Mereka juga tidak pernah merengek-rengek minta fasilitas negara untuk kepentingan ego pribadinya dan mengeruk uang dari kalangan yang berpunya.
Sejak awal, saya menduga bahwa akhir drama Vaksin Nusantara ini berakhir seperti ciptaan Terawan soal mesin cuci otak yang tidak akan pernah menjadi metode yang digunakan secara luas.
Karena kaidah saintifiknya tidak pernah akan terjadi.
Jadi untuk yang percaya saja. Dan tentu saja untuk yang punya duit saja.
Itu memang target Terawan sejak mula.
Termasuk vaksin Nusantara. Yang kali ini gagal di nasionalkan karena kaidah saintifiknya coba dihilangkan.
Beruntung Pak Jokowi pecat dia. Karena kalau tidak duit negara dibobol lebih banyak untuk membiayai riset berskala luas yang dilaksanakan oleh perusahaan asing dan proxynya di Indonesia. Terawan dalam hal ini cuma pion.
Sekarang, dengan MOU antara RSPAD dan BPOM, vaksin-vaksinan yang namanya Nusantara hanya untuk penelitian berskala kecil saja. Dengan pagu dana terbatas dari pemerintah melalui Kemenkes.
Keterlibatan Kemenkes nampaknya terpaksa dilakukan karena dana pemerintah sudah terlanjur mengucur untuk membiayai riset vaksin-vaksinan Nusantara lewat Balitbang.
Dana pemerintah diambil Terawan melalui keputusan menteri kesehatan. Yang diteken oleh Terawan beberapa hari sebelum dia dipecat.
Saya sepakat dengan pandangan para ahli yang jauh mumpuni ketimbang Terawan.
Bahwa teknik dendrik yang selama ini menjadi cara meningkatkan ketahanan tubuh penderita kanker adalah terapi individual.
Sampai kapanpun, terapi ini tidak akan pernah berubah menjadi terapi massal seperti vaksinasi.
Gembar-gembor Terawan soal vaksinasi dendrik hanyalah kebohongan dan pembodohan semata.
Namun sekarang, kebohongan dan upaya pembobolan dana pemerintah untuk membiayai penelitian asing pupus sudah.
Alhamdulilah Puji Tuhan Halleluya .. Vaksin Nusantara berhenti seperti khasiat air Ponari
Tidak saintifik. Dan hanya dipakai untuk orang yang percaya saja akan khasiatnya saja. Dan sambil senyum kita menyaksikan betapa orang-orang besar - bukan orang biasa yang miskin - rela antri dijadikan sebagai kelinci percobaan Terawan.
Selanjutnya, kita berharap pemerintah memberikan perhatian total pada vaksin Merah Putih yang menggunakan virus domestik hasil karya anak bangsa.
Yang tulus meneliti dengan penuh kesabaran dan dedikasi tinggi untuk kebaikan seluruh negeri. Melalui penelitian dan disiplin keilmuan berdasarkan standard riset internasional. Yang tunduk sepenuhnya pada arahan BPOM.
Para ilmuwan yang kini berkutat menciptakan vaksin Merah Putih tidak pernah bermimpi secuilpun menjadi vaksin buatan mereka seperti air Ponari. Dan memohon mohon agar orang orang besar mau menjadi relawan.
Mereka juga tidak pernah merengek-rengek minta fasilitas negara untuk kepentingan ego pribadinya dan mengeruk uang dari kalangan yang berpunya....
May God Bless Us..
May God Bless Indonesia..
***
.
.
.
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews