Penduduk Indonesia 270-an juta merupakan ladang persemaian pelbagai bentuk organisasi. Di antaranya Muhammadiyah dan HMI yang memainkan peran untuk mengikhtiarkan kemajuan umat dan bangsa.
Penanggalan hijriyah, Zulhijjah ini Muhammadiyah mencapai 112 tahun. Jauh melampaui pendiri dan pengurus fase awal. Pengurus dan kader Muhammadiyah kini, tak satupun yang berjumpa langsung dengan Allahuyarham Kiai Dahlan.
Sementara itu, di kota yang sama juga didirikan Himpunan Mahasiswa Islam, secara singkat disebut HMI. Berbagi spirit yang sama, keduanya didirikan untuk mengakselerasi kemajuan umat Islam.
Dalam semangat yang sama itulah, mengambil peran yang berbeda. Muhammadiyah fokus pada pengembangan Pendidikan, Kesehatan, ekonomi, dan juga penanganan bencana. Walau tidak sebatas itu saja, Muhammadiyah kini sudah meneroka peran-peran dalam skala nasional dan juga mulai menyentuh ranah global.
Sementara HMI, subyeknya pada mahasiswa. Juga dalam skala yang sama. Hanya saja peran yang dieksplorasi lebih pada aktivitas kemahasiswaan. Dimana fase ini terbatasi oleh masa belajar di kampus saja.
Setiap orang muslim tetap boleh menjadi anggota. Syarat utamanya adalah mahasiswa. Pada jangka waktu itulah HMI mengambil peran. Sementara untuk kader Muhammadiyah, merupakan pengabdian panjang sepanjang hayat.
Muhammadiyah dan HMI Memajukan Umat
Kata ini mempertemukan pula keduanya. Jika dalam Muktamar Muhammadiyah 2015 bertempat di Makassar, kemajuan yang mendapatkan awalan ber dalam kata berkemajuan, menjadi tema sentral muktamar kala itu.
Sementara HMI menggunakan kata kemajuan dalam lagu yang dikumandangkan dalam setiap kesempatan, “turut Quran dan Hadis, untuk kemajuan”.
Pada Muhammadiyahlah HMI mengadukan masalah dalam satu kesempatan akhir 1950-an dan awal 1960-an. Kader-kader muda Muhammadiyah Ketika itu seperti Lukman Harun, M. Amien Rais, Ahmad Syafii Maarif, dan A. Malik Fadjar, pernah menempuh aktivitas di HMI (Alfian, 2013: 207).
Muhammadiyah membela HMI dan turut memperjuangkan untuk mencegah pembubaran HMI. PB HMI yang diwakili Sulastomo menemui Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk keadaan genting saat itu (Jurdi, 2010: 210).
Saat itu, Presiden Soekarno memutuskan bahwa HMI harus dibina Kotrar. Tema inilah yang didiskusikan Bersama KH. A Badawi. Ketika Kiai Badawi berjumpa dengan Presiden Soekarno pada 18 September 1965, suara HMI diteruskan sekaligus menyampaikan bahwa pembinaan HMI hendaknya bukan pada Kotrar melainkan pada ormas Islam yang saat itu diantaranya adalah Muhammadiyah.
Apa yang disampaikan Kiai Badawi secara perlahan menyurutkan tekanan terhadap HMI. Sehingga sampai kini, kita tetap menyaksikan kiprah HMI. Pada Februari mendatang, akan mencapai tahun ke-75.
Fase pada tahun-tahun tersebut pulalah kemudian menjadi momentum pembentukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Keberadaan IMM dalam naungan Muhammadiyah menjadi kebersamaan dengan HMI bersisian dalam dunia kemahasiswaan.
Keberadaan HMI dalam perjalanan yang berbagi peran dengan Muhammadiyah, pada kesempatan-kesempatan tertentu berinteraksi dalam pelbagai kesempatan. Begitu pula, kader HMI tentu saja diantaranya lahir dari keluarga warga Muhammadiyah.
Seusai ber-HMI dimana ada tempo tertentu,mereka kemudian menjadi kader-kader Muhammadiyah. Tidak lagi sebagai kader HMI yang statusnya akan lepas begitu predikat mahasiswa sudah tidak disandang.
Kader HMI, semasa sarjana menjadi kader umat. Tidak lagi berada dalam lingkungan HMI semata. Kalaupun ada KAHMI, itu semata-mata hanyalah “nostalgia” dimana saat ini mencari pola partisipasi aplikatif dalam kemajuan umat dan bangsa.
Dalam tahun akademik 2021 ini, Majelis Pendidikan Tinggi KAHMI membentuk Universitas Insan Cita Indonesia. Sementara Muhammadiyah telah mengelola tidak kurang dari 177 perguruan tinggi, tersebar dari Aceh sampai ke Jayapura.
Penduduk Indonesia yang berjumlah 270-an juta merupakan ladang persemaian pelbagai bentuk organisasi. Diantaranya Muhammadiyah dan HMI yang masing-masing memainkan peran untuk mengikhtiarkan kemajuan umat dan bangsa.
Keduanya bersisian, dan juga saling mendukung dalam pelbagai kesempatan dan interaksi. Ini merupakan peluang untuk saling melengkapi dan juga berbagi peran tak lain hanyalah untuk kemajuan umat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews