Satgas Nemangkawi terus memburu Kelompok Separatis dan Teroris (KST) di Papua, termasuk mengungkap keterlibatan oknum pemerintahan di Papua. Masyarakat mendukung penuh pengusutan tersebut yang sudah masuk kategori pengkhianatan kepada negara.
KST yang dulu bernama KKB adalah kelompok yang berada di bawah OPM, dan mereka sengaja mengacaukan situasi di Papua dengan tujuan memerdekakan diri. Masalahnya, KST bertindak ngawur dengan menembaki aparat dan juga warga sipil. Sehingga keamanan rakyat di Bumi Cendrawasih sangat terganggu oleh anggota KST.
Cara untuk membasmi KST adalah dengan menemukan markasnya, dan mengusut pemasok senjatanya. Karena mereka berada di tengah hutan Papua yang notabene terpencil, sehingga mustahil untuk tidak mendapatkan pistol dan senjata api lain jika tidak ada pemasok. Para pemasok juga harus dipenjara karena mereka mendukung kelompok separatis yang berarti menghianati negara.
Seorang pemasok senjata api berhasil ditangkap di Kabupaten Puncak, Papua. Pria yang bernama Neson Murib dicokok dengan barang bukti berupa uang 370 juta rupiah. Penangkapan ini menjadi awal yang bagus, karena dari pengakuan Neson bisa ditelusuri apa saja senjata yang digunakan oleh KST dan aparat bisa mengantisipasinya lebih awal.
Selain Neson, ada juga 3 pemasok senjata lain yang ditangkap oleh aparat di Manado. Yakni JI, FR, dan RIB. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Argo Yuwono, mereka berasal dari Manado. JI adalah perantara senjata api dari Filipina, lalu ke Manado dan diteruskan ke Manokwari. Sedangkan FR penjual dan RIB adalah pembelinya.
Saat ditangkap terdapat barang bukti berupa senjata api jenis Carabin, pistol caspian, dan beberapa jenis senpi lain. Para pemasok terancam hukuman 5 tahun penjara karena melakukan penyelundupan senpi. Selain itu ada hukuman tambahan maksimal 15 tahun penjara karena para pemasok mendukung gerakan terorisme di Indonesia.
Penangkapan pemasok ini adalah sebuah titik terang karena ditemukan pola bahwa KST benar-benar organisasi teroris. Karena di Filipina terkenal akan jaringan terorisnya dan anggota mereka transit di Manado dengan dugaan untuk menghindari kecurigaan petugas. Setelah ini ditelusuri lagi siapa tahu ada pemasok lain dari jaringan mereka.
Jika para pemasok sudah dicokok maka KST akan kebingungan karena tidak memiliki persediaan senjata baru. Sehingga jika yang lama rusak atau kehabisan peluru, mereka tidak bisa menyalahgunakan senpi lagi. KST akan lebih mudah ditangkap karena tidak bisa menyombongkan aksinya saat membawa AK 47 atau senjata api lain.
Saat para pemasok ditangkap maka tinggal menyelidiki siapa penyandang dananya, karena harga senjata api selundupan sangat tinggi. Logikanya, KST tidak punya uang sebanyak itu untuk membelinya sendiri. Saat Murib ditangkap maka terungkap bahwa uang yang ia bawa berasal dari dana desa yang disalahgunakan oleh oknum.
Diduga, oknum penyandang dana tidak suka jika ada otsus di Papua, oleh karena itu mereka mendukung KST dengan alasan ingin menggagalkannya. Padahal program itu sangat baik bagi kemajuan rakyat Papua, tetapi para oknum yang egois malah ingin menjungkalkannya dan malah mendukung separatisme.
Setelah Murib ditangkap dan diinterogerasi maka muncul terduga penyandang dana yakni seorang oknum pejabat di daerah Tolikari. Oknum pejabat itu belum ditangkap karena aparat sedang mengumpulkan bukti-bukti lain dan saksi. Semoga kinerja aparat makin baik dan mengungkap siapa dalang yang sebenarnya.
Pengusutan pemasok senjata api bagi KST masih terus dilakukan oleh Satgas Nemangkawi dan aparat lainnya. Penyelidikan tak hanya dilakukan di Papua, tetapi juga di daerah lain seperti Manado. Karena jaringan mereka amat luas dan semoga pemasok senpi dan penyandang dananya juga tertangkap. (Rebeca Marian)
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews