Jadi Presiden Itu Harus Pintar Apa Boleh Ga Pintar Juga, Sih?

Senin, 7 Januari 2019 | 08:20 WIB
0
1286
Jadi Presiden Itu Harus Pintar Apa Boleh Ga Pintar Juga, Sih?
Pasangan capres (Foto: Detikriau.org)

Maafkan saya. Bukan nasionalismeku yang sudah luntur. Tapi andai Negara Timor Leste aja menawarkan kewarga-negaraan kepada saya, dengan senang hati saya akan pindah kewarganegaraan sekarang juga.

Jujur saya mulai patah arang melihat logika sehat bangsa kita ini. Apakah kita masih normal menjadi manusia Indonesia?

Bayangkan Pilpres 2019 yang akan memilih Putra terbaik bangsa untuk memimpin 250 juta lebih rakyat, tapi untuk penyampaian visi dan misi saja bisa batal hanya gara-gara satu pihak tidak bersedia menyampaikannya secara langsung, tapi malah minta bisa diwakilkan ke Team Sukses-nya.

Pertanyaannya: "Kenapa harus diwakilkan?

Apakah timsesnya dianggap lebih pintar dan menguasai masalah dan persoalan besar bangsa ini. Kalau iya, kenapa bukan orang tersebut yang dijadikan Capres/Cawapres?

Wahai Rakyat Indonesia,  tanggal 17 April nanti kita mengadakan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Bukan mengadakan acara hiburan nanggap-wayang atau topeng monyet.

Kalau Pertunjukan Wayang atau Topeng Monyet, silahkan saja Wayang atau Monyetnya yang beratraksi untuk menghibur di depan sedangkan Dalang atau Pawang Monyetnya silahkan mengarahkan dibelakang layar.

Namanya saja acara Hiburan, yang penting lucu dan bisa membuat kita tertawa dan bertepuk-tangan.

Tapi karena acara kita untuk Pilpres, demi masa depan bangsa, negara dan anak cucu kita semua, maka penyampaian visi dan misi-nya, seharusnya yang tampil ke depan ya para Capres dan Cawapres-nya langsung.Bukan malah menyuruh timses.

Atau, jangan-jangan ada diantara Capres/Cawapres kita yang selama ini cuma dianggap wayang atau topeng monyet?

Kemudian saya baca lagi diberita online kalau KPU sebagai penyelenggara konon akan memberikan daftar pertanyaan sebelum debat.

Haiyya... apa tidak sekalian diberikan juga jawabannya. Kok bisa Debat Presiden yang sudah jelas tema-nya, pertanyaannya juga mau dibocorkan?

Menurut saya, semestinya pertanyaan-pertanyaan itu harus rahasia. Itu kalau kita sepakat mendapatkan Pemimpin yang smart. Jawaban spontan adalah satu cara kita mengukur kualitas dan kemampuan intelektual para kandidat Capres/Cawapres kita.

Jadi jujur, saya bingung bolak-balik melihat logika penyelenggara Pilpres kita kali ini. Apakah belum cukup Kotak Suara dari Karton (apa Kardus?) itu bikin polemik dan rakyat mengurut dada?

"Lihat Kotak Suaranya biarpun dari Karton tapi tahan air", kata mereka memperagakan dengan membuang Kotak dan membenamkannya kedalam air tapi Kotak-nya dibungkus dengan Plastik.

Oh, emeziiinnngggg...., sial...sialan..!!!

(Tuhanku, kenapa hamba terlahir di negeri yang isinya banyak orang-orang aneh ini...!!!).

***