Hallo semuanya, semoga semua pembaca artikel ini dalam keadaan sehat sentosa tidak kekurangan satu apapun.Pada tulisan kali ini saya sekedar ingin memberikan pandangan tentang demonstrasi mahasiswa pada tanggal 11 April lalu.Bahkan demonstrasi di beberapa tempat dilanjutkan pada tanggal 14 April.
Di negara demokrasi seperti Indonesia, sejujurnya apa yang dilakukan mahasiwa kemarin tidaklah salah.Tuntutannya juga tidak salah, yaitu menolak perpanjangan masa presiden dan juga menolak penundaan pemilu.Ini bagus banget, walaupun sedikit absurd ketika Presiden Joko Widodo dengan tegas telah mengumumkan bahwa pemilu tidak akan diundur, namun mahasiswa tetap berdemonstrasi dan secara spontan membuat tuntutan baru.Jokowi tidak niatan untuk lanjut tiga periode.Jokowi selalu tegas mengatakan, bahwa dia taat pada konstitusi.
Tapi okelah semua sudah terjadi.Tapi sebagai mantan mahasiswa yang sedikit banyak tahu perilaku mahasiswa, buat saya apa yang dilakukan mahasiswa dalam demonstrasi kemarin banyak yang harus dikoreksi.
Pertama, tentang penggunaan kalimat dan diksi-diksi yang menjurus pada seksualitas.Seperti "lebih baik bercinta tiga ronde dari pada tiga periode, cukup keperawanan yang sulit dicari jangan minyak goreng, dll." Jujur saya tidak tahu apa relevansinya kalimat-kalimat itu dengan substansi demo.Mungkin tujuannya untuk menarik perhatian, atau memberi sentilan-sentilan jenaka pada aksi demo, tapi itu hanya menunjukkan sempitnya referensi mahasiswa yang berdemo.
Terbukti banyak wanita yang akhirnya mengecam aksi para mahasiswi yang seperti merendahkan martabat wanita itu sendiri.Sedikit bercerita, zaman saya kuliah dulu saya suka mengobservasi perilaku mahasiswa.Dikampus saya dan beberapa kampus yang saya datangi di Bandung, saya suka secara iseng mampir ke perpustakaan kampus untuk melihat koleksi bukunya.Dan saya punya kesimpulan bahwa minat baca mahasiswa sangatlah rendah.Karena nyaris tidak ada aktivitas mahasiswa di perpustakaan.
Di kampus saya sendiri saya yakin 99 % mahasiswanya malas membaca.Termasuk mereka yang punya hobi berorganisasi.Hobi berorganisasi tapi malas mengisi amunisi dengan ilmu.Maka tak heran kalau atribut mahasiswa saat berdemonstrasi kemarin sangat mengecewakan.Bahkan banyak yang berdemonstrasi tujuannya hanya untuk bikin konten di tiktok.
Kedua, masih melanjutkan kritik di atas, bukan hanya slogan tertulis yang begitu porno, orasi-orasi mahasiswa yang berdemo juga sangat mengecewakan.Misalnya pemilihan diksi "Jokowi gagal urus bangsa." Setahu saya mahasiswa itu adalah kalangan akademik, jika suatu hari lulus, punya budi pekerti yang baik lalu mengabdi di masyarakat dia akan jadi cendekiawan.
Tapi dari orasi yang disampaikan tampak sekali mahasiswa tersebut kurang belajar.Saya tidak memukul rata,mungkin ada diantara pendemo adalah mahasiswa yang pembelajar, hanya saja dia tidak muncul sebagai orator.Ingatlah teman-teman, sebagai seorang yang akademik harusnya mahasiswa ketat dalam menilai, menyimpulkan,dan mengucapkan.
Indikator menilai Jokowi gagal apa ? Apa dasar risetnya, adakah analisa tertulisnya ? Dunia memang sedang tidak baik-baik saja.Kalau dunia tidak baik sedikit banyak itu akan berdampak pada kita.Karena kita sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia.Bukankah hal itu yang terjadi pada Amerika karena invasi Rusia di Ukraina.Joe Biden memberi sangsi dengan tidak mengimpor minyak dari Rusia, akhirnya inflasi di Amerika meningkat karena BBM menjadi langka.
Maka ke depan mahasiswa harus lebih ketat dalam berpikir, berargumen dan membuat penilaian.Agar organisasi kemahasiswaan juga jadi lebih berwibawa.
Ketiga, mengutip pernyataan filsuf abad ke 16 Rene Descartes (kalau saya tidak salah ingat) "Clearly and distinctly" berpikir tuntas tapi perpilah-pilah.Masih melanjutkan kritik sebelumnya, seorang mahasiswa seharusnya bisa berpikir dengan lebih luas.Itulah yang membedakannya dengan masyarakat biasa yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.Mahasiswa harus melihat, apa yang bagus dari pemerintahan, apa yang kurang dan bisa dikritik.
Semangat dan galak saja tidak cukup.Bukankah itu yang ditampilkan mahasiswa melalui perwakilannya di jalanan dan di televisi.Saat ini ada sebuah video beredar yang menampilkan perwakilan mahasiswa menyebut di masa orde baru ada kebebasan.Hal itu terekam dalam sebuah acara talkshow di televisi.Sampai saat ini video itu jadi bahan olok-olok, tak bisakah mahasiswa mengirimkan wakilnya yang lebih berwawasan? Atau memang itulah representasi dari seluruh mahasiswa yang berdemonstrasi kemarin ?
Keempat, saya suka heran kalau mahasiswa suka sekali merujuk demonstrasi tahun 1998 sebagai spirit yang mendasari aksi mereka.Keheranan saya tidak berhenti di saat mahasiswa merindukan orde baru seolah-olah mereka pernah hidup di masa itu.
Tak mesti sebenarnya mahasiswa hidup dan bergumul di masa itu untuk memberi mereka validasi berbicara tentang kehidupan di masa orde baru.Tapi setidaknya bacalah bagaimana hidup pada masa itu.Demonstrasi di tahun 1998 adalah demo setelah Soeharto menjadi presiden selama 32 tahun.Itu adalah demonstrasi puncak karena Soeharto sudah terlalu lama memimpin Indonesia.
Tapi tidak ada protes-protes individual yang akan aman.Banyak kisah orang dipenjara dan diculik karena memprotes pemerintahan.Saat ini bagaimana ? Bahkan banyak orang cari makan dengan modal mencaci maki pemerintah, tidak ditangkap tuh.Maka sangat aneh jika mahasiswa merindukan orde baru tapi di saat yang sama terinspirasi dari gerakan mahasiswa di tahun 1998.Itu kontradiktif.
Kelima, Apakah mahasiswa tidak tahu betapa mahal harga yang harus di bayar bangsa Indonesia saat demonstrasi tahun 1998 meledak.Marak penjarahan hingga pemerkosaan, yang korban ? Rakyat jugakan.Maka sekalipun demonstrasi terjadi di jalanan, demonstrasi itu harus tertib, tidak merusak fasilitas umum, dan bukan bersifat revolusioner dengan keputusan jalanan.
Demonstrasi adalah bentuk berkumpul, berserikat dan menyampaikan pendapat yang mendorong penyelesaian masalah lewat langkah-langkah konstitusional.Bukan mengabulkan tuntutan demonstrasi saat itu juga.
Keenam, mendorong pergantian presiden juga adalah tindakan inkonstitusional.Karena apa? Niatan itu sudah punya aksi, artinya sudah ada perbuatan disana.Niatan menghasut, niatan buat onar lewat demonstrasi tadi.Betul demonstrasi kemarin ditunggangi oknum yang bukan mahasiswa, tapi ada kok gerakan-gerakan dari mahasiswa yang ingin presiden mundur.Baik eksplisit ataupun implisit.
Demokrasi adalah kepemimpinan mayoritas dengan perlindungan pada minoritas.Itu kenapa mereka yang bukan pendukung pemerintahan sedari awal tetap dibiarkan menyampaikan pendapat.Demokrasi juga tidak mengenal personal power yang absolute.Kekuasaan dibagi pada eksekutif, legislatif dan yudikatif.Maka jangan takut, bahwa akan terjadi pemerintah yang otoriter.
Maka kiranya ke depan mahasiswa bisa lebih dewasa dalam berdemokrasi.Bahwa tidak perlu lagi kita mengulang tragedi tahun 1998.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews