Sejarah kelam yang pernah menimpa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lima tahun lalu seakan terulang. Citra buruk PPP di zaman kepemimpinan Suryadharma Ali (SDA) pada 2014 semakin rusak dengan adanya dugaan kasus korupsi yang dilakukan oleh Romahurmuziy (Romy).
Hari ini pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan Romy terkait suap yang ditengarai berhubungan dengan persoalan jabatan tertentu di Kementerian Agama di Jawa Timur dan juga pusat.
Hingga saat ini penyidik KPK masih mendalami kasus yang menjerat Rommy dan barang bukti uang serta jumlahnya belum diketahui publik. Menurut informasi, selain Romy ada juga orang lain yang turut diamankan KPK, antara lain pihak swasta dan pejabat Kementerian Agama yang berada di Surabaya. Semoga informasi lanjutan dari KPK segera disampaikan ke publik.
Kembali ke peristiwa 2014 silam, mantan Ketua Umum PPP, SDA terjerat kasus korupsi dana haji yang merugikan keuangan negara sebesar Rp27.283.090.068 dan 17.967.405 Riyal Arab Saudi. Dengan kasus tersebut akhirnya SDA divonis bersalah dan harus mendekam di balik jeruji besi selama 10 tahun.
Seolah tidak kapok, hari ini Ketua Umum PPP, Rommy berhasil masuk jeratan yang sama, kasus korupsi. Sama lagi karena konsisten berhubungan dengan urusan Kementerian Agama. Kalau dulu persoalan dana haji, sekarang masalah pengisian jabatan. Sekali lagi, faktor pengaruh besarlah yang menyebabkan kedua tokoh tersebut tergoda menyalahgunakan kewenangannya. Mereka adalah orang nomor satu di partai politik.
Mari kesampingkan pandangan dari banyak orang bahwa tercokoknya Romy dan juga sebelumnya SDA adalah bukti pemerintah tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi. Hal itu bisa dimanfatkan untuk kepentingan tertentu.
Atau ada pula penilaian dari sebuah kelompok bahwa ternyata pemerintah dan penegak hukum gagal menegakkan hukum, itu terserah mereka. Wajar saja, mereka berhak melakukannya selama tidak merugikan kepentingan bersama di negeri tercinta ini.
Pertanyaannya, mengapa Romy mengulang kesalahan yang sama? Mengapa Romy tega untuk kali berikutnya membuat wibawa dan marwah partai berlambang Kabah tersebut terinjak? Keteladanan Rommy sebagai panutan di partai dikemanakan?
Kasus Romy jelas menjadi pukulan dahsyat bagi partai dan kadernya, di mana sebenarnya juga sedang mengalami dualisme kepemimpinan. Publik tahu bahwa saat ini PPP terbelah, satu di bawah kepemimpinan Rommy sedangkan satunya lagi dikendalikan oleh Humphrey Djemat. Keterbelahan arah dan tujuan partai ini saja sudah cukup bagi PPP untuk berefleksi dan introspeksi diri.
Muka orang-orang terdekat Romy ditaruh di mana? Rommy bisa menutupi mukanya sendiri dengan kacamata hitam dan masker, tetapi tidak cukup untuk keluarga dan para sahabat-sahabatnya.
Tidak malukah Romy jika akhirnya divonis bersalah dan kemudian mendekam satu sel dengan SDA?
Semoga Romy tidak menyebut kasusnya adalah musibah, karena dialah yang menciptakan musibah itu. Musibah yang merugikan dirinya sendiri, orang-orang terdekatnya, para kader PPP, para anggota DPR, dan bahkan pula pemimpin nasional.
Masyarakat prihatin sekaligus malu atas kasus Romy. Rommy telah menambah daftar jumlah orang-orang terhormat di negeri ini yang tersandung kasus korupsi.
Mudah-mudah internal PPP mengambil hikmah dari semuanya ini, dan tidak larut meratapi masa suramnya. Dan semoga pula ke depan tidak ada lagi "Romy-Romy" yang baru.
Pesan buat para kader dan caleg PPP, tetaplah semangat! Biarlah Rommy menghadapi proses hukumnya, dan jika perlu diberi pendampingan terukur untuknya.
Tetap optimis dan terus pelihara sikap jujur. Hindari perilaku koruptif. Buatlah negeri ini bangga.
Buat para elit, hentikanlah penghianatan kalian. Jadilah teladan sejati bagi warga! Berhentilah dari kepura-puraan. Buanglah jauh-jauh topeng yang sedang dilekat. Jangan korbankan masa depan bangsa hanya karena nafsu uang dan haus kekuasaan!
Dan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya, janganlah merasa senang dan menang karena belum terjerat. Akan tiba saatnya belitan yang sama akan melilit Anda jika tidak was-was.
Salam antikorupsi!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews