Felix, sebagai tokoh agama, memberi tahu kita orang-orang seperti apa yang ingin dibentuknya. Kualitas manusia seperti apa yang ingin dia hadirkan melalui ceramahnya.
Orang kayak Felix Siauw, yang berharap Indonesia hancur digantikan khilafah, memberi aplus buat perempuan yang jempolnya sadis. Perempuan yang berharap orang lain meninggal ditikam belati.
Felix bertepuk gembira pada suami yang karirnya jeblok karena unggahan status sang istri. Felix seperti ingin bilang, sumpah serapah perempuan agar orang lain celaka dan mati ditikam belati, merupakan akhlak Islami. Karenanya harus ditepuktangani. Harus diberi dorongan. Harus dijaminkan surga untuk mereka.
Saya gak terlalu peduli soal orientasi politik seseorang. Soal apakah dia suka atau tidak suka dengan Wiranto. Tapi, mengunggah sebuah statemen buruk yang menyumpahi korban atas sebuah tragedi yang dideritanya, bagi saya adalah contoh akhlak yang rusak.
Kita boleh membenci seseorang. Kita bisa tidak suka dengan seseorang. Tapi menunjukan rasa senang ketika orang yang kita benci mengalami musibah, menandakan kita sudah gak pantas disebut beradab.
Kebencian kita pada seseorang tidak layak menenggelamkan kita dalam kerusakan perilaku.
Apalagi mencaci maki secara terang-terangan.
Dukungan Felix ini ingin menunjukan jadi perempuan memang harus sadis. Harus kotor jiwanya. Harus keji unggahan statusnya. Dan Felix, sebagai tokoh agama, memberi tahu kita orang-orang seperti apa yang ingin dibentuknya. Kualitas manusia seperti apa yang ingin dia hadirkan melalui ceramahnya.
Jika makin banyak zombie berkeliaran. Rasa-rasanya kita tahu salah satu sebabnya. Ada para pelatih zombie yang ngaku ulama.Mungkin itulah salah satu ciri khas beragama cara HTI. Perilaku gak penting. Adab gak perlu dipikirkan. Yang penting adalah bisa berbuat sadis pada orang yang mereka benci. Semakin sadis. Semakin agamis.
"Semakin didukung Felix Siauw, kita semakin tahu, ada kesalahan lebih besar dari pasangan itu, mas," ujar Abu Kumkum.
Iya, Kum...
Eko Kuntadhi
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews