Di Indonesia banyak veteran dan senior kita yang justeru menjadi kaya, bahkan mendadak kaya. Entahlah bagaimana cara, karena keajaiban adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia.
Dalam sebuah buku yang lucu, demikian pula judulnya ‘Guru Gokil Murid Unyu’, J. Sumardianta menulis; “Guru medioker kerjanya ngomong. Guru senior kerjanya mendemonstrasikan kewibawaan. Guru terpuji kerjanya menjelaskan perkara rumit dengan cara simpel. Guru hebat kerjanya menginspirasi.”
Isi buku itu bisa dipercaya. Bukan hanya karena mencapai tiga jilid, tapi karena penulisnya seorang guru yang lucu, pada sekolah yang tak kalah lucu bernama de Brito di Yogyakarta. Sebuah kelucuan yang serius.
Tak kalah serius dengan para senior kita di Indonesia Raya. Para senior citizen yang banyak menghiasi media kita, utamanya setiap menjelang dan semasa Pilpres. Meski setelah Pilpres, jumlahnya biasanya diam-diam menyurut. Apalagi setelah hasilnya ditetapkan oleh KPU dan dikuatkan MK.
Yang tak pernah berubah ternyata memang perubahan itu sendiri, seperti ujar para filsuf kacangan. Apalagi perubahan yang dipicu oleh Pilpres, Pilgub, Pilbup, Pilwalkot, dan pil-pil yang lainnya. Para istri, atau perempuan, juga acap berubah jika menghadapi pil. Pria Idaman Lain. Hiks.
Coba lihat bagaimana Rizal Ramli, Amien Rais, Kwik Kian Gie, Said Didu, Bambang Widjojanto, Busyro Muqodas, Kivlan Zein, Ridwan Saidi, Gatot Nurmantyo, Salim Said, dan sebutlah nama-nama moncer yang dulu mungkin kita idolakan.
Neno Warisman? Sebenarnya dia masih muda, tapi yang berubah hanya wajahnya, karena beban hidup yang berat.
Ada apa dengan mereka ini? Saya kadang inget orangtua saya, juga orang-orangtua di Jawa, Indonesia. Mereka mendadak religius ketika usia mulai merambat ke tanah. Yang dulunya bajingan kemudian menjadi alim. Yang dulu atheis kemudian jadi aktivis majelis takelim Jemaah Fesbukiyah dan WAG. Mangkanya statusnya dipenuhi kata-kata puitis tentang sorga dan neraka.
Before Social Security existed, about half of America's senior citizens lived in poverty, tulis Bernie Sanders dalam sebuah artikel koran lawas, mengenai para veteran di Amerika. Sebelum Jaminan Sosial ada, sekitar setengah dari warga senior Amerika hidup dalam kemiskinan. Waduh, adakah mereka tidak mau belajar ke Indonesia?
Di Indonesia banyak veteran dan senior kita yang justeru menjadi kaya, bahkan mendadak kaya. Entahlah bagaimana cara, karena keajaiban adalah bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Meski untuk keajaiban tukang kayu jadi Presiden, adalah pengecualian mereka. Kelompok ini bahkan persisten, bukan hanya konsisten, menjalani inkonsistensinya.
Mangkanya juga jangan heran jika tiba-tiba Abdullah Hehamahua, bekas Ketua KPK bisa mengancam; Jika MK memenangkan kecurangan akan dibawanya tudingan kecurangan Pilpres 2019 ke Mahkamah Internasional.
Maka, ijinkan saya teringat nasihat yang tak kalah lucu; Jika MA tak memuaskanmu, MK tak memuaskanmu, cobalah ML. Kalau ML juga tak memuaskanmu, potonglah penis Ahmad Dhani. Sampai di bui pun, kayaknya penisnya belum dipotong juga. Padahal sudah sesumbar sejak Pilpres 2014 dulu. Serius ‘kan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews