Duo 'F', antara Kaderisasi dan Jual Puisi

Jumat, 15 Februari 2019 | 23:41 WIB
0
443
Duo 'F', antara Kaderisasi dan Jual Puisi
Fajri Hamzah dan Fadli Zon (Foto: Sindonews.com)

Dua politikus yang bersahabat sejak lama, Fahri Hamzan dan Fadli Zon kini berkutat dengan kesibukan yang berbeda. Meskipun keduanya masih sama-sama sebagai anggota DPR dengan kekompakan mereka, ada jalan berbeda yang mereka lalui. 

Fahri Hamzah kini sibuk melebarkan sayap organisasinya dengan membentuk Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI). Bersama eks aktifis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri menggagas GARBI untuk jadi organisasi pembawa semangat reformasi 1998. Fahri bercita-cita membawa GARBI besar hingga kelak bisa menjadi partai walaupun tak berani berangan-angan tinggi terlebih dahulu. Kaderisasi GARBI dilakukan secara lintas partai. 

Sementara itu partnernya, Fadli Zon kini sibuk dengan puisi-puisi kritik dan sindirannya kepada kubu petahana. Entah ini adalah kegiatan utamanya atau aktifitas sampingan dari perannya sebagai wakil ketua DPR. Padahal, selama ia menjabat sebagai wakil ketua DPR, tidak sampai setengah dari target produk undang-undang dihasilkan oleh semua komisi di bawah komandonya. 

Mereka masih dalam koalisi Prabowo-Sandi. Setiap ada isu-isu yang mengarah kepada kubu politik mereka, keduanya masih terlihat kompak untuk saling menolak isu negatif dan menebar citra positif.

Dalam kasus puisi Fadli Zon yang disinyalir mengarah kepada Kyai Maimoen Zubair dan mengundang kecaman banyak pihak, Fahri membela Fadli dengan pernyataan bahwa isi puisi Fadli bukan untuk menyerang Mbah Moen tetapi menurutnya Fadli mengingatkan pihak yang menyeret ulama itu ke dalam politik secara berlebihan. Ia mengharapkan pihak lain bisa memahami isi puisi yang dibuat oleh Fadli Zon. 

Dalam acara-acara dialog politik saya memperhatikan bahwa Fahri Hamzah semakin memiliki kematangan berpikir dalam bidang politik. Dalam mengomentari setiap masalah yang terjadi, seorang Fahri menggunakan abstraksi tingkat tinggi yang mengambil masalah dari akar masalahnya. 

Bahkan di acara dialog Indonesia Lawyers Club beberapa waktu lalu, seorang Fahri Hamzah mengakui memiliki formula pencegahan kasus korupsi di Indonesia tanpa pola penegakan hukum yang menakutkan. Fahri mengatakan ia bisa menerapkan pola yang bisa memaksakan kesadaran setiap politikus. 

Seorang Rocky Gerung yang selalu berbicara dalam level abstraksi pun memuji bahwa seorang Fahri Hamzah masuk dalam kategori politisi dengan kematangan berpikir yang mumpuni. 

Tapi apa yang terjadi pada Fadli Zon? Ia semakin hari semakin meninggalkan cara berpolitik yang berwibawa. Fadli cenderung bermain teatrikal dengan aksi pantomim ataupun puisi. Sayangnya bagaimanapun keindahan puisinya, isinya tak lebih hanya menyerang pihak-pihak yang tak disukainya.

Berbanding terbalik dengan Fahri yang meskipun oposisi masih sesekali berbicara objektif dan memahami beratnya kondisi yang dihadapi petahana, Fadli hanya sibuk nyinyir. Nyaris tak ada ungkapan positif dari wakil rakyat yang satu ini mengenai kubu petahana. 

Beberapa waktu lalu Fadli Zon dan beberapa rekan seniman pendukung gerakan tagar #2019gantipresiden melakukan aksi teatrikal pantomim untuk menyerang pemerintah. Juru bicara presiden Jokowi, Ali Mochtar Ngabalin justru mengejek aksi yang dilakukan oleh Fadli dan kawan-kawan itu. 

Belum lama ini Fahri Hamzah mengatakan bahwa rekan duet politiknya, Fadli Zon, sedang menerima ancaman pembunuhan dalam kasus penegakan hukum. Sebagai seorang sahabat, ia menginginkan sahabatnya diberikan perlindungan hukum dengan adanya penegakan hukum yang netral dan adil.

Belum ada konfirmasi atau penelusuran mengenai ancaman yang diterima oleh Fadli Zon tetapi yang pasti Fahri sebagai menginginkan adanya keadilan dalam penegakan hukum. 

Ancaman yang menyerang Fadli Zon mengingatkan Saya akan kasus Ratna Sarumpaet, ketika sesorang mengaku dizalimi dan para sahabat membela tanpe mengcrosschek kebenarannya. Semoga kedekatan duo sahabat ini tidak berlanjut seperti dagelan Ratna Sarumpaet yang sempat dimainkan beberapa orang.

Duo Fahri dan Fadli yang berlayar di satu koalisi, yang satu sibuk kaderisasi yang lainnya asyik berpuisi. Sayang sekali makin kemari Fahri semakin Bijak dan Fadli semakin jauh dari manfaat.

***