Keputusan Presiden RI itu No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional.
Presiden Pertama Republik Indonesia Dr. (HC) Ir. Soekarno telah mengeluarkan Kepres untuk mengangkat Tan Malaka sebagai Pahlaean Nasional.
Tan Malaka tewas ditembak oleh pasukan Republik Indonesia tanggal 21 Februari 1949 di Selopanggung. Menurut Poeze, sejarawan Belanda, Tan Malaka tewas dieksekusi pada 21 Februari 1949 oleh pasukan dari Batalion Sikatan, Divisi Brawijaya, di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. Perintah itu datang dari Letda Soekotjo yang menurut Poeze adalah orang kanan yang paling beropini bahwa Tan Malaka harus dihabisi.
Poeze yang nama lengkapnya Harry A Poeze identik dengan sosok Tan Malaka. Dialah sejarawan Belanda yang paling menguasai kisah hidup aktivis politik revolusioner dalam sejarah Indonesia itu. Di balik ramainya diskusi Tan Malaka akhir-akhir ini, banyak juga mempertanyakan pada ke mana peneliti Indonesia? Jika tidak ada Poeze, bisakah cerita Tan Malaka begitu lengkap?
Iya inilah salah satu pertanyaan dari kita yang mencintai sejarah Indonesia. Kita berharap penemuan seperti ini muncul dari peneliti bangsa Indonesia sendiri, karena sumbernya banyak tersebar di Indonesia. Berharap para peneliti muda Indonesia suatu ketika mampu mengikuti jejak Poeze.
Tan Malaka atau Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, juga pendiri Partai Murba, dan merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir di Pandam Gadang tanggal 2 Juni 1897. Pandam Gadang merupakan salah satu Nagari di Kecamatan Gunuang Omeh di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, Indonesia.
Berbicara tentang Tan Malaka ini, ahli waris Tan Malaka ingin sejarah perjuangan penggagas Republik Indonesia itu dimasukkan ke dalam pelajaran Sejarah di sekolah. Mereka meminta hal tersebut kepada pemerintah sebagai salah satu cara agar generasi penerus bangsa mengetahui kiprah Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan.
Hengky Novaron Arsil Datuk Tan Malaka mengatakan masih terlalu banyak hal yang perlu digali dari Tan Malaka, baik dari segi pemikiran, perjalanan hidup, gagasan, visi, misi, dan cita-cita mulianya, untuk dipelajari oleh generasi penerus dan masyarakat. Pihaknya menilai hal itu sebagai bentuk kompensasi atas jasa Tan Malaka bagi negeri ini.
Seiring usulan tersebut memang banyak juga yang tidak menyukai, karena ia adalah seorang komunis. Dalam sejarah, pro dan kontra merupakan hal biasa, tergantung pemerintah sekarang untuk memutuskannya. Tetapi yang jelas Tan Malaka adalah Pahlawan Nasional.
Tentang hal ini Presiden Soekarno pernah merehabilitasi pertama kali nama Tan Malaka dalam pidatonya saat menghadiri Kongres Partai Murba pada Desember 1960. Waktu itu kutipannya masih memakai bahasa Indonesia ejaan lama.
Saja kenal almarhum Tan Malaka. Saja batja semua ia punya tulisan2. Saja berbitjara dengan beliau berdjam-djam – dan selalu didalam pembitjaraan2 saja dengan Almarhum Tan Malaka ini, ketjuali tampak bahwa Tan Malaka adalah pentjinta Tanah Air dan Bangsa Indonesia, ia adalah seorang sosialis jang sepenuh-penuhnja, kata Bung Karno, sebagaimana dikutip Poeze dari Buku Bung Karno tentang Partai Murba (1961).
Keputusan Presiden RI itu No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Nasional. Pada 21 Februari 2017, jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan dari Kediri ke Sumatra Barat.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews