Pada bulan Safar tahun ke-4 Hijriah, Nabi Muhammad SAW mengutus 70 orang sahabatnya menyampaikan dakwah ke penduduk Nejed di timur jazirah Arab.
Adalah Abu Bara Amir bin Malik, pemimpin Kabilah Bani Amir di Nejed yang enggan masuk Islam kecuali dikirimi rombongan sahabat nabi. Kepada Nabi, Abu Bara memberi jaminan keselamatan atas nyawa para utusan.
Sepintas, permintaan Abu Bara ini baik, namun berbuah tragedi. Sebanyak 69 sahabat nabi dibunuh sesampai mereka di Bi’ru (Telaga) Maunah, perkampungan Bani Amir dan Bani Salim. Satu utusan, Kaab bin Zayd selamat karena tubuhnya terkubur di antara sahabat yang dibunuh.
Kau tahu, membunuh utusan adalah salah satu perbuatan keji dalam dunia diplomasi. Para pembawa berita punya kekebalan politik, setidaknya dia mesti dianggap “hanya” penyampai berita.
Kalau kau sedang bermusuhan, sedang berpolemik, maka sasarlah lawan langsung. Sampaikan ke “para utusan” untuk menyampaikan perlawananmu. Tapi bukan marah kepada para utusan.
Nabi pun demikian, 69 sahabat yang tewas itu ditangisi dan diingat-ingat terus oleh beliau. Selama 30 hari, Nabi menitip doa yang panjang dalam qunut nazilah untuk jiwa utusan-utusannya yang syahid itu.
Itulah pemimpin yang baik. Mendoakan para utusan, menangisi mereka ketika syahid.
Wartawan, juga bisa dikategorikan sebagai utusan, penyampai berita. Ia menjadi penghubung kita dengan sumber berita.
Tentu saja memang kadang ada unsur subyektifitas dalam pemberitaannya, tapi itu lazim dalam dunia media. Itu namanya perspektif, sudut pandang.
Satu peristiwa tunggal, bisa disampaikan dari beragam perspektif. Tergantung dari latar pemahaman anda atas peristiwa itu, atau unsur lain yang sekira bisa dikaitkan dengan peristiwa.
Seorang pemimpin yang buruk, terbiasa mengusir dan memusuhi para penyampai berita. Terlebih karena ketidakmampuan dia memposisikan diri sebagai pemimpin yang “layak” diberitakan positif.
Salah satu ciri buruk seorang pemimpin adalah tertutup pada ekspose berita. Itu adalah tanda kesombongan, juga kebohongan. Apalagi kemudian mengumumkan “perang” terhadap media dan wartawan.
Orde Baru mengajarkan kita bagaimana buruknya rezim mengelola perkawanan dengan media. Pemberangusan, pembredelan, intimidasi terhadap wartawan hingga pembunuhan terhadap mereka.
Orde Baru, jangan sampai muncul lagi di Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews