Lepileilesya, Virus yang Lebih Mengerikan Dibanding Corona

Bukan Masyumi murni. Mazhabnya jelas, salawi (semua salah Jokowi). Para antagonis yang selalu memakai isu agama dengan cara tak agamis.

Kamis, 12 Maret 2020 | 06:49 WIB
0
285
Lepileilesya,  Virus yang Lebih Mengerikan Dibanding Corona
Ilustrasi Merah Putih (Foto: Facebook/Sunardian Wirodono)

Benarkah virus Corona, atau Covid-19, menakutkan? Sebenarnya tidak. Virus lemah pikIr, lemah iman, dan lemah syahwat, itu lebih mengerikan. Virus yang disebut Lepileilesya ini bersifat massif, tersistem dan terstruktur. Apalagi dua kali berturut kecewa dengan Pilpres 2014 dan 2019.

Apa hubungan antara pengidap virus Lepileilesya dengan Pilpres? Karena maksud dan tujuan mereka tak tercapai. Mereka siapa? Pengidap Lepileilesya itu lho. Baca dong! Lepileilesya ini musuh besar Pancasila. Itu jika pengertian Pancasila adalah manifestasi toleransi dan kebersamaan dalam berketuhanan, persatuan, kemanusiaan, dan budaya masyawarah mufakat yang berkeadilan sosial.

Oleh Bung Karno, sebetulnya bisa diperas dalam tri-sila persatuan, kemanusiaan, keadilan sosial. Itu pun masih bisa diperas lagi, kata Bung Karno, dengan satu sila: Gotong-royong. Urutan logikanya jelas, tapi para penderita lepileilesya bukannya tak bisa memahami. Lebih karena tak sudi memahami. Dengan alasan preambule UUD 1945 dengan 17 kata mengenai ‘kewajiban melakukan syari’at Islam.'

Nah, ketahuan ‘kan, penderita lepileilesya ini teridentifikasi dari agama tertentu? Meski kita tahu di Indonesia tak ada agama tertentu. Yang diakui negara: Agama Hindu, Buddha, Katholik, Protestan, Khonghucu, dan tentu saja; Islam. Tapi, mongsok beragama kok ngidap lepileilesya? Ya bisalah. Wong kita pernah punya menteri agama masuk penjara karena korupsi. Kurang apa? Memang virus itu menyerang mereka yang suka mengatasnamakana agama, padal sesungguh-sungguhnya merugikan agamanya sendiri. Karena yang dipraktikkan justeru penistaan, pendustaan atau manipulasi agama.

Di Yogyakarta belum lama lalu, ada pawai di Malioboro, diusung kelompok yang mengatakan nasionalisme telah membuat Islam tercerai-berai. Mereka mengajak umat Islam bersatu. Untuk apa? Mendirikan negara syariah khilafah. Negara berdasar agama. Negara berdasar agama Katholik? Bisa ngamuk mereka. Ya, Islam dong!

Itu contoh lepileilesya. Seperti kejadian di Yogya pula, konon NU dan Muhammadiyah bentrok. Ternyata itu ulah kelompok HTI. Lha, kenapa bisa diadu? Karena lepileilesya juga.

Para pengidap lepileilesya, beberapa kini memakai bendera baru tapi lama; Masyumi Reborn. Reborn? Film? Ya, agama tapi pakai istilah kekinian. Numbek, numpang beken karena emang nggak kreatif. Numpang isu mulu. Siapa mereka? Ada penyair Angkatan 66 Taufiq Ismail, Margharito Kamis. Tengku Zulkarnaen, Ridwan Saidi, Sobri Lubis, Musni Umar, Munarman, Fahira Idris,… nah ketahuan ‘kan kelompok apa? Bukan Masyumi murni. Mazhabnya jelas, salawi (semua salah Jokowi). Para antagonis yang selalu memakai isu agama dengan cara tak agamis.

Eh, tapi kenapa dengan lemah syahwat? Ya, itu hanya untuk menggambarkan, kita punya potensi luar biasa, tapi karena lepilei maka justeru lesya. Apalagi pengikutnya, pengidap akut lepileilesya tingkat dewa-19, mirip dengan covid-19 ‘kan?

@sunardianwirodono

***