Negeri ini dibangun oleh para founding fathers dengan dan dalam semangat kebersamaan dan gotong royong. Semangat kebersamaan para bapak pendiri bangsa itulah yang akhirnya mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tanpa kebersamaan, NKRI tidak akan pernah lahir atau terbentuk dan hanya sekedar angan-angan dan harapan kosong yang mustahil diwujudkan.
Oleh karena itu, seluruh komponen bangsa tidak boleh pernah berhenti dan mengenal lelah untuk menumbuh kembangkan kebersamaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang mulai kehilangan gairah untuk bersatu. Bangsa Indonesia mesti bersatu padu dan bergandeng tangan membangun Bumi Pertiwi ini meskipun kita berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Rasa kebersamaan dan persatuan ini haruslah dipupuk dan ditumbuhkan kembali khususnya pasca Pemilu 2019 yang sangat menguras tenaga, emosi, dan pikiran ini.
Menyemarakkan semangat persatuan dan kesatuan secara tidak langsung berarti turut menjaga marwah bangsa yang telah diperjuangkan dengan mati-matian oleh bapak pendiri Indonesia dan para pejuang kemerdekaan.
Inilah sesungguhnya arti utama dari menjadi warga yang bermartabat di sebuah negeri yang kerap memancarkan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang. Dengan begitu Indonesia tidak hanya sebatas sebuah bangsa yang padat penduduk dan terdiri dari beribu kepulauan, tapi juga sebuah tempat yang kita anggap rumah yang penuh dengan pesan-pesan serta nilai-nilai universal yang mempersatukan kita dalam membangun bangsa ini ke depan.
Indonesia yang sangat luas, kaya serta memiliki tingkat keragaman budaya, suku, dan agama yang tinggi ini, tak bisa dibangun oleh satu, sekelompok, atau segelintir elite atau pun satu kekuatan politik saja. Keberhasilan membangun bangsa ini membutuhkan kebersamaan para pemimpin, para elite politik, tokoh agama, para penggiat medos dan seni, serta seluruh elemen masyarakat di negeri ini.
Kita memang tak mungkin terus menerus memikirkan masa lalu dan mengarahkan telunjuk saling menyalahkan dan siapa yang paling bertanggung jawab; proses yang hanya membuang waktu dan membuat kita semakin tertinggal. Kita harus menanggalkan keinginan untuk menonjol dan menang sendiri sebab Mustahil rasanya tujuan individu tercapai tanpa dipenuhinya tujuan kolektif.
Yang utama adalah merdeka terlebih dulu sehingga kemudian kebutuhan individu yang layak seperti sandang, pangan, dan papan dapat terpenuhi dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh John F. Kennedy menjadi sangat relevan dalam perjuangan Indonesia saat ini: “Jangan tanyakan apa yang dapat negara lakukan untukmu, tapi tanyakan apa yang dapat kau lakukan untuk negara.”
Ini adalah pola pikir yang harus dimiliki kita semua, termasuk para wakil rakyat kita di parlemen. Memang semuanya butuh proses, namun proses dapat dipercepat bila kita memiliki semangat persatuan yang kuat. Ketika semua rakyat telah benar-benar menyadari akan pentingnya sebuah persatuan, maka cita-cita untuk menjadi negara maju di masa depan bukan hanya sekadar angan-angan belaka.
Berdasarkan hasil quick count berbagai lembaga survei yang mengunggulkan pasangan calon nomor urut 01 itu sebagai pemenang pemilihan presiden 2019.
Sampai pada waktunya rekapitulasi suara secara resmi diumumkan Komisi Pemilihan Umum. Sementara di kubu 02 terus melakukan politik membangun persepsi publik, bahwa mereka lah pemenang pilpres. Mereka membuat manuver agar masyarakat tidak percaya terhadap lembaga survei.
Untuk itu sebaiknya semua pihak bersabar menunggu keputusan resmi KPU dengan tidak membangun persepsi di publik yang justru akan meprovokasi massa. Pendekatan hitung cepat quick count merupakan metode pengetahuan yang telah teruji diberbagai penyelenggaraan Pemilu di beberapa negara. Karena apa jadinya jika metode tersebut tidak dilakukan dan justru memberi peluang kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan kecurangan, dan rakyat pemilih di buat gelap sepanjang menunggu hasil resminya.
Mari kita bersabar untuk menunggu hasil rekapitulasi penghitungan perolehan suara pemilu yang dilakukan oleh KPU, sebagai satu-satunya lembaga yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, bukan malah memprovokasi massa dengan asumsi-asumsi yang tidak dapat diukur validitasnya.Masyarakat agar tetap menahan diri dan tak melakukan tindakan yang bertentangan dengan hukum. Atau bahkan bersikap inkonstitusional, bersikaplah cerdas dan mengedepankan rasa persatuan. Pemilu telah menjadi bukti kedewasaan dan kematangan bangsa Indonesia dalam konteks bernegara.
Karena itu, semua warga negara, kontestan pemilu, petugas penyelenggara, mulai dari KPU hingga Badan Pengawas Pemilu, juga TNI dan Polri, yang telah mensukseskan pemilihan ini harus dihargai dengan sikap bijaksana dan bukan malah memprovokasi hanya untuk menginginkan syahwat kekuasaanya.
Kita harus bersatu jika kita ingin melihat Indonesia yang maju, berwibawa, disegani bangsa lain, khususnya pasca gelaran Pemilu 2019 ini. Kita perlu melanjutkan Pembangunan Indonesia dan suksesnya keberlanjutan Kepemimpinan Nasional. Jangan sia-siakan modal besar bangsa yang kita miliki saat ini yaitu dimana bangsa bangsa lain mulai segan dan mengakui berbagai kesuksesan bangsa kita.
Pemilu 2019, menjadi bukti nyata bahwa bangsa Indonesia tetap berkomitmen menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI sebagai wujud mu'ahadah wathoniah atau kesepakatan nasional dan mendsapat pujian dari berbagai negara luar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews