Awas jangan mudah terkecoh atau terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, salah-salah bisa jadi jihadis dan pelaku bom bunuh diri.
Dalam suatu sarasehan yang digelar di SMKN 8 Surakarta (12/2/2020), turut hadir Gubernur Ganjar Pranowo. Saresehan bertema "Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan" untuk mencegah paham radikalisme, dihadiri oleh para kepala sekolah, guru, murid atau rohis se-Karesidenan Surakarta. Turut diundang pula mantan napi teroris kasus bom Bali 1 yaitu Joko Triharmanto atau yang biasa dipangil Jack Harun.
Dalam dialog antara gubernur Ganjar dengan Jack Harun (napiter), gubernur Ganjar meminta Jack Harun menceritakan awal mula sampai bisa terpengaruh paham radikal menolak Pancasila atau bisa direkrut menjadi seorang perakit bom Bali 1?
Nah inilah menariknya menurut Jack Harun untuk menanamkam paham radikal anti Pancasila atau menjadi seorang teroris tidaklah sulit. Tahap pertama yaitu diajukan suatu pertanyaan yang harus memilih dan tidak boleh abstain atau tidak memilih. Pertanyaannya yaitu: "Kamu memilih Alquran atau memilih Pancasila?" Kalau jawabannya memilih Alquran berarti bisa masuk ke pertanyaan selanjutnya yaitu soal jihad dan kafir atau istilahnya bisa digarap.
Pertanyaan seperti di atas adalah pertanyaan yang sifatnya menjebak dan menjadikan seseorang menjadi terpojok atau tersudut dan otak akan segera merespon dan menentukan pilihan secara cepat. Karena dalam doktrin para perekrut paham radikal tidak satu lawan satu antara pendoktrin dan yang didoktrin. Biasanya pendoktrin jumlahnya tiga dengan pertanyaan saling bergantian.
Mereka paham ketika seseorang dihadapkan dengan dua pilihan antara Alquran dengan Pancasila hampir pasti akan memilih Alquran. Apalagi orang-orang yang semangat hijrahnya tinggi, minimal anti Pancasila, sekalipun tidak menjadi pelaku teror.
Padahal antara Alquran dan Pancasila tidak bisa dihadap-hadapkan atau dipertentangkan. Alquran adalah wahyu dari Tuhan. Sedangkan Pancasila adalah dasar negara.
Mengapa Kanjeng Nabi yang merupakan penerima wahyu Alquran tetapi masih membuat rumusan Piagam Madinah?
Kalau pertanyaan menjebak seperti di atas antara Alquran atau Pancasila ditanyakan kepada anak SMP atau SMU, maka sangat mudah untuk mengetahui jabawannya. Jangankan kepada anak SMP dan SMU, kepada yang berpendidikan tinggi pun bisa jadi juga akan terpengaruh atau terpapar.
Ada lagi pertanyaan yang kurang lebih sama di antara dua pilhan seperti Alquran dan Pancasila yaitu kamu piliha jihad membela agama Islam atau memilih membela Pancasila? Kalau memilih Pancasila berarti kamu kafir. Begitulah kurang lebih narasinya.
Apalagi orang-orang yang sangat merindukan mendirikan Khilafah, hampir pasti juga anti Pancasila sebagai dasar atau ideologi negara. Mereka ingin Alquran sebagai sumber hukumnya.
Nah, yang dimaksud oleh Yudian Wahyudi sebagai Kepala Pembinaan Ideologi Pancasila yang sempat heboh karena judulnya beritanya menyengat yaitu agama musuh Pancasila. Padahal kalau mau membaca secara utuh tidak baca judulnya terus komentar seperti komentarnya nitezen pada media online. Tidaklah agama musuh Pancasila, tapi ada sebagian kecil kelompok yang mempertentangakan antara agama dan Pancasila untuk memusuhi negara.
Awas jangan mudah terkecoh atau terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, salah-salah bisa jadi jihadis dan pelaku bom bunuh diri.
"Islam Yes, Khilafah No!"
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews