Kita acungi empat jempol buat Presiden Jokowi yang suka banget bikin orang banyak sering terperangah dengan segala sepak terjangnya mengubah peta dan budaya politik di Indonesia.
Rizieq. Aa Gym. Abdul Somad. Haikal Hasan. Bachtiar Nasir. Martak. Rocky Gerung. Neno Warisman. Ratna Sarumpaet. Emak-emak Pendukung 02. Kader-kader Liqo. Para Pengusung Khilafah dan seterusya.
Nama-nama dan kelompok suporter tersebut di atas pasti lagi kecewa berat. Mengetahui ada nama cawapres hasil ijtima masuk jadi pembantu Presiden Jokowi menyusul capres hasil ijtima yang sudah terlebih dahulu, sejak Kabinet Indonesia Maju terbentuk akhir bulan Oktober 2019 lalu.
Mereka semua tidak menyangka jika pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 2 pada kontestasi Pilpres 2019 lalu mau jadi pembantu-pembantu Presiden Jokowi. Hasil ijtima ulama ternyata cuma pepesan kosong saja. Bukti bahwa doa-doa dagangan mereka menjual agama tidak pernah didengar Tuhan.
Politik adalah tak lebih dari urusan kekuasaan, kursi jabatan, kesetiaan, uang, dan pengkhianatan.
Para politikus busuk dan ustadz-ustadz penjual ijtima ulama itu pasti merasa dikhianati oleh pasangan Capres-Cawapres Hasil Ijtima Ulama. Mereka tak habis pikir mengapa dua jagoan mereka tidak setia lagi. Bingung mengapa dua pion mereka begitu mudah pindah ke lain hati hanya demi kursi menteri.
Di sini lah hebatnya gaya berpolitik Presiden Jokowi dengan merangkul lawan-lawan politiknya.
Presiden Jokowi tahu Capres-Cawapres Hasil Ijtima Ulama ini adalah orang-orang yang haus kekuasaan dan jabatan. Capres - Cawapres Hasil Ijtima Ulama ini adalah orang-orang yang tak memiliki integritas dan menghalalkan segala cara untuk bisa berkuasa. Apalagi mereka yakin akan tetap bisa maju mencalonkan diri lagi pada Pilpres 2024 nanti.
Presiden Jokowi memperlihatkan kejeniusannya dalam berpolitik. Ini kali pertama dalam sejarah pemilihan presiden yang berlangsung secara demokratis “one man one vote” selama empat kali penyelenggaraan sejak tahun 2004 ada pasangan yang kalah tapi mau jadi para pembantu presiden.
Tapi di sisi lain politik merangkul Presiden Jokowi ini juga menjadi jebakan betmen buat mereka. Jika dalam sisa waktu empat tahun ini mereka tidak perform sebagai pembantu presiden maka jangan berharap banyak mereka nanti bisa menang di Pilpres 2024 karena rakyat akan bisa menilai dengan mata kepala sendiri mana pembantu presiden yang bisa kerja dan mana yang tidak.
Pada titik ini patutlah kita acungi empat jempol buat Presiden Jokowi yang suka banget bikin orang banyak sering terperangah dengan segala sepak terjangnya mengubah peta dan budaya politik di Indonesia. Ia juga justru memperkuat adagium politik: tak ada yang abadi dalam politik, yang abadi cuma kepentingan dan kekuasaan saja, hingga semuanya merasa happy ending, semua merasa senang dan semua merasa menang.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews