Kerusakan yang menjadi dampak dari sebuah unjuk rasa yang anarkhis, merugikan banyak pihak. Baik waktu, tenaga dan uang.
Kok, KPU mengumumkan Kemenangan Pasangan 01 Tengah Malam? Sebagian mengatakan, dasar pencuri, beraninya tengah malam, di saat orang sedang tidak beraktifitas. Menurut saya, justru mengumumkan hasil rekapitulasi, KPU mengambil langkah cerdas.
Memilih waktu, di saat orang dalam keadaan “Cooling”, alias tidur. Atau kalaupun bangun, pastinya tengah mempersiapkan sahur. KPU mengambil Golden Time, dengan menjaga, ibadah masyarakat di bulan Ramdhan tidak terganggu. Saya percaya, situasi dan kondisi akan berbeda, Jika KPU mengumumkan di jam normal, misalnya Pukul 10.00 pagi. Saya acung jempol untuk “Golden Tme’ yang dipilih TIM KPU.
Lini masa saya, sejak sahur sebagian besar berisi sorak sorai dan ucapan selamat pada Pasangan Capres-Cawapres 01, Jokowi-Amin, sebagai pemenangan Pilpres 2019.
Apakah ini puncak dari konstestasi pemilu 2019? Mustinya Ya. Karena dengan diumumkan hasil rekapitulasi oleh KPU, maka otomatis secara de facto, Jokowi-Amin adalah Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024. De Jure, nanti Oktober 2019.
Seharusnya dengan KPU mengumumkan hasil rekapitulasi, suka-tidak suka, mau tidak mau, semua harus meneriima hasil tersebut. Karena KPU adalah lembaga independent. Bagaimana dengan narasi dan bukti kecurangan yang dibangun dan dibawa oleh Kubu 02?
Bawaslu sudah memeriksa, data yang diberikan Kubu 02, bukan bukti langsung dan bukan data yang bisa dipertangung jawabkan. Kebanyakan berupa link media (yang sebagian besar medianya belum bisa dipertanggung jawabkan)
Jika berjiwa besar, seharusnya yang kalah dan para pendukungnya, menerima hasil dan mengakui kemenangan Jokowi-Amin. Tapi kalah itu memang menyakitkan. Apalagi jika dari awal sudah membangun konsep harus memang dan hanya kecurangan yang bisa mengalahkan. Narasi yang dibangun, narasi kekecewaan. Bukan narasi bersyukur atau berani menghadapi kenyataan.
Karena kehormatan bukan hanya sekedar memenangkan pertarungan tapi juga kebesaran jiwa mengakui kekalahan. Kontestasi pilpres 2019 harus dilihat dalam skala yang lebih besar.
Kemenangan Jokowi-Amin adalah kemenangan untuk Indonesia. Pengakuan kepada Jokowi-Amin, sedikit banyak harusnya mengajak kita segera "move on” dan memikirkan bagaimana melakukan kelangsungan kehidupan ke depan dalam kontesk berbangsa dan bernegara. Bersama-sama membangun Indonesia menjadi besar dan maju. Bersama-sama menyebarkan virus perdamaian dan keamanan agar bisa beraktifitas dan berproduktifitas dengan optimal.
Baca Juga: KPU Tetapkan Jokowi-Ma'ruf Pemenang Pilpres 2019
Percayalah demostrasi/unjuk rasa, boleh dan bagian dari kebebasan dalam mengeluarkan pendapat. Tapi juga harus diingat, ada UU dan peraturan yang tidak boleh dilanggar dalam berdemonstrasi/unjuk rasa. Salah satunya anarkhis atau merusak.
Kerusakan yang menjadi dampak dari sebuah unjuk rasa yang anarkhis, merugikan banyak pihak. Baik waktu, tenaga dan uang. Ketiga komponen itu, jauh lebih baik jika dipusatkan untuk bersama-sama melakukan ektifitas yang lebih positif, misalnya bersatu dan bergandeng tangan mengawal pemerintahan Jokowi-Amin 2019-2024.
Jangan beri kesempatan terjadi penyelewengan waktu dan biaya dalam pembangunan. Mari kritisi agar. Pembangunan lebih optimal dan terukur, sehingga mempercepat bangsa Indonesia maju dan makmur.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews