Fahri Hamzah bilang presiden ngomong fiksi, soal Avengers, Thanos dan sebagainya. Tapi, kata Fahri, sejarah dilupakan. Padahal apakah Jokowi melupakan sejarah? Tentu saja Fahri asbun.
Namanya juga upaya mendelegitimasi. Cara yang dipakai ialah simplifikasi. Kemudian dibenturkanlah ruang paradoksalitas itu. Targetnya memang hanya untuk mendiskreditkan, bukan mencari kebenaran tudingan.
Cara berfikir parsial gitu, khas politikus, wa bil khusus politikus busuk. Apalagi ketika Fahri ngomong daripada ngomong fiksi, mendingan ngutip kitab suci. Tapi jangan tanyakan gimana komentarnya, ketika Prabowo ngutip novel fiksi di mana Indonesia bakal hancur di 2030. Makanya dia ngomong kita boleh menyerang lembaga kepresidenan, tetapi tidak untuk lembaga DPR.
Omongan ngawur itu, sama persis dengan yang dikatakan Sandiaga, dengan membandingkan Game of Thrones dengan film tentang Nabi Yusuf. Ketahuan 'kan, framing yang mau dibangun?
Tak jauh beda dengan omongan Sudirman Said dan Ferry Mursidan, yang menilai UGM bukan lagi representasi lembaga pendidikan yang demokratis. Anda tahu arahnya? Gara-gara Jokowi lulusan UGM? Tapi, bagaimana dengan alur penyelenggaraan seminar yang ditolak itu? Yang maunya ngomong kepemimpinan milenial, tapi semua narsumnya berasal dari satu kubu yang sedang berkontestasi politik?
Kenapa penyelenggara bukan mahasiswa Fisipol? Kenapa mahasiswa FT UGM? Ada apa di fakultas ini? Organisasi mahasiswa apa yang dominan di sini? Anda tahu, setelah gagal "berseminar" di UGM, mereka kemudian memindah acara di sebuah cafe. Bukan seminar, melainkan (bersama Sudirman Said dan Ferry Mursidan), mereka melakukan Deklarasi Politik mendukung Prabowo-Sandi.
Ngomong ngawur itu bukannya tanpa akar. Kita lihat bagaimana komentar Fadli Zon mengenai penyelenggaraan IMF di Bali? Tampak sekali ia menjadi faktor negatif yang mendegradasi daya saing Prabowo.
Para alumni UGM yang tersebar ke seluruh Indonesia, dan apalagi yang menduduki jabatan publik, dicurigai sebagai basis massa Jokowi. Tapi kalau benar manuver Sudirman Said untuk mendelegitimasi UGM, bagaimana dengan Amien Rais, yang juga alumnus UGM dan pernah mengajar di kampus biru itu? Jangan-jangan Amien orang yang diam-diam disusupkan ke kubu Prabowo?
Omongan ngawur, tak mementingkan baik dan benar. Menurut Prabowo, pertarungan politik adalah soal kalah-menang. Bukankah Presiden PKS juga sudah bersabda, bahwa kampanye negatif dibolehkan, karena beda dengan black-campaign?
Ya, kita lihat saja. Apakah bangsa Indonesia akan sama konyolnya dengan bangsa Amerika Serikat, yang memenangkan Trump? Jadi, mari ngomong ngawur.
Tak ada urusan moralitas politik. Ajak anak-anak sekolah bawah umur, yang sebenarnya tak boleh diikutkan berkampanye oleh aturan Pemilu. Ajari mereka takbir bertalu-talu, diiring teriakan ganti presiden.
Ini memang menyebalkan. Tapi harus kita lalui. Agar semakin cepat kita segera tinggalkan praktik politik busuk rasa orde bauk Soeharto ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews