Narasi 'Hoax' atau berita tidak benar yang sengaja dibuat untuk menggiring opini publik ternyata menjadi senjata bumerang di tangan awam yang memainkannya.
Perjalanan menuju ke TPS berhasil dilakukan. Bangun pagi, terngiang waktu pencoblosan, diiringi perasaan bersalah bila tidak mencoblos, akhirnya membuat diri melangkahkan kaki untuk mandi, ganti baju, dan berangkat menuju paku yang siap menusuk kertas berwarna label abu-abu. Warna lain?
Tidak. Menggunakan form A5, hanya memperoleh kertas memilih Presiden dan wakil Presiden. Namun, sebagai seorang pendatang dan berdomisili di suatu daerah yang jauh dari lokasi DPT asal, bersyukur diperbolehkan menggunakan hak suara.
Tentunya perkenanan Tuhan berperan utama dalam kebersyukuran diri ini. Ditambah perjuangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempersiapkan teknis penyelenggaraan pemilihan. Dengan sistem pemilihan ini, para pemilih dapat memberi hak suaranya hampir tanpa hambatan berarti karena akses untuk mencoblos di luar domisili menjadi lebih mudah.
Memang saat tulisan ini dimuat, proses pencoblosan masih berlangsung. Namun, hampir dipastikan proses tersebut berjalan baik, sebaik pikiran kita memutuskan presiden terbaik yang akan memerintah Indonesia hingga 2024.
Dikatakan baik karena calon permilih yang hanya membawa KTP elektronik (e-ktp) dengan alamat di lokasi TPS namun belum tercatat di DPT diperbolehkan mendaftar dan menggunakan hak suaranya satu jam sebelum ditutup. Itu cukup mengapresiasi kinerja KPU di tahun ini. Memang perlu pula disadari adanya opini mencakup sistem pemilihan yang memaparkan kelemahan-kelemahan lembaga penyelenggaraan pemilihan umum ini.
Terlepas itu semua, proses perjalanan pemilihan umum tahun ini sangat baik dibanding sebelumnya. Hal itu terlihat dari animo masyarakat Indonesia di luar negeri yang diberitakan jauh lebih banyak dari tahun pemilihan sebelumnya. Pencapaian progresif ini perlulah diberitakan agar masyarakat melihat usaha perbaikan pemerintah demi menyelenggarakan sistem pemilihan umum yang damai dan terhindar dari sikap apatis-pesimistis terhadap perpolitikan ini.
Ada rasa penasaran siapa presiden terpilih 2019-2024, apakah dari pihak petahana atau oposis? Sebenarnya banyak cara orang memprediksi siapa presiden terpilih 5 tahun ke depan. Salah satu diantaranya sebagai berikut.
Pertama, bila melihat antusiasme pemilih menggunakan hak suaranya, dapat diasumsikan total pemilih mendekati realisasi jumlah penduduk Indonesia yang memiliki hak suara. Antusiasme ini ternyata sangat berpotensi menggerus sikap golput dan apolitis masyarakat Indonesia yang mencapai puncaknya di tahun pemilihan sebelumnya.
Bila mayoritas pemilih golput pada waktu itu tergerak menggunakan suaranya saat ini dikarenakan adanya pengaruh instruksi pemerintah untuk memilih, maka mayoritas pemilih golput mendukung pemerintah yang memang identik dengan sang petahana.
Kedua, perbaikan sistem pemilihan umum dengan beberapa perbaikannya telah berhasil menstimulasi gerak masyarakat menggunakan hak suaranya. Kemudahan mencoblos hanya melampirkan KTP elektronik menjadikan pemilihan selayak teknologi startup yang memberi akses semudah mungkin bagi penggunanya.
Para pemilih golput di waktu lalu itu mungkin tidak merasakan kemudahan akses memilih seperti terlihat sekarang ini, oleh karenanya mereka berpotensi memihak pemerintah alias petahana yang telah berhasil memberi kemudahan ini.
Ketiga, berbagai narasi turut mempengaruhi opini masyarakat memilih. Narasi yang dibangun, secara langsung maupun tidak langsung, telah menggerakkan calon pemilih, termasuk 'swing voter' dan pemilih golput.
Narasi 'Hoax' atau berita tidak benar yang sengaja dibuat untuk menggiring opini publik ternyata menjadi senjata bumerang di tangan awam yang memainkannya. Diketahui banyaknya 'hoax' ditemukan di pihak oposan dan memberi keuntungan petahana menggalang suara 'swing voter' dan para pemilih golput.
Bila analisa ini benar maka telah diketahui siapa presiden terpilih 2019-2024.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews