Tulisan ini sebentuk upaya sederhana saja untuk membangkitkan dan menjaga gairah politikku dalam menyambut tahun politik 2023-2024.
Jelas aku bukan siapa-siapa ya, seperti yang dibilang teman fesbuk kemaren. Bukan tokoh ormas, bukan tokoh parpol, bukan tokoh masyarakat. Seleb medsos juga bukan, klo pun dianggap begitu, ya tepatnya seleb medsos mini. Ngahaha.
Namun keaktifanku menulis di Kompasiana yang menjadi sarang buzzer politik nasional dalam rentang tahun 2012-2014 dan di Facebook, membuatku sempat berteman "dekat" dan cukup sering berinteraksi dengan dedengkot-dedengkot buzzer Jokowi seperti Denny Siregar, Alifurrahman Asyari, Ninoy N Karundeng, Pepih Nugraha dan Iqbal Aji Daryono. Sedangkan dari kutub Prabowo diantaranya dengan Agi Betha, Hazmi Srondol dan Iramawati Oemar.
Aku lebih banyak berteman dengan pendukung Jokowi, karena sekitar dua tahun sempat menjadi pendukung beratnya hingga kemudian berbalik arah menjadi pendukung Prabowo, tepat sebulan sebelum Pilpres 2014.
Dari puluhan tulisanku, diantaranya banyak dicopas ke berbagai media online. Satu diantaranya yang walaupun kuakui sifatnya norak, sempat viral dan dibahas di berbagai media online mainstream.
Berangkat dari hal tersebut, sempat diundang dua kali jadi narasumber dalam program acara Kompas TV.
Sekiranya aku tetap berada di pihak Jokowi hingga akhir Pilpres 2014, aku sangat yakin bahwa aku akan berada di antara Kompasianers yang pertama kali diundang ke istana tidak lama setelah Jokowi diangkat jadi presiden.
Sebelum Pilpres 2019, sempat diundang untuk mengikuti rapat khusus di Jakarta yang sifatnya tertutup, untuk konsolidasi pemenangan Prabowo. Salah satu pesertanya, Ahmad Dhani. Tetapi karena kendala teknis, aku tidak dapat menghadirinya. Satu hal yang cukup kusesali.
Kemarin, DetikX membahas tentang bagaimana pengaruh "cebong vs kampret" terhadap Pilpres 2024.
Wah, ini sangat menarik karena aku paham betul situasi dan kondisinya secara sedari awal aku memang terlibat langsung di dalamnya, apalagi sempat aktif di dua kubu. Setelah Piplres 2019, keaktifanku membahas politik memang menurun drastis, tetapi diam-diam aku tetap konsen mengamati perkembangan politik nasional.
Misalnya memahami benar mengapa dan bagaimana sikon pendukung Prabowo yang sekarang terbelah menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok yang tetap loyal dengan Prabowo dan kelompok yang menjadi pendukung berat Anies Baswedan. Sementara itu, pendukung berat Jokowi mulai menunjukkan dukungannya kepada Prabowo.
Tulisan ini sebentuk upaya sederhana saja untuk membangkitkan dan menjaga gairah politikku dalam menyambut tahun politik 2023-2024.
Sejumlah ide tulisan terkait Pilpres 2024, sedang kumatangkan di benakku. Sudah kuniatkan, di sela-sela kesibukan harianku, aku akan menyempatkan untuk membuat artikel-artikel politik sebagai warga pemerhati politik yang sangat memperhatikan maju kembang negara, bukan sebagai ahli politik.
Tentunya aku sadar diri bahwa aku tidak selevel dengan buzzer semacam Denny Siregar dan Jonru, namun aku selalu meyakini bahwa terlepas dari signifikan atau tidaknya, aku selalu memberikan pengaruh terhadap lingkungan dimanapun aku berada.
Btw. Posisiku saat ini netral. Dalam pengertian aku belum memutuskan siapa sosok yang akan kudukung menjadi presiden kita yang akan menggantikan Jokowi. Untuk kali ini, belajar dari berbagai pengalaman penting dalam satu dekade terakhir, aku mesti lebih berhati-hati dalam menganalis dan mengambil sikap politik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews