Melihat kondisi bola mata kiri Novel Baswedan yang justru semakin memburuk tersebut, sangat wajar bila ada anggota masyarakat yang mempersoalkannya, setidaknya meragukannya.
Sekilas Novel Baswedan melirik ke arah kamera yang tengah merekamnya. Bola mata penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu tampak normal. Pupil mata kirinya terlihat hitam dengan ukuran dan bentuk bulat sewajarnya. Begitu juga dengan kornea mata kirinya yang tampak putih sebagaimana kornea normal pada umumnya. Bahkan, bercak merah darah pun tak terlihat.
Kondisi bola mata Novel Baswedan sudah membaik seperti sedia kala. Itulah yang bisa disimpulkan dari video yang memviral di jejaring media sosial pada malam 4 November 2019.
Ternyata, video yang memviral itu sudah dipublikasikan Net TV dengan judul berita “EKSKLUSIF NET: Begini Kondisi Novel Baswedan di Singapura” pada 19 April 2017 atau 8 hari setelah penyerangan air keras yang dialami Novel pada 11 April 2017.
Net TV mencantumkan “EKSLUSIF NET” pada judul beritanya karena hanya stasiun TV inilah satu-satunya media yang berhasil mendapatkan rekaman dan mewawancarai Novel Baswedan saat berada di Singapore National Eye Centre Singapura.
Selain lewat website-nya, Net TV pun merilis video rekaman eksklusifnya lewat akun Twitter-nya @netmediatama pada 19 April 2017. Malah hanya berselang hitungan menit, @mediatama tiga kali mencuitkan hasil wawancaranya dengan Novel: 9.34 AM, 9.41 AM, dan 10.10 AM · 19 Apr 2017
Sebagaimana yang diberitakan, pada 11 April 2017, Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang yang berboncengan saat menuju rumahnya usai sholat Subuh berjamaah di Masjid Al Ikhsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 04.35 itu terekam CCTV yang dipasang dari salah satu rumah. Dari rekaman CCTV, terlihat dua orang dengan satu motor mendekati Novel dari belakang. Setelah melewati Novel, kecepatan motor melambat. Saat itulah Novel Baswedan disiram air keras. Setelah menyerang, para pelaku langsung kabur. Dari CCTV juga terekam ada dua orang yang berjalan di depan Novel saat terjadi penyerangan.
Sebagaimana diinformasikan keesokan harinya oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Novel Baswedan disiram dengan menggunakan air keras berjenis asal sulfat H2SO4 tak pekat atau tidak memiliki konsentrasi tinggi.
Penyerangan terhadap Novel Baswedan memang benar-benar terjadi seperti yang terekam oleh CCTV. Novel pun tidak mungkin menetesi sendiri mata kirinya dengan air keras seperti yang diisukan sejumlah warganet beberapa waktu yang lalu.
Selain itu, Novel pun tidak mungkin memanipulasi cacat pada mata kirinya dan menunjukkannya kepada dokter National Eye Centre Singapura (NECS). Oleh sebab itulah, Novel tampil apa adanya seperti yang terrekam oleh kamera wartawan Net TV pada 19 April 2017.
Satu-satunya informasi yang menarik untuk diperhatikan adalah kesaksian Ketua RT 003 RW 010 Pegangsaan Dua, Wisnu Broto. Menurut Wisnu, sebagaimana yang diberitakan Tempo.co, Novel yang biasanya berdzikir lebih dulu, pada hari H pulang lebih awal.
“Setelah salat biasanya berdzikir dulu. Mungkin mau berangkat kerja, Pak Novel pulang lebih dulu," terang Wisnu pada 11 April 2017.
Kebetulan pada hari Novel pulang lebih awal, kebetulan pada hari itu juga ia mendapat serangan. Atau bisa juga, kebetulan pada hari Novel diserang, kebetulan ia pulang lebih awal.
Kasus penyiraman air keras berjenis asal sulfat yang dialami Novel Baswedan ini bisa dibandingkan dengan kasus serupa yang dialami Carla Whitlock di Southamton, Inggris, pada pada 18 September 2015 Carla diserang oleh dua kakak beradik, Billy Midmore dan Geoffrey Midmore, dengan menggunakan drain cleaner yang mengandung asam sulfat.
Pada 30 Maret 2016, Daily Mail menuliskan, “Carla Whitlock, 37, was attacked with a drain cleaner containing highly concentrated sulphuric acid which scarred her face and burnt her eyelids as she was walking in Southampton city centre with her boyfriend Matthew Wedgner, 39, on September 18 last year.”
Masih dari berita yang sama, Daily Mail menyebutkan, “One Shot drain cleaner used had the highest concentration of sulphuric acid - 89% to 93% - which can be sold to the public and was a product recommended by plumbers, Miss Maylin said.”
Pada 24 September 2015 atau 6 hari setelah penyerangan, The Telegraph menayangkan wawancaranya dengan Carla. Pada caption-nya The Telegraph menuliskan, “Mum-of-six Carla Whitlock, 37, suffered significant burns to her face, neck and arms and may end up losing her sight.”
Jika membandingkan dengan rekaman video kondisi Novel Baswedan 8 hari setelah penyerangan yang dialaminya pada 11 April 2019 terlihat kondisi Novel lebih baik tenimbang Carla Whitlock.
Dari video tersebut juga terlihat jika luka yang diderita Carla bukan hanya pada mata yang membuat Carla kehilangan penglihatannya, melainkan juga wajah, leher, dan lengannya. Sebaliknya, wajah Novel terlihat tanpa luka.
Perbedaan kondisi kedua korban ini dimungkinkan karena tingkat kepekatan atau konsentrasi asal sulfat yang mengenai Carla lebih pekat dari yang melukai Novel.
Berbeda dari luka yang diderita Carla Whitlock, dari sejumlah foto yang dirilis media, terlihat luka yang dialami Novel mendatar pada kedua mata dan sekitarnya (Dahi Novel yang terluka diakibat membentur pohon saat mencoba menghindari serangan.Detik.com). Bahkan hidung Novel yang berada di antara dua matanya pun tidak terlihat terluka.
Perbedaan lainnya terlihat pada kondisi Carla dan Novel Baswedan beberapa waktu setelah hari H penyerangan. Pada 26 Maret 2016 atau sekitar 6 bulan setelah penyerangan yang dialami Carla, Daily Mail memergoki Carla dan memotretnya. Pada foto terlihat kondisi yang membaik dari sebelumnya. Begitu juga dengan kulit pada wajahnya.
Sedangkan, kondisi Novel Baswedan pada 6 November 2017 atau 7 bulan setelah tragedy menunjukkan kondisi mata Novel yang lebih buruk dari yang tampak pada video yang dirilis Net TV 7 bulan sebelumnya.
Padahal, zat asam sulfat yang mengenai wajah Novel Baswedan dikatakan didak pekat. Sementara, zat yang sejenis yang mengenai Carla Whitlock diketahui memiliki tingkat kepekatan 87-93 %.
Ada pula satu foto kondisi mata Novel Baswedan yang lebih buruk dari kondisinya 6 November 2017. Foto tersebut diambil Hafidz Mubarak dari Antara ini. Dari foto tampak pupil bola mata kiri hampir tertutupi oleh kornea matanya membengkak (Belum diketahui kapan foto tersebut diambil. Tetapi ,Viva.co.id sudah memublikasikannya pada 11 Januari 2018.
Meng-head to head-kan kondisi Novel Baswedan Vs Carla Whitlock memang tidak tepat. Apalagi tingkat kepekatan asam sulfat yang mengenai keduanya berbeda, Novel terkena asam sulfat tak pekat sedangkan Carla terkena asal sulfat dengan tingkat kepekatan 87-93 %.
Namun demikian, perubahan kondisi keduanya pasca mendapat serangan menarik untuk dicermati. Kondisi Carla membaik setelah 6 bulan penyerangan. Sebaliknya, meski tingkat kepekatannya rendah, kondisi Novel Baswedan justru semakin memburuk.
Dan, melihat kondisi bola mata kiri Novel Baswedan yang justru semakin memburuk tersebut, sangat wajar bila ada anggota masyarakat yang mempersoalkannya, setidaknya meragukannya. Terlebih biasa pengobatan Novel ditanggung oleh uang rakyat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews