Ini artinya sekarang dan dimasa depan masyarakat tidak butuh KPK yang garang. Mereka butuh pertunjukan.
Sudah jelas arahnya. Pemerintah ingin KPK tidak tampil sebagai lembaga yang mengancam. Kata Menteri Sri Mulyani, KPK harus mengubah citranya sebagai lembaga yang menakutkan. Sebab jika begitu, maka auranya sebagai lembaga yang menakutlan menyebar, dan seluruh lembaga akan mengikuti " tone" itu.
Tambah Menteri Sri Mulyani sebagaimana dikutip media pekabaran :
“Menurut saya tugas paling berat dari KPK adalah memindahkan mindset itu. Lalu tugas KPK menciptakan society yang based on trust."
Tambah menteri Sri Mulyani, melalui adanya konektivitas dan rasa saling percaya antara KPK dengan aparatur negara maka akan menciptakan situasi yang saling mendukung, terutama terkait kebijakan pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, jika tidak ada rasa saling percaya maka muncul sistem saling mencurigai yang mengakibatkan para ASN ragu dalam mengambil keputusan. Hal ini berpotensi menghambat langkah untuk berkontribusi melakukan pembangunan.
Lanjut Menteri Sri Mulyani :
“Kalau didominasi melalui ketakutan, kekhawatiran, dan apalagi ancaman maka seluruh sistem akan mengikuti tone seperti itu. Itu very high cost, sangat tidak pasti, dan dari sisi ekonomi itu menjadi beban yang luar biasa.”
Pidato itu mengungkapkan arahan pemerintah soal sosok KPK dimasa depan. Yang diahokkan. Yang dibuat mingkem. Tidak boleh garang. Dan tampil bersahabat.
Semuanya demi pembangunan. Agar pejabat berani ambil resiko loncat pagar. Dan jika ketauan, cukup dielus. Diperingatkan. Paling banter di mutasi kan. Meski kebijakan dan tindakannya merugikan negara milyaran. Karena tidak ada lagi tangkap tangan tanpa restu dewan pengawas.
Pesan sosok KPK yang baru ini makin terlihat jelas ketika para menteri bermain lenong korupsi di kalangan milienal.
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di sebuah SMU mengisyaratkan bahwa titik berat KPK masa depan adalah pencegahan. Bukan pemberantasan. Besar kemungkinan polisi dan Jaksa yang akan ambil peran ini.
Dan masyarakat memang tidak perlu KPK yang kuat. Toh mereka sudah punya andil dan sangat senang melemahkan lembaga itu dengan ikut-ikut menyemburkan kebohongan para buzzer, kadal medsos dan pansos. Yang meluluh lantakkan wibawa KPK dengan isu Taliban, Radikal, sandiwara, rekayasa dan lainnya.
Ini artinya sekarang dan dimasa depan masyarakat tidak butuh KPK yang garang. Mereka butuh pertunjukan.
Pertunjukan yang bisa membuat mereka menari kegirangan. Karena merasa sudah dilibatkan untuk menguliti koruptor di media sosial. Kasih mereka bahan cukup untuk bully dan saling komentar sampai mereka capek mengunyah, menggoreng dan memuntahkan kemudian memakan lagi muntahan itu.
Sudah puas mereka.
Jadi tidak perlu pakai tangan besi seperti tangkap tangan. Toh mereka tidak perduli bahwa bangsa ini tidak punya sistem yang kuat untuk mencegah apalagi memberantas korupsi. Yang penting bisa bully seperti model Ari Pertamina dan Ari Garuda.
So macam mana berantas korupsi di negeri ini?
Oh.. Gampang..
Dilenongi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews