Perhutani dan Presiden Jokowi

Presiden telah diberi kewenangan oleh rakyat untuk menindak orang-orang berjiwa kolonial itu. Just do it!

Minggu, 20 Oktober 2019 | 08:30 WIB
0
431
Perhutani dan Presiden Jokowi
Presiden Jokowi dan patani (Foto: merahputih.com)

Saya tertegun membaca berita dengan cukup menyengat, Jokowi: Jangan Sampai Perhutani Lebih Kolonial dari Kolonial.

Saya pun terbayang kembali bulan-bulan lalu ketika ribuan petani berkerumun bahagia menerima sertifikan atau surat perizinan dari presiden mendapatkan hak menggarap tanah negara dalam program perhutanan sosial.

Rakyat petani yang selama ini hidupnya miskin karena tak memiliki lahan garapan, tiba-tiba bersemangat karena ada sinar terang kebijakan pemerintah yang nampak berpihak pada mereka. Nasib mereka yang selama ini tak lebih sebagai penonton, kini nampak akan segera berubah.

Banyak kelompok tani akan menjadi pemain aktif. Mereka mendapat akses legal untuk menggarap tanah negara seperti sebelumnya telah diberikan pada perusahaan negara seperti Perhutani atau juga banyak perusahaan swasta. Mungkin, dalam benak rakyat terlintas pikiran, "Nah, semoga kini giliran kami mendapat akses mengubah nasib."

Namun sayang, rupanya impian itu tak sepenuhnya mudah direalisasi. Harapan perubahan nasib kandas di tengah jalan. Banyak tanah negara yang sudah diserahkan kelompok tani oleh Presiden dengan upacara meriah, rupanya tak dapat diimplementasi.

Begitu banyak peraturan di bawah menjadi alasan mengapa kelompok tani tak bisa segera menggarap tanah yang sudah "diserahkan" itu. Program perhutanan sosial yang menjadi salah satu program unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, tersendat dan bahkan terancam gagal.

Kali ini, sebagaimana diberitakan CNN Indonesia, nampaknya Perhutani menjadi salah satu pihak penghambat. Presiden Jokowi terkesan kesal hingga berucap "Jangan sampai Perhutani lebih kolonial dari kolonial." Saya pun bertanya-tanya, ada apa?

Nah, sebentar lagi, Presiden Jokowi akan dilantik menjadi presiden yang kedua kali. Pasti banyak yang menunggu adanya sanksi tegas kepada siapapun yang nampak berjiwa kolonial (atau bahkan lebih kolonial), dan telah jelas-jelas menjadi duri dalam upaya merealisasi "keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia".

Presiden telah diberi kewenangan oleh rakyat untuk menindak orang-orang berjiwa kolonial itu. Just do it!

#iPras 2019

***