Bahwa Edy melakukannya, itulah keunikannya. Unik karena bisa jadi Edy meniru cara berpikir dan bertindak tegas ala presiden Kim jong-un. Apakah itu salah?
Ada berita tersiar di beberapa media; Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengusir pelatih biliar Coki Aritonang dalam acara pembagian bonus atlet peserta PON XX Papua di rumah dinas gubernur di Medan, Senin 27 Desember 2021.
Diberitakan, di tengah acara Edy melihat ada seseorang yang tidak ikut bertepuk tangan mendengar sambutannya karena tertidur.
"Yang pakai kupluk itu siapa? Kenapa enggak tepuk tangan?" tanya Edy sembari menunjuk ke arah Coki. Edy lantas memanggil Coki ke panggung untuk ditanya beberapa hal lagi.
"Atlet apa kau?" tanya Edy lagi. Coki kemudian menjawab bahwa dia pelatih biliar. "Tak cocok jadi pelatih ini," sambar Edy.
Edy pun menjewer telinga Coki hingga sebagian hadirin bertepuk tangan. Namun tawa hadirin berubah menjadi hening ketika Coki diusir oleh Edy.
"Sudah, pulang. Tak usah dipakai lagi. Kau langsung keluar. Tak usah lagi di sini," kata Edy sebagaimana diberitakan Kompas.com.
Pada masa lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat marah dan menegur anak-anak yang kecapekan tertidur saat ia berpidato, tetapi Pak Beye tidak memanggil anak-anak yang tertidur itu lalu menjewer mereka di atas podium.
Komentar pun bermunculan atas peristiwa ini. Ada yang menganggap hal itu sebagai sebuah ketegasan dari seorang gubernur dalam hal ini kepala daerah dalam mendidik warganya.
Tetapi tidak sedikit warga yang mencibir bahwa pengusiran itu sekedar menunjukkan kuasa sebagai seorang penguasa.
Singkatnya, Edy sedang mempertontonkan kekuasaannya dengan mempermalukan seseorang di atas panggung di hadapan orang banyak. Selain dijewer seperti anak kecil, pelatih biliar yang sejatinya sudah berjasa itupun diusir di depan khalayak, padahal dia hadir atas undangan Gubernur juga.
Tindakan mempermalukan warganya oleh gubernur bukan menunjukkan sikap seorang pemimpin yang bijak, tetapi sebaliknya kelakuan tersebut sekedar menunjukkan bahwa dia punya kekuasaan yang absolut.
Tidak terbayangkan betapa malu dan sakitnya hati Coki dipermalukan pemimpinnya sendiri di depan umum. Benar-benar direndahkan harga dirinya sebagai manusia.
Edy yang berlatar belakang militer tidak seharusnya mempertontonkan ketegasan memimpin ala militer, bahkan seorang militer aktif atau seorang jenderal yang berkuasa pun boleh jadi tidak akan melakukan perbuatan konyol yang merendahkan seseorang di muka umum.
Bahwa Edy melakukannya, itulah keunikannya. Unik karena bisa jadi Edy meniru cara berpikir dan bertindak tegas ala presiden Kim jong-un. Bedanya Kim jong-un masih muda, Edy sudah dimakan usia.
Persamaan keduanya adalah suka menunjukkan kuasa, tidak peduli tindakannya konyol, merendahkan dan kejam di mata orang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews