Rapimnas Golkar sudah memutuskan untuk mengusulkan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden bagi Prabowo.
Bisa kita pastikan partai koalisi lainnya akan mengamini ini dan pada ujungnya Gian pun akan menjadi sebagai cawapres Prabowo.
Kini kita memiliki lengkap sudah tiga calon wakil presiden: Muhaimin Iskandar untuk Anies, Mahfud MD untuk Ganjar, dan Gibran untuk Prabowo.
Pertanyaan selanjutnya bagaimakah posisi elektoral tiga cawaprees tersebut per-hari ini? Posisi elektoral ini penting karena ia akan menentukan seberapa besar nantinya cawapres ini bisa menambah suara bagi capres pasangannya.
Maka kita menganalisis tiga hal sekaligus. Pertama, tingkat pengenalan dan kesukaan masing-masing cawapres. Kedua, segmen suara terbesar yang bisa mereka pengaruhi. Ketiga, basis teritori provinsi besar yang juga bisa mereka mainkan, untuk menambah dukungan.
Kita mulai dengan data. Ini data survei LSI Denny JA, di bulan September 2023. Untuk tingkat pengenalan per hari, Gibran sudah dikenal oleh 65,4% populasi Indonesia.
Prosentasenya lebih tinggi dibandingkan Mahfud yang dikenal oleh 60,1% populasi. Juga lebih tinggi dibandingkan Muhaimin Iskandar yang dikenal 49%.
Untuk tingkat kesukaan dari yang mengenal sang Cawapres, Gibran disukai oleh 81,2% pemilih yang mengenalnya. Itu sangat tinggi dan datang terutama dari generasi mileneal.
Mahfud MD disukai oleh 79,8% dari yang mengenalnya. Sedangkan Muhaimin Iskandar disukai oleh 61,5% pemilih yang mengenalnya.
Per hari ini, 4 bulan sebelum pilpres, di tingkat pengenalan dan kesukaan Gibran unggul sementara.
Lalu kita perlu juga melihat potensial tambahan dukungan yang bisa mereka ambil. Untuk Muhaimin Iskandar misalnya pemilih NU ini potensial ia eksplorasi. Pemilih NU itu banyak sekali sekitar 50%. Tapi tentu saja sejak dulu, pemilih NU tak pernah satu suara.
Kedua, Muhaimin juga bisa mengeksplorasi pemilih PKB di mana Muhaimin sebagai ketumnya itu. Total populasi pemilih di PKB di bawah 10% dari total pemilih Indonesia.
Sedangkan Mahfud MD, ia pun juga bersaing untuk pemilih NU yang totalnya sekitar 50% dari total populasi pemilih.
Mahfud juga potensial menggaet pemilih dari kalangan terpelajar, terutama aktivis yang militan terhadap isu anti korupsi. Pada isu ini memang titik kuat Mahfud. Segmen pemilih kalangan terpelajar itu sekitar 10% dari total populasi pemilih.
Sementara untuk Gibran, ia potensial mengambil pemilih di Jawa Tengah. Total pemilih Jawa Tengah itu sekitar 13,39% dari seluruh pemilih Indonesia. Di Jawa Tengah akan menjadi pertarungan keras antara Gibran versus Ganjar.
Gibran juga potensial mengambil pemilih milenial, yang jumlahnya sekitar 48,5% dari total pemilih Indonesia. Yang lebih utama lagi, yang bisa dieksplorasi Gibran adalah pemilih yang puas terhadap Jokowi. Itu jumlahnya sangat besar,!sekitar 70 sampai 80% dari total pemilih Indonesia.
Teritori besar yang lebih mudah dipengaruhi Gibran adalah Jawa Tengah. Di sanalah memang Gibran dan Jokowi berasal.
Sementara Muhaimim lebih kuat berkiprah di Jawa Timur. Itu provinsi andalannya. Mahfuf pun juga lebih potensial di Jawa Timur, terutama Madura.
Tapi sekali lagi. Seberapa besar pengaruh yang para cawapres ini berikan kepada capres pasangannya, tak hanya tergantung dari manuver
mereka. Itu juga tak hanya ditentukan oleh kerja politik positif mereka hingga empat bulan ke depan.
Tapi itu juga ditentukan oleh kemungkinan blunder yang mereka kerjakan. Di titik ini, pengaruh cawapres justu negatif.
Denny JA
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews