Kalau dua nama tadi mau dibawa ke gedung Dewan, sudah ketebak juga siapa yang akan menang dalam pemilihan wagub DKI yang baru yang sudah kosong hampir 1,5tahun.
Tidak terlalu sulit kali ini untuk memahami peta politik di DKI pasca penetapan dua calon wagub DKI dua hari lalu.
Nurmansyah Lubis (PKS) dan Ahmad Riza Patria (Gerindra). Keduanya adalah politisi senior di masing-masing partai walaupun beda level.
Nurmansyah Lubis adalah mantan anggota DPRD DKI 2 periode yang kurang populer, soal kapasitas akademik bisa jadi cukup, tapi kapasitas politik masih dibawah Riza Patria.
Riza Patria adalah wasekjen DPP Gerindra, skup-nya skala nasional, Riza Patria sekarang juga anggota DPR RI, Riza Patria juga salah satu orang kepercayaan Prabowo, orang berpengaruh di Gerindra sama dengan Sufmi Dasco dan Fadli Zon.
Riza Patria secara personal juga pebisnis yang sukses, namanya sudah melambung di DKI sejak yang bersangkutan nyalon Wagub DKI berpasangan dengan Hendarji Seopanji dulunya.
Ahmad Riza Patria juga abang kandung ketua umum Partai Garuda Ahmad Riza Sabana. Riza patria sudah malang melintang di kancah nasional, juga DKI.
Nurmansyah Lubis masih kalah level, baik sisi bisnis atau sisi politik, jangan ditanya lagi soal sisi relasi dan jaringan. Masih sangat minim terutama soal akseptabilitas.
Secara politik dan hitung hitungan kursi juga sudah sangat Gamblang. Di DKI, Kursi PDIP 25, Gerindra 19 dan PKS 16.
Dan mayoritas dari 106 kursi DPRD di DKI adalah milik partai koalisi pemerintah saat ini (PDIP-Golkar-Gerindra-Nasdem-PKB-PAN-PPP-PSI).
Kalau dua nama tadi mau dibawa ke gedung Dewan, sudah ketebak juga siapa yang akan menang dalam pemilihan wagub DKI yang baru yang sudah kosong hampir 1,5tahun.
Siapa yang akan dukung Nurmansyah? Yang pasti 16 kursi PKS. Sedangkan Partai Demokrat walaupun bukan koalisi pemerintah, besar kemungkinan hanya nunggu amplop saja.
Sebenarnya kursi wagub DKI tidak terlalu strategis sama dengan kursi kursi wagub di provinsi lainnya di Indonesia. Jadi sangat aneh kalau sampai berantem alot soal jatah kursi ini.
Kenapa PKS mengajukan Nurmansyah? Karena nama lain juga ditolak oleh DPRD DKI, lagian nama Ahmad Syaikhu dan Agung Yulianto juga dianggap tidak mendapat penerimaan yang baik di Kebon Sirih.
Kemudian, seperti yang sudah pernah saya singgung dalam tulisan tulisan saya terdahulu, bahwa kursi wagub DKI tergantung siapa yang jago bermanuver, punya isi tas yang cukup dan kuat lobinya.
Kalau mau melihat sisi ini, PKS kalah telak dari Gerindra, karena hampir semua "orang kuat" di DKI saat ini ada di belakang Gerindra soal case ini.
Mohammad Taufik, Ketua Gerindra DKI juga dikenal luas sebagai sosok pelobi ulung dan politisi yang licin. Beda kelas tentunya dengan Ketua DPW PKS DKI Syakir Purnomo yang namanya saja jarang didengar di telinga rakyat Jakarta di luar PKS. Ini fakta bukan asumsi, silahkan di survei.
Hampir semua tokoh kuat di DKI saat ini ada di belakang Taufik, oleh sebab itulah Gerindra dengan pede berani mengutak atik kursi Wagub ini walaupun dulu katanya sudah deal secara lisan akan diserahkan kepada PKS.
Gerindra paham benar peta politik jakarta saat ini, dengan memanfaatkan kelemahan PKS, Gerindra lalu berani maju untuk memenangkan calonnya sendiri: Ahmad Riza Patria.
Saya melihat pengajuan Nama Nurmansyah dari PKS hanya seremonial saja, karena PKS juga terdesak oleh opini publik agar segera menyelesaikan kisruh ini dengan Gerindra.
Nama Nurmansyah Lubis terpaksa di ajukan agar proses pemilhan cepat berlangsung dan selesai. Ini adalah "Last Escape" atau "Choice with no choice" dari PKS.
Politik memang kejam, gak ada kawan atau lawan sejati yang abadi, jadi yang dulu PKS adalah sekutu kuat Gerindra, hari ini mereka sudah mempraktekkan gaya Tom & Jerry di media secara vulgar.
Dengan semua data dan fakta yang ada dan kalau tidak ada tsunami politik dalam waktu dekat, rasanya kursi Sandiaga Uno yang dulu akan segera diduduki oleh Ahmad Riza Patria untuk dua tahun ke depan mendampingi Anies di Balai Kota.
Tengku Zulkifli Usman, Pengamat Politik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews