Maafkan saya. Bukan nasionalismeku yang sudah luntur. Tapi andai Negara Timor Leste aja menawarkan kewarga-negaraan kepada saya, dengan senang hati saya akan pindah kewarganegaraan sekarang juga.
Jujur saya mulai patah arang melihat logika sehat bangsa kita ini. Apakah kita masih normal menjadi manusia Indonesia?
Bayangkan Pilpres 2019 yang akan memilih Putra terbaik bangsa untuk memimpin 250 juta lebih rakyat, tapi untuk penyampaian visi dan misi saja bisa batal hanya gara-gara satu pihak tidak bersedia menyampaikannya secara langsung, tapi malah minta bisa diwakilkan ke Team Sukses-nya.
Pertanyaannya: "Kenapa harus diwakilkan?
Apakah timsesnya dianggap lebih pintar dan menguasai masalah dan persoalan besar bangsa ini. Kalau iya, kenapa bukan orang tersebut yang dijadikan Capres/Cawapres?
Wahai Rakyat Indonesia, tanggal 17 April nanti kita mengadakan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Bukan mengadakan acara hiburan nanggap-wayang atau topeng monyet.
Kalau Pertunjukan Wayang atau Topeng Monyet, silahkan saja Wayang atau Monyetnya yang beratraksi untuk menghibur di depan sedangkan Dalang atau Pawang Monyetnya silahkan mengarahkan dibelakang layar.
Namanya saja acara Hiburan, yang penting lucu dan bisa membuat kita tertawa dan bertepuk-tangan.
Tapi karena acara kita untuk Pilpres, demi masa depan bangsa, negara dan anak cucu kita semua, maka penyampaian visi dan misi-nya, seharusnya yang tampil ke depan ya para Capres dan Cawapres-nya langsung.Bukan malah menyuruh timses.
Atau, jangan-jangan ada diantara Capres/Cawapres kita yang selama ini cuma dianggap wayang atau topeng monyet?
Kemudian saya baca lagi diberita online kalau KPU sebagai penyelenggara konon akan memberikan daftar pertanyaan sebelum debat.
Haiyya... apa tidak sekalian diberikan juga jawabannya. Kok bisa Debat Presiden yang sudah jelas tema-nya, pertanyaannya juga mau dibocorkan?
Menurut saya, semestinya pertanyaan-pertanyaan itu harus rahasia. Itu kalau kita sepakat mendapatkan Pemimpin yang smart. Jawaban spontan adalah satu cara kita mengukur kualitas dan kemampuan intelektual para kandidat Capres/Cawapres kita.
Jadi jujur, saya bingung bolak-balik melihat logika penyelenggara Pilpres kita kali ini. Apakah belum cukup Kotak Suara dari Karton (apa Kardus?) itu bikin polemik dan rakyat mengurut dada?
"Lihat Kotak Suaranya biarpun dari Karton tapi tahan air", kata mereka memperagakan dengan membuang Kotak dan membenamkannya kedalam air tapi Kotak-nya dibungkus dengan Plastik.
Oh, emeziiinnngggg...., sial...sialan..!!!
(Tuhanku, kenapa hamba terlahir di negeri yang isinya banyak orang-orang aneh ini...!!!).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews