik menjaga demokrasi akan berpikir dan bertindak waras. Mereka sadar, tak gunanya lagi terus menggaungkan propaganda pemilu dicurangi.

Hanya satu pihak yang masih bertahan dengan taktik dan propaganda pemilu dicurangi. Mereka adalah pihak-pihak yang sejak awal sudah memutuskan dengan cara apapun Prabowo-Sandiaga harus menang.

Kelompok yang terakhir ini memang tak bisa diharapkan menjadi waras.***