Pemasang “Raja Jokowi” Ternyata Pendukung Jokowi Sendiri!

Sabtu, 17 November 2018 | 23:03 WIB
0
500
Pemasang “Raja Jokowi” Ternyata Pendukung Jokowi Sendiri!
Poster

Dalam sebuah negara Monarki, Mahkota adalah simbol kekuasaan. Mahkota adalah tanda kebesaran bagi seorang pemimpin yang bergelar Raja atau Ratu. Di kalangan masyarakat Jawa tradisional, raja atau ratu merupakan sosok yang sangat terhormat.

Karena itu, rakyat seringkali memberi sebutan “gusti”. Semua titah atau perintah gusti akan ditaati karena dinilai sebagai orang yang cerdas layaknya seorang pandita. Ada istilah “Sabda Pandita Ratu”. Semua perintah ratu pasti ditaati rakyat.

Karena, apa pun perintah raja atau ratu dinilai sebagai hasil olah pikir pandita yang penuh kebijaksanaan. Memang tidak semua raja atau ratu bersifat adil-bijaksana. Sejarah mencatat, adanya raja atau ratu yang kejam, bengis, sewenang-wenang dan tak peduli pada rakyatnya.

Karena itu, politik di Jawa pada masa lampau banyak diwarnai pergolakan dan kudeta. Ada rakyat biasa yang akhirnya membunuh rajanya, karena terpikat kekuasaan atau karena tidak puas dengan kepemimpinan rajanya.

Simbol mahkota raja menjadi menarik, ketika ribuan poster bergambar Ir. H. Joko Widodo memakai Mahkota Raja dengan logo PDI Perjuangan Nomor 3 yang mengajak, “Ayo Bekerja untuk Rakyat” di Jawa Tengah menjadi heboh dan dipersoalkan.

Apa yang salah pada poster itu? Sebagai capres petahana untuk gelaran Pilpres 2019 nanti, sebenarnya gambar Jokowi mengenakan mahkota raja itu tidak salah. Toh, kostum serupa pernah dipakainya saat merayakan pesta kemenangan pada Pilpres 2014 lalu.

Tidak hanya mengenakan mahkota, Jokowi bahkan diarak dengan kereta kencana, simbol kendaraan kehormatan raja atau ratu Jawa. Sah-sah saja seorang pemimpin tertinggi memakai baju kebesaran, mahkota raja, dan kereta kencana.

Toh hanya simbol. Simbol sukses meraih kekuasaan tertinggi. Tak perlu ada yang ditakutkan. Dalam Budaya Jawa mengajarkan nilai-nilai luhur untuk membela kehormatan raja atau ratunya. Misalnya istilah ini: “Mikul dhuwur, mendhem jero”. Artinya ceritakan yang baik-baik dan simpan yang kurang baik.

Ada istilah lain: “Pejah-gesang nderek Sinuwun”. Hidup-mati ikut raja. Rakyat Jawa siap mempertaruhkan harta bahkan nyawa untuk membela raja atau ratunya. “Tentu saja, asalkan tidak berwatak Genderuwo,” ujar penulis Joko Intarto dalam catatannya.

Pemasangan poster “Jokowi Raja” di 27 wilayah kabupaten/kota di Jateng ternyata diprotes keras masyarakat. PDIP kemudian menurunkan poster-poster tersebut, tapi lucunya mereka malah bilang yang memasang poster-poster itu adalah kubu lawan.

Melansir Faktakini.com, Rabu (14/11/2018), pihak PDIP menyatakan foto yang menampilkan capres petahana Jokowi seorang raja ialah jurus kampanye hitam versi terbaru yang ditujukan untuk menyerang.

Alat peraga kampanye (APK) yang menonjolkan foto Jokowi memakai mahkota raja dan logo PDIP disebut disebarkan secara masif di sejumlah titik wilayah Jateng. Adalah Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto yang bersuara keras dan menuding pihak lawan.

“Ini modus kampanye hitam gaya baru, atribut itu seolah mendukung kami, padahal bersifat black campaign. Dari aspek estetika, komunikasi politik, daya imajinasi, teknik kampanye, atribut bergambar PDIP dan Pak Jokowi yang terpasang tersebut bukan kami,” katanya.

Hasto menilai, ada upaya mendiskreditkan partainya dan capres Jokowi jelang masa-masa kampanye yang tersisa 5 bulan lagi. “Ini cara-cara yang tidak sehat dalam demokrasi,” kata Hasto di Posko Rumah Cemara, Jakarta, Selasa (13/11/2018).

Menurut Hasto, partainya di Tim Kampanye Nasional (TKN) punya panduan dan desain berbeda, tak seperti foto Jokowi menggunakan mahkota. Ia menegaskan, penempatan APK sudah dipetakan di sejumlah titik berdasarkan pemetaan lokasi strategis.

Hasto menegaskan, alat peraga yang sudah diturunkan oleh kader PDIP dan masyarakat bukan diproduksi dari internal. “Dengan demikian, desain APK juga mempertimbangkan hasil survei dan FGD, tidak sembarangan sebagaimana APK liar yang muncul akhir-akhir ini,” katanya.

Poster Pusat

Titik terang terkait APK “liar” Raja Jokowi yang dipasang di wilayah Jateng tersebut mulai tersingkap. DPD PDIP Jateng telah menemukan pihak yang diduga sebagai koordinator pemasangan poster Jokowi ala Raja Jawa tersebut.

Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto menjelaskan pihaknya sudah bertemu dengan koordinator pemasang poster, setelah melakukan penelusuran. Menurut Bambang dari hasil penelusuran pemasangan poster Jokowi raja Jawa itu merupakan instruksi dari pusat.

Namun si pemasang poster tidak menyebutkan identitas aktor utama di balik poster tersebut.
“Ditanya ambil dari mana? Dikasih tahu dan ketemu orangnya. Saat ke sana, disitu juga ada 800-an yang belum dipasang. Kita foto orangnya. Kita data semuanya,” jelas Bambang.

Bambang menjelaskan dari pengakuan si pemasang, ia mendapat bayaran sebesar Rp10 ribu per sekali pemasangan poster yang sudah disediakan. “Dibayar Rp 10 ribu per poster. Itu di luar APK. Setiap desa pasang 10. Kalau di Jateng ada 8 ribu desa, berarti 80 ribu,” jelasnya.

Lebih lanjut dari penelusuran diketahui para pemasang poster mendapat komando dari Hotel Siliwangi, Semarang. Para pemasang mengaku mereka rakyat biasa yang secara pribadi memilih Jokowi. Namun butuh uang untuk hidup.

Selain tempat komando pemasangan poster, Bambang juga mendapat informasi, sejumlah stiker juga dipasang di ratusan angkot. Ada pemilik angkot yang mengaku dibayar Rp 100 ribu. Ada juga angkot di wilayah Pati dan Blora dibayar hingga sebesar Rp 150 ribu.

Pihaknya kemudian membersihkan stiker yang terpasang di angkot-angkot itu. Supir angkot dikumpulkan dan diajak berdialog. Sementara APK yang dipasang di ruang publik pun sudah dibersihkan dan dikumpulkan di kantor partai.

“Kami tunggu si penanggung jawabnya datang ke DPD PDIP Jateng. Kalau dia datang, akan kami ajak diskusi kenapa dia pasang begini. Kami menunggu sikap ksatriannya. Dijamin tidak akan lecet,” ujar Bambang, seperti dilansir RMOL.com, Rabu (14/11/2018).

PDIP di Jateng juga sudah menemukan gudang penyimpanan poster dan baliho Raja Jokowi untuk wilayah Banyumas. Lokasi penyimpanan ini justru ditemukan oleh relawan Projo dan Pengurus PDIP Kecamatan Bumiayu, Brebes, Jateng.

Koordinator Kaukus Anak Muda Indonesia, Ade Irmanus Sholeh, warga Desa Dukuhturi, Bumiayu, Brebes adalah yang orang bertanggungjawab memasang poster raja Jokowi di wilayah Banyumas.

Seperti dilansir Detik.com, Jumat (16/11/2018), saat dimintai keterangan oleh Pengurus PDIP dan relawan Projo, ia mengaku sebagai pendukung Jokowi. Ade mengaku dirinya memasang poster itu karena mendukung Jokowi dua periode.

Ade menceritakan semua yang terkait dengan peredaran poster itu kepada pengurus PDIP.
“ Yang memasang itu anggota KAMI (Kaukus Anak Muda Indonesia) yang sudah deklarasi dukung Jokowi dua periode,” tutur Ade, Jumat (16/11/2018) siang.

Sebelum mendapat tugas memasang poster raja Jokowi, lanjut Ade, semua koordinator kota dan kabupaten diundang oleh koordinator dari pusat di Jalan Siliwangi, Semarang beberapa hari lalu. Dalam pertemuan itu, anggota KAMI deklarasi dukung Jokowi.

“Kalau tidak salah pertemuan itu sebelum tanggal 5 November 2018 di Jalan Siliwangi Semarang. Sehabis pertemuan itu, tidak lama logistik dikirim ke daerah,” ucap Ade.

Ia mengungkapkan, selain deklarasi, pertemuan itu juga membahas rencana pemasangan baliho bergambar Jokowi. Hanya saja dalam pemaparan materi, pengurus pusat tidak menjelaskan secara jelas spesifikasi gambar Jokowi yang akan dipasang.

“KAMI semua koordinator kota dan kabupaten tidak dijelaskan secara gamblang dan jelas terkait spesifikasi gambar. Hingga akhirnya pengurus PDIP merasa keberatan dengan gambar Jokowi yang mengenakan mahkota dan logo partai,” papar Ade.

Ade mengaku, meski berstatus sebagai warga Bumiayu Brebes, namun dirinya merupakan koordinator wilayah Banyumas. Saat ini sudah banyak poster yang dipasang di wilayah Banyumas.

“Brebes ada sendiri koordinatornya. Namanya Ali. Waktu pertemuan di Semarang, Ali tidak terlihat, namun tetap mendapat kiriman paket poster,” ujarnya. Jumlah poster yang diterima ada dua macam, yaitu Poster Jokowi dan ucapan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Setiap kabupaten dan kota tidak sama jumlah poster yang diterima, tergantung jumlah desa dan kelurahan. Satu desa akan mendapat 10 lembar baliho dengan rincian 5 poster Raja Jokowi dan 5 ucapan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Secara politis, poster Raja Jokowi ini menunjukkan, PDIP hanya ingin mengantarkan Jokowi sebagai Presiden semata dan “tidak perlu” ada foto Ma’ruf Amin sebagai cawapresnya. Inilah yang perlu dievaluasi lagi oleh TKN Jokowi-Ma’ruf.    

***