Oleh : Rebecca Marian
Kekuatan KST Papua semakin melemah karena banyak anggotanya yang menyerah dan turun gunung.
Mereka kembali ke NKRI dan menyatakan kesetiaannya pada Indonesia. Saat makin banyak anggota KST yang menyerahkan diri maka KST akan lebih mudah diberantas karena mereka bisa jadi informan bagi aparat keamanan.
Ketika KST dicap sebagai organisasi teroris, maka masyarakat mendukung pemerintah 100%. Penyebabnya karena mereka sudah lelah menghadapi segala kekejian yang dilakukan oleh KST.
Lantas, langkah selanjutnya adalah pemberantasan KKB yang lebih intensif dan masif, serta diterjunkan ratusan personel TNI dan Polri yang digabungkan dalam Satgas Damai Cartenz.
Pemberantasan KST makin mudah karena kekuatan KST makin lemah. Hal ini dibuktikan oleh potongan video pendek yang beredar di media sosial, dan valid karena ada wajah sang bupati.
Dalam video tersebut ada ratusan anggota KST yang turun gunung dan kembali ke NKRI. Mereka disambut oleh Bupati Kabupaten Puncak S Yan Bidana dan aparat keamanan dan dipersilakan untuk kembali ke NKRI.
Sebagai bukti kesetiaan terhadap Indonesia, satu per satu anggota KST mencium bendera merah putih. Mereka menyerahkan diri dengan sukarela dan turun gunung sambil memakai baju merah putih, sebagai bukti mencintai NKRI. Salah satu anggota KST mengaku saat bergerilya menderita karena sering kekurangan makan dan frustasi karena ketakutan dikejar-kejar oleh aparat, oleh karena itu ia menyerah dan turun gunung.
Kembalinya ratusan anggota KST membuktikan bahwa kekuatan kelompok separatis ini makin melemah. Buktinya mereka mengaku sendiri bahwa saat bergerilya bersama KST, terancam kelaparan dan kekurangan makanan. Bagaimana bisa makan jika terus berpindah-pindah dan tak sempat menanam sagu atau umbi lain?
Terlebih di masa pandemi ketika perekonomian lesu dan para pemimpin KST terkena dampaknya. Mereka tak bisa lagi menyuplai kebutuhan anak buahnya, sekadar untuk makan layak sehari 3 kali.
Biasanya KST yang sudah kelaparan turun gunung dan merampok warung milik rakyat. Namun ada pula yang menahan diri untuk tak melakukannya. Seperti para (mantan) anggota KST yang memilih untuk turun gunung dan kembali ke NKRI.
Saat ada anggota KST yang kembali ke ibu pertiwi maka disambut hangat oleh pejabat dan aparat keamanan. Mereka diberi makan yang layak dan diusahakan untuk dicarikan pekerjaan, agar hidupnya jadi lebih baik. Kepercayaan ini sangat penting karena ada anggota KST yang hanya terbujuk untuk ikut lalu menyesal dan ingin kembali ke NKRI.
Dari penuturan anggota KST yang menyerahkan diri, banyak di antara mereka yang tidak benar-benar menginginkan kemerdekaan Papua dan membentuk Republik Federal Papua Barat. Ada yang hanya ikut-ikutan dan tergiur akan tawaran KST yang menjanjikan hidup enak. Apalagi mereka diperbolehkan memegang senjata api dan makin bergaya. Namun kenyataannya nol besar karena malah sengsara di dalam rimba.
Sementara itu kekuatan KST makin melemah karena penyerbuan yang terus-menerus. Satgas Damai Cartenz terus menyisir kawasan Ilaga, Puncak, karena di sana adalah salah satu markas KST. Aparat merangsek langsung ke markasnya dan berani mengambil resiko besar untuk menangkap mereka. Semua ini demi kedaulatan NKRI dan keamanan rakyat Papua.
Satgas Damai Cartenz terus berjuang di Puncak, walau kondisi geografisnya sulit. Sebagai tentara dan polisi yang bukan berasal dari Bumi Cendrawasih, maka mereka masih agak awam dengan medan tempurnya. Kelemahan ini yang dimanfaatkan oleh KST dan ditambah lagi dengan kebiasaan mereka untuk menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup.
Akan tetapi, Satgas Damai Cartenz tidak menyerah untuk menjelajahi tiap inci di Puncak. Karena keselamatan penduduk lebih utama dan kejayaan NKRI juga nomor 1. Tak ada kata putus asa karena negara harus dibela dari kelompok separatis, hingga titik darah penghabisan.
Setelah menyisir Puncak, maka bisa jadi Satgas Damai Cartenz berpindah ke daerah lain, karena ada beberapa markas KST di Papua. Sehingga ketika markas-markas itu diserbu, satu demi satu oknum tercokok dan diharap organisasi itu bubar dengan sendirinya. Ketika KST tiada maka OPM yang akan kebingungan karena tak punya pasukan untuk meneror masyarakat.
Diharap penelusuran markas-markas KST akan berjalan dengan lancar, sehingga anggota mereka akan tertangkap atau menyerahkan diri dengan rela. Masyarakat juga diminta untuk mendukung Satgas Damai Cartenz dan melaporkan jika ada sesuatu yang mencurigakan. Penyebabnya karena sebagai warga negara yang baik, mereka akan mendukung kebenaran dan menghindari kejahatan.
Kekuatan KST makin melemah ketika banyak anggotanya yang turun gunung untuk menyerahkan diri ke aparat keamanan. Mereka disambut dengan baik dan diberi makan yang layak. Selama ini para anggota KST sengasara saat bergerilya di hutan dan sering kelaparan. Mereka menyerah karena menyadari bahwa tindakannya yang memberontak pada Negara itu salah besar.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews