Menebak Menteri Milenial Kabinet Jokowi Jilid II

Siapa tahu dengan menjadikan anak muda menjadi mentri semakin banyak anak muda tertarik menjadi politisi dan berkiprah di pemerintahan untuk mempercepat perubahan sistem birokrasi.

Kamis, 4 Juli 2019 | 19:28 WIB
0
641
Menebak Menteri Milenial Kabinet Jokowi Jilid II
AHY dan Grace Natalie (Foto: Tribunnews.com)

Ada sinyal bahwa Jokowi akan memilih beberapa orang muda milenial untuk dijadikan menteri. Sebagai penulis tentu segera berpikir untuk menebak siapa kira- kira yang layak dijadikan kandidat menteri Jokowi. Muda bergairah cerdas, mempunyai rekam jejak baik dalam organisasi dan tipe eksekutor.

Agak susah karena banyak anak muda sekarang tidak begitu suka terikat pada institusi. Mereka lebih menyukai dunia yang bebas  bergerak dan luwes dalam bekerja. Style anak muda milenial adalah yang bisa dikerjakan sambil menenteng mesin kesayangan yaitu gawai. Bekerja bisa di mana saja mobile sambil duduk di kafe dan menyelesaikan pesanan dan orderan tanpa perlu terjun langsung. Cukup menggerakkan lewat aplikasi canggih di gawai.

Relasi, update terhadap perkembangan teknologi dan selalu  bergerak mencari cara untuk membangun jaringan pertemanan  yang mampu saling menguntungkan.Apakah sudah terpikir dalam benak Jokowi siapa saja mereka yang cocok mengisi jabatan menteri milenial tersebut. Sebagai penulis boleh dong menebak- nebak siapa yang cocok menduduki kursinya;

Grace Natalie

Pimpinan partai PSI itu banyak diprediksi oleh para pengamat, netizen pemerhati politik patut menduduki tawaran Presiden terpilih tersebut.

 Sosoknya yang cekatan, cerdas, pandai berpolitik menjadi nilai plus yang patut dipertimbangkan. Ia dipercaya akan mampu menyesuaikan diri dengan dinamika kerja Jokowi yang cekatan. Nilai plus dari menteri muda adalah mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Selalu update dan mudah menerima perubahan- perubahan oleh kecepatan bertumbuhnya teknologi yang melesat hebat.

Anak muda diharapkan mampu memecahkan persoalan dengan solusi cerdas canggihnya kemajuan teknologi. Grace Natalie yang pernah menjadi News Anchor Metro TV tersebut di rasa cocok mengisi jabatan menteri khususnya menteri Komunikasi dan informasi. Bisa juga ditempatkan sebagai menteri sumber daya manusia yang lebih diprioritaskan oleh Jokowi.

AHY (Agus Harimurti Yudhoyono)

Mantan Militer yang memutuskan pensiun dini dari dinas militer (dengan pangkat terakhir Mayor)untuk melangkah dalam dunia politik. Tutur bicaranya hampir mirip dengan SBY. Bedanya AHY tampaknya lebih optimis dan lebih yakin sehingga tidak terkesan melankolis. Kedewasaan berpolitiknya mulai teruji saat ia gagal bertarung memperebutkan kursi gubernur di Jakarta dan akhirnya kalah bersaing dengan Ahok dan Anies Baswedan.

Ketika perang hoaks muncul dan akhirnya Agus kalah ia mendapat simpati karena dengan satria mengakui kekalahannya dan mengaku terus belajar dari kekalahan. AHY adalah sosok politikus muda pendatang  baru yang dinilai santun dan dewasa dalam berpolitik. Diperkirakan ia akan diperhitungkan pada pemilihan Presiden 2024, setelah Jokowi tidak lagi bisa memperpanjang jabatan sebagai presiden.

Kemampuan retorikanya baik tetapi pengamat masih sangsi apakah ia tipe eksekutor yang diinginkan oleh Jokowi. Sebab kebanyakan mantan militer meskipun orang lapangan mereka lebih piawai membuat strategi perang bukan membuat keputusan- keputusan gambling sebagaimana praktisi usaha yang harus cepat memutuskan sesuatu untuk bisa memutus kesulitan masalah dan bisa bekerja cepat dengan target mirip seorang pengusaha yang gambling dalam menciptakan pasar baru. AHY kemampuannya masih harus diuji oleh waktu dan jam terbang yang cukup.

Tsamara Amany Alatas

Masih muda cerdas pandai bicara dan berani berargumen dengan politisi senior. Kemampuan retorikanya memang mumpuni. Iapun sosok yang berani berhadapan dengan siapapun politikus senior untuk mempertanyakan kebenaran kejanggalan strategi politik lawan bicaranya. Sebagai orang muda tenaganya masih berlebih untuk cekatan bekerja dan membuat tetobosan segar bagi kebijakan yang membikin lamban persaingan.

Orang muda diperlukan untuk mempercepat pekerjaan yang butuh kecepatan yang tentunya banyak dimiliki oleh orang muda. Teknologi, era digital, politik yang belum tercampuri oleh ambisi berkuasa yang banyak dimiliki oleh orang- orang tua yang malang melintang dalam dunia politik. Untuk meningkatkan sumber daya manusia orang muda diibatkan untuk mengubah persepsi bahwa anak muda terlalu gadget freak, hidup dalam awang- awang dan mimpi, seperti halnya film- film yang mereka tonton semacam drama Korea dan drama – drama yang menjual mimpi lain.

Sayangnya banyak anak muda sekarang ini kurang suka pekerjaan mengikat, mereka lebih suka pekerjaan mobile yang bisa dikerjakan sambil duduk manis di kafe sambil melihat lalu lalang sosialita.

Jokowi tentu akan memperhitungkan sepak terjang anak muda. Siapa tahu dengan menjadikan anak muda menjadi mentri semakin banyak anak muda tertarik menjadi politisi dan berkiprah di pemerintahan untuk mempercepat perubahan sistem birokrasi yang masih didominasi oleh birokrat senior yang susah berubah. Atau diajak cepat menyelesaikan kebijakan dengan terobosan segar atau bisa dikatakan out of the box.

Sebetulnya masih banyak anak muda lain yang kebetulan belum terendus media tetapi sebenarnya bisa menjadi andalan pemerintah untuk terlibat dalam kabinet, Menteri Muda sebagaimana Malaysia dan negara lain berani menerobos aturan melibatkan orang muda. Jokowi dalam rencana kabinetnya sudah memberi sinyal untuk melibatkan talenta muda berprestasi.

Pemerhati dan masyarakat kecil seperti saya tentunya berharap banyak pada orang muda untuk tidak ikut jejak senior yang lebih memanfaatkan kesempatan berkuasa dan akhirnya terjerak korupsi karena tidak bisa mengendalikan diri dan kaget dengan budaya birokrasi yang sangat open pada tindakan koruptif disegala bidang.

Nanti saya akan menulis sosok lain yang cocok menduduki menteri mewakili kaum milenial.

***