Sepertinya perpecahan partai PKS tinggal menunggu waktu. Ini terjadi antara kubu/faksi presiden PKS saat ini dan faksi mantan presiden PKS Anis Matta.
Apalagi kader-kader PKS di daerah banyak yang mengundurkan diri atau tidak mau menjadi caleg mewakili PKS dan kebanyakan itu dari kubu Anis Matta. Seperti yang terjadi di Bali. Mereka ramai-ramai mengundurkan diri.
Tanda-tanda perpecahan partai PKS sebenernya sudah lama terjadi, antara presiden PKS Sohibul Iman dan Fahri Hanzah. Bahkan kasusnya sampai ke pengadilan dan dimenangkan oleh Fahri Hamzah, yang tadinya dipecat dari kader PKS, tapi di pengadilan pemecatan itu dianggap tidak sah atau dianulir.
Apalagi dari 9 kader PKS yang disodorkan ke Prabowo Subianto untuk menjadi cawapres mendampingi dalam pilpres 2019, ternyata gagal total. Dan harus puas jadi partai pendukung saja. Padahal waktu itu berdasarkan seleksi internal PKS, nama Anis Matta menempati ranking pertama dan mengalahkan nama-nama seperti Sohibul Iman, Ahmad Heryawan dan Salim Segaf al Jufri.
Dan sekarang lama tak muncul ke publik rupanya mantan presiden PKS Anis Matta mendirikan organisasi ormas dengan nama "GARBI" atau Gerakan Arah Baru Indonesia. "GARBI" menjadi wadah dari kader-kader PKS yang loyal kepada Anis Matta atau sempalan.
Menurut Mahfudz Sidik yang merupakan loyalis Anis Matta, GARBI dibentuk bukan sebagai cikal bakal kelahiran partai baru, tapi merupakan visi Indonesia ke depan untuk menjadi salah satu kekuatan dunia. Alaah, mbelgedes!!
Memang kalau dulu banyak orang yang mudah bikin partai, tapi setelah di deklarasikan dan ikut pemilu tidak lolos ambang batas.
Nah, stretegi itu akhirnya diubah, bukan langsung bikin partai dan langsung dideklarasikan, akan tetapi membentuk ormas dahulu. Ini merupakan bagian "test market", apakah masyarakat merespon dengan positif atau mendapat dukungan atau malah direspon negatif alias tidak mendapat dukungan masyarakat.
Salah satu contohnya partai Nasdem. Dulu partai ini membuat ormas dahulu, setelah mendapat respon positif dari masyarakat dan struktur organisasi terbentuk di setiap provinsi atau kabupaten dan kota, maka langkah selanjutnya mendeklarasikan menjadi partai politik dan ikut pemilu. Dan akhirnya Nasdem lolos seleksi dan bisa mengantarkan kadernya di gedung DPR Senayan Jakarta.
Rupanya Anis Matta juga ingin meniru strategi dengan membuat ormas lebih dahulu dengan nama "GARBI". Kalau nanti mendapat dukungan dari kader-kader daerah dan struktur organisasi terbentuk dengan baik, maka langkah selanjutnya juga akan mendeklarasikan menjadi partai dan bisa ikut pemilu pada 2024.Karena pada tahun 2024 tidak ada petahana, tetapi capres-capres dengan wajah baru dan muda.
Sekalipun petinggi GARBI (Gerakan Arah Baru Indonesia) Mahfudz Sidik membatah bahwa GARBI bukan sebagai cikal bakal kelahiran sebagai partai baru. Tapi hampir bisa dipastikan GABRI akan menjadi partai politik dikemudian hari. Ya wajar kalau masih malu-malu untuk mengakuinya. Karena perlu sosialisasi dulu, tapi ujung dari akhir, yaitu menjadi partai politik.
Bisa jadi dalam pileg 2019 PKS akan menurun lagi perolehan suaranya dan akan lebih sedikit bisa mengirim wakil rakyatnya baik di DPR,DPRD I dan DPRD II.
Kita lihat saja, PKS yang "getol atau kranjingan" dengan slogan atau #gantipresiden 2019 akan menjadi kenyataan. Hanya yang diganti sebagai presiden bukan Jokowi sebagai petahana, tetapi akan berubah menjadi #gantipresidenPKS.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews