Evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Hubei, China, kembali ke Indonesia patut mendapat apresiasi dari segenap bangsa Indonesia. Bukan hanya karena merupakan suatu misi kemanusiaan tetapi karena membuktikan besarnya rasa persaudaraan antar anak bangsa dimana pun berada. Oleh sebab itu, observasi mereka di Natuna perlu untuk terus didukung dan bukan ditolak.
Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah seharusnya tercermin dalam tutur kata, sikap dan tingkah laku, termasuk semangat persaudaraan. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama yang dijamin oleh negara. Rasa Persaudaraan juga merupakan wujud persatuan Indonesia yang tidak terpisahkan.
Presiden Joko Widodo (Joko Widodo) mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada jajarannya atas upaya mengevakuasi WNI dari Wuhan dan seluruh warga Natuna karena daerahnya bersedia dijadikan lokasi karantina bagi WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China, karena adanya penyebaran virus corona di wilayah tersebut. Jokowi menyebut bahwa WNI asal China merupakan saudara-saudara kita sendiri.
Pemilihan Natuna sebagai titik karantina WNI dari Wuhan China, sempat menuai aksi penolakan dari masyarakat Natuna karena daerahnya dijadikan lokasi karantina warga dari lokasi sumber penyebaran virus corona sehingga menimbulkan kekhawatiran tertular virus corona. Namun, pada akhirnya, WNI dari Wuhan diterima untuk menjalankan masa observasi di Natuna.
Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, secara keseluruhan terdapat 285 WNI yang baru kembali dari Wuhan, diobservasi di Natuna, Kepulauan Riau. 243 di antaranya merupakan warga yang sempat tinggal di Wuhan China, sementara 42 orang sisanya merupakan tim advance dan tim penjemput WNI di Wuhan.Mereka akan diobservasi di Natuna selama 14 hari. Untuk memaksimalkan masa observasi, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama tim akan membuka kantor di Natuna.
Sedangkan juru bicara dari Menteri Kesehatan akan terus menyampaikan update perkembangan.
Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto mengungkapkan awalnya terdapat 245 WNI yang akan dievakuasi dari Wuhan ke Indonesia. Namun, empat WNI tidak mau dievakuasi dan tiga tak lolos uji kesehatan di China sehingg yang diberangkatkan berjumlah 238 orang.
Proses evakuasi WNI dari Wuhan ke Batam menggunakan pesawat Airbus 330-300CEO milik maskapai Batik Air pada Sabtu (1/02/2020) lalu. Manajemen Batik Air juga menyatakan bahwa armada yang digunakan dalam penjemputan WNI tersebut sudah menjalani proses sterilisasi di Bandara Hang Nadim, Batam, pada Minggu (2/02/2020).
Sebelum diberangkatkan, pemeriksaan oleh pemerintah Tiongkok memberikan kepastian terkait kesehatan WNI yang dievakuasi.
Sementara WNI yang tidak lolos uji kesehatan akan menjalani perawatan dan pengobatan. Setelah sembuh baru akan dievakuasi ke Indonesia. Sedangkan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, sedang menjalani karantina di Hanggar Pangkalan Udara Raden Sadjad Natuna. Proses itu akan berlangsung selama 14 hari ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut, Pulau Natuna, Kepulauan Riau, dipilih sebagai lokasi evakuasi dengan berbagai persiapan yang telah dilakukan.
Hingga saat ini, lanjutnya, berdasarkan pemantauan yang dilakukan otoritas kesehatan tidak ada satupun WNI yang mengalami gejala sakit, tetapi dalam protokol kesehatan diperlukan tahapan-tahapan sebelum betul-betul dinyatakan clean, bersih, sehingga dapat kembali ke keluarga masing-masing.
Inilah saat yang tepat untuk menunjukkan rasa persaudaraan bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah melekat di dalam sanubari setiap warga negara Indonesia. Bukan hanya di Natuna, tapi di wilayah lain di Indonesia, mari kita menunjukkan sifat asli rakyat Indonesia yang berkemanuasiaan, tidak egois, membantu satu sama lain karena kita satu bangsa dimana WNI di Wuhan juga adalah saudara kita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews