Usai kerusuhan 22 Mei 2019 lalu, Prabowo pergi ke luar negeri. Sampai hari ini belum pulang. Lho, apa hubungan kerusuhan dengan pergi ke luar negeri?
Kalau ditarik-tarik tentu ada hubungan. Aksi 22 Mei yang berkahir ricuh dan memakan korban jiwa dan luka-luka itu ada kaitannya dengan rangkaian aksi ketidakpuasan kubu Prabowo/Sandi. Kalaupun kemudian terjadi kerusuhan, dan kubu Prabowo sah-sah saja membantah hal itu bukan bagian dari perbuatan mereka.
Sejatinya, tidak ada orang yang mau menerima bila dituduh bertanggungjawab pada kejadian yang berpotensi menyeret dirinya menjadi terhukum di penjara, bukan?
Namun sejumlah fakta hukum satu demi satu mulai terungkap bahwa para pelaku kerusuhan dan bahkan adanya rencana pembunuhan keji terhadap empat tokoh nasional dari pemerintahan dan kubu Jokowi--merupakan orang-orang pendukung Prabowo/Sandi. Sebut saja nama Kivlan Zen dan Eggi Sudjana. Mereka merupakan para tokoh yang dekat dengan Prabowo selama masa Pilpres 2019 lalu.
Baca Juga: Klaim Kemenangan 62% dan 54%, gagal memenangkan Prabowo-Sandiaga
Bila disimak lebih mendalam, aksi kerusuhan itu bukan semata para kaum akar rumput pendukung Prabowo, melainkan para elit politik kubunya yang selama ini “rajin” mengeluarkan berbagai pernyataan memancing emosi publiknya untuk bertindak inkonstitusional.
Lalu, usai aksi 22 Mei kenapa Prabowo ke luar negeri? Apakah dia bersiap-siap kabur dari tanggungjawab hukum karena merasa menjadi bagian penting dari segala aksi kerusuhan itu, dan takut ditangkap seperti beberapa pendukungnya yang sudah diseret kedalam proses hukum? Kalau hanya menduga-duga, boleh ndak?
Boleh lah, sama kawan ini. Tapi jangan menuduh, ya. Itu tidak baik. Untuk menuduh Prabowo sebagai dalang kerusuhan aksi 22 Mei itu sangat tidak bijak. Hukum memiliki mekanisme tersendiri yang tidak didasarkan opini dari peristiwa yang tampak dari luar, melainkan berdasarkan bukti sahih dan para saksi yang sah secara aturan hukum.
Tak bisa dielakkan, realitas kerusuhan aksi 22 Mei dan sejumlah tokoh elit kubu Prabowo yang diseret ke proses hukum mau tak mau berimbas pada citra sosok Prabowo sendiri.
Publik bisa saja menduga bahwa Prabowo yang merencanakan semua itu.
Citra yang muncul itu buruk, bisa mendegradasi sosok politis Prabowo dimata publik luas, baik pendukungnya maupun bukan. Setidaknya citra itu lekat sampai saat ini. Sampai semua bukti hukum dan proses pengadilan para pendukungnya kelak bisa menjelaskan Prabowo tidak terkait atau terkait.
Kalau ternyata Prabowo terbukti secara hukum menjadi dalang dibalik aksi kerusuhan 22 Mei dan rencana pembunuhan empat tokoh, maka dia layak diproses hukum. Namun bila tidak terbukti, maka Prabowo bisa tenang dan bebas jalan-jalan ke luar negeri di manapun tempatnya di belahan bumi ini. Bahkan ke planet Bekasi pun boleeh!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews