Ada sebagian orang yang ingin Tanah Air ini hancur berkeping-keping untuk kemudian mereka dirikanlah negara baru di atas puing-puing sesuai yang dicita-citakannya.
Ada sementara pihak yang ingin Tanah Air Indonesia yang kita cintai ini hancur, luluh lantak dan porak poranda tak bersisa sebagai sebuah negeri berdaulat. Sudah banyak contoh sebuah negeri hancur karena ambisi pribadi maupun golongan, berebut kuasa karena menganggap diri paling berjaya.
Identitas kemudian diusung mengatasnamakan Sang Pencipta, tidak peduli itu sekadar klaim semata, yang penting kebhinekaan yang merupakan kesaktian suatu bangsa hancur menjadi serpihan-serpihan kecil dengan semangat satu warna, satu penanda, satu pakaian, satu aturan.
Adakah bangsa ini menghendaki Tanah Airnya hancur tak bersisa sehingga yang tertinggal hanya debu sejarah? Tidak ada.
Orang Indonesia tulen tidak ingin Tanah Airnya hancur berkeping-keping kecuali orang itu adalah orang asing yang mendaku diri sebagai manusia Indonesia.
Percayalah, Tanah Air ini bisa hancur tak bersisa hanya karena ulah satu orang asing yang mengusung identitas tertentu di negeri ini dengan provokasinya, dengan ajakan rusuhnya, dengan seruan perangnya. Mereka yang terpancing seruan atau ajakan itu, niscaya itulah yang diharapkan.
Bersyukur kita masih punya Tanah Air dengan segala kebhinekaannya, dengan segenap perbedaannya, yang menjadi modal utama berdirinya negeri ini. Jangan mau terprovokasi, jangan mau kena hasut. Libya, Suriah, Irak adalah contoh telanjang bagaimana negeri-negeri nyaris tinggal nama.Ketahuilah, ada sebagian orang yang ingin Tanah Air ini hancur berkeping-keping untuk kemudian mereka dirikanlah negara baru di atas puing-puing sesuai yang dicita-citakannya. Sebuah Tanah Air baru yang hanya mengenal satu warna.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews