Keputusan ini melegakan karena gegap gempita anak dunia medsos seolah akan membuat TNI tunduk kepada mereka.
TNI bergeming dengan sejumlah pendapat termasuk para pakar, menteri dan pensiunan jenderal soal Enzo. Institusi ini konsisten dengan standar ketat yang telah membuat TNI menjadi lembaga yang disegani kedisplinannya di negeri ini. Tidak perduli apa kata orang. Jadi Enzo diputuskan untuk tetap diterima.
CNN Indonesia ( 13/8/2019) memberitakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa memastikan Enzo Zenz Allie tetap dipertahankan sebagai taruna di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Andika menegaskan, berdasarkan analisis moderasi keberagamaan, Enzo mendapat nilai 84 persen.
Atau nilainya 5,9 dari nilai maksimum 7.
Jadi kata Jenderal Andika, "Oleh karena itu kami memutuskan tetap mempertahankan Enzo dan seluruh taruna yang kami terima."
Keputusan ini melegakan karena gegap gempita anak dunia medsos seolah akan membuat TNI tunduk kepada mereka.
Anak-anak medsos yang alay dengan sembrono dan sok tahu yakin gulagokin Enzo itu terpapar radikal. Karena kelakuan emaknya dan foto dia pakai bendera Tauhid. Cuma itu yang mereka andalkan. Tidak ada bukti kuat.
Mereka tidak teliti atau tidak perduli bahwa clometan ibunya sama sekali tidak mengindikasikan dia itu orang HTI. Simpatisan mungkin iya dan itupun kelas kaleng-kaleng. Dia lebih condong pada pilihan politiknya ke Prabowo.
Perkara photo Enzo yang pakai bendera Tauhid, jika anak-anak medsos alay itu ditanya emang itu benderanya HTI? Gak bisa jawab. Malahan mlintir kemana-mana dan membabi buta mempertahankan pendapatnya yang sok tahu itu.
Jadi kayaknya, para alay medsoser itu benci sama emaknya tapi sasarannnya anaknya yang gak tau apa-apa. Konyol ini namanya.
Tapi apapun itu, kasus Enzo mengajarkan pada kita bahwa bijaklah dalam bermedsos. Boleh tuduh orang tapi dengan bukti kuat. Bukan didasarkan oleh asumsi atau imajinasi liar. Itu namanya memfitnah dan buat orang susah. Terus main share berita fitnah itu seenak jidat kita.
Tidak boleh, Ferguso. Bijaklah. Jangan kejam.
Kita paham bahwa kita semua harus menangkal paham radikalisme. Tapi jangan alay. Yang secara tidak kita sadar, kelakuan kita nuduh orang tanpa bukti sama dodolnya dengan gerombolan Islam kaleng-kaleng yang doyan sebar fitnah.
Jika kita tidak temukan bukti, maka sandarkan diri kita pada penjelasan pihak yang layak dipercaya. Dalam soal Enzo, hanya TNI yang bisa dipercaya karena mereka punya data. Bukan pak Mahfud MD atau pak Menhan atau pak Moeldoko. Pandangan orang-orang beken itu hanya bisa dijadikan sampiran atau catatan kaki saja. bukan bukti kuat. Karena sekali lagi TNI yang punya data. Bukan beliau-beliau itu.
Masih tidak puas ?
Masih sok tahu ?
Sono kecam TNI
Berani?
Hah... gak berani, kan...?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews