Intoleransi amat berbahaya karena bisa menghancurkan Indonesia dari dalam. Oleh karena itu, kita wajib mewaspadai aksi intoleransi, agar tidak terjadi lagi dan menyebabkan kekacauan di negeri ini.
Bhinneka Tunggal Ika. Anda pasti pernah mendengar istilah itu, dan memang Indonesia adalah negara dengan berbagai suku dan keyakinan, sehingga wajar jika semua berbeda tetapi tetap satu jua. Dalam artian, kita tetap menjunjung tinggi persatuan dan bersikap toleran terhadap umat dengan keyakinan lain, serta saling menghormati.
Akan tetapi beberapa tahun ini muncul aksi intoleran yang terjadi di tengah masyarakat. Misalnya ketika jelang akhir tahun dan ada hari raya umat lain maka kelompok yang berbeda keyakinannya malah panas-dingin. Mereka sibuk memprotes mengapa banyak yang memakai topi merah, mengapa ada hiasan rusa dan pohon cemara,dll. Padahal sama sekali bukan urusannya.
Contoh lain dari aksi intoleran adalah dengan mengganggu prosesi hari raya umat dengan keyakinan lain, bahkan ada yang berani melakukan ancaman pengeboman. Hal ini sangat miris karena kelompok radikal nekat untuk merenggut nyawa orang lain yang memiliki keyakinan yang berbeda. Padahal ada 6 agama yang diakui di Indonesia, tetapi mereka tidak mau mengakuinya dan ngotot untuk mendirikan negara khalifah.
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai, mencegah, dan menanggulangi ancaman intoleransi, radikalisme, dan ekstrimisme, yang berakibat munculnya kejadian berbasis kekerasan.
Ke depan, radikalisme selalu bermetamorfosis dengan banyak pola dengan mengusung isu-isu yang tidak sejalan ideologi pancasila, bhinneka tunggal ika, dan NKRI.
Dalam artian, kita memang perlu waspada penuh akan aksi intoleran yang dilancarkan oleh kelompok radikal. Mereka sengaja melakukannya untuk membuat perpecahan di masyarakat, atau menghasut warga untuk tidak mematuhi aturan yang dibuat oleh pemerintah. Penyebabnya karena mereka tidak suka dengan pemerintahan yang sekarangm karena dianggap tidak berprinsip khilafah.
Untuk mencegah aksi intoleran di Indonesia maka kita wajib melakukan beberapa hal. Pertama, tanamkan ke seluruh anggota keluarga bahwa perbedaan itu indah dan jika ada yang berbeda keyakinan, maka masih tetap dihormati. Terutama jika Anda memiliki anak berusia balita. Mumpung masih kecil, ia bisa diajari untuk menghormati perbedaan dan paham bahwa di Indonesia ada 6 agama.
Langkah kedua adalah dengan memilihkan sekolah yang tepat bagi anak-anak tercinta. Waspada ketika akan mendaftarkan mereka ke sekolah non negeri, terutama yang berbasis agama. Sebelum masuk, maka lakukan survey dulu apakah pengelolanya pro pada kaum radikal atau bersikap demokratis. Salah satu ciri pengikut radikalisme adalah tidak memajang poster pancasila dan foto presiden serta wapres.
Sedangkan langkah ketiga adalah dengan memastikan bahwa anak remaja tidak mengikuti kegiatan yang aneh, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Jangan sampai mereka salah jalan lalu terseret jadi kader baru di kelompok radikal, karena bergaul dengan orang-orang yang salah. Bukannya curiga, tetapi sesekali perlu juga untuk mengecek history laptop dan HP untuk memastikan mereka tidak masuk ke grup yang aneh-aneh.
Meningkatkan kewaspadaan dan mendidik keluarga wajib dilakukan agar tidak ada yang menyimpang, lalu tiba-tiba kabur dari rumah dan menjadi pengantin bom. Sangat memilukan jika hal ini terjadi. Oleh karena itu, didiklah anak untuk memiliki nasionalisme yang tinggi dan menjauhi kaum radikal.
Kita patut mewaspadai radikalisme dan intoleranisme karena sudah merasuk ke dekat kehidupan sehari-hari, baik dunia nyata maupun maya. Jangan sampai terpengaruh akan bujuk-rayu mereka dan kita wajib juga untuk mengajari keluarga serta lingkungan terdekat untuk menghindari rasa intoleran. Penyebabnya karena ia bisa menyebabkan kehancuran di Indonesia. (Yasin)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews