Unjuk Kuasa dari Sumatera Utara

Bahwa Edy melakukannya, itulah keunikannya. Unik karena bisa jadi Edy meniru cara berpikir dan bertindak tegas ala presiden Kim jong-un. Apakah itu salah?

Selasa, 28 Desember 2021 | 08:02 WIB
0
203
Unjuk Kuasa dari Sumatera Utara
Edy Rahmayadi menjewer tamunya di depan umum (Foto: kompas.com)

Ada berita tersiar di beberapa media; Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengusir pelatih biliar Coki Aritonang dalam acara pembagian bonus atlet peserta PON XX Papua di rumah dinas gubernur di Medan, Senin 27 Desember 2021.

Diberitakan, di tengah acara Edy melihat ada seseorang yang tidak ikut bertepuk tangan mendengar sambutannya karena tertidur.

"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa enggak tepuk tangan?" tanya Edy sembari menunjuk ke arah Coki. Edy lantas memanggil Coki ke panggung untuk ditanya beberapa hal lagi.

"Atlet apa kau?" tanya Edy lagi. Coki kemudian menjawab bahwa dia pelatih biliar. "Tak cocok jadi pelatih ini," sambar Edy.

Edy pun menjewer telinga Coki hingga sebagian hadirin bertepuk tangan. Namun tawa hadirin berubah menjadi hening ketika Coki diusir oleh Edy.

"Sudah, pulang. Tak usah dipakai lagi. Kau langsung keluar. Tak usah lagi di sini," kata Edy sebagaimana diberitakan Kompas.com.

Pada masa lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat marah dan menegur anak-anak yang kecapekan tertidur saat ia berpidato, tetapi Pak Beye tidak memanggil anak-anak yang tertidur itu lalu menjewer mereka di atas podium.

Komentar pun bermunculan atas peristiwa ini. Ada yang menganggap hal itu sebagai sebuah ketegasan dari seorang gubernur dalam hal ini kepala daerah dalam mendidik warganya.

Tetapi tidak sedikit warga yang mencibir bahwa pengusiran itu sekedar menunjukkan kuasa sebagai seorang penguasa.

Singkatnya, Edy sedang mempertontonkan kekuasaannya dengan mempermalukan seseorang di atas panggung di hadapan orang banyak. Selain dijewer seperti anak kecil, pelatih biliar yang sejatinya sudah berjasa itupun diusir di depan khalayak, padahal dia hadir atas undangan Gubernur juga.

Tindakan mempermalukan warganya oleh gubernur bukan menunjukkan sikap seorang pemimpin yang bijak, tetapi sebaliknya kelakuan tersebut sekedar menunjukkan bahwa dia punya kekuasaan yang absolut.

Tidak terbayangkan betapa malu dan sakitnya hati Coki dipermalukan pemimpinnya sendiri di depan umum. Benar-benar direndahkan harga dirinya sebagai manusia.

Edy yang berlatar belakang militer tidak seharusnya mempertontonkan ketegasan memimpin ala militer, bahkan seorang militer aktif atau seorang jenderal yang berkuasa pun boleh jadi tidak akan melakukan perbuatan konyol yang merendahkan seseorang di muka umum.

Bahwa Edy melakukannya, itulah keunikannya. Unik karena bisa jadi Edy meniru cara berpikir dan bertindak tegas ala presiden Kim jong-un. Bedanya Kim jong-un masih muda, Edy sudah dimakan usia.

Persamaan keduanya adalah suka menunjukkan kuasa, tidak peduli tindakannya konyol, merendahkan dan kejam di mata orang.

***