Akhirnya Andi Arief boleh pulang ke rumahnya, surga yang sebenar-benarnya dibandingkan surga "flying with lovely narkoba air".
Sebelumnya, Andi Arief sempat ditahan kepolisian untuk "hanya dimintai keterangan" terkait pemakaian narkoba jenis shabu. Dia diciduk polisi di dalam salah satu kamar hotel berbintang di Jakarta.
Hasil tes urine membuktikan Andi Arief positif pemakai narkoba. Tapi tidak adanya barang bukti narkoba saat diciduk pihak kepolisian. Hal itu cukup "meringankan" posisinya. Setidaknya tidak terkena pasal "kepemilikan narkoba".
Cukup mengherankan ketika dinyatakan tidak ada barang bukti kepemilikan narkoba ditangannya. Timbul pertanyaan, di kamarnya ada "bong" alat pemakaian shabu, lalu dimana dia memakai narkoba shabu? Apakah shabunya sudah habis dikonsumsi sebelum penggrebekan? Apakah alat bukti shabu dibuang ditempat tertentu sebelum terciduk petugas?
Masih banyak pertanyaan besar masyarakat luas soal kasus Andi Arief tersebut. Misalnya soal bong dan korek api--alat konsumsi shabu, keberadaan perempuan cantik di kamarnya, kondom, closed duduk yang dibongkar.
Selanjutnya adalah tindak lanjut aparat kepolisian yang simpang siur terhadap Andi Arief.
Nyatanya, Andi Arief tidak dijerat hukuman, melainkan "cuma" direkomendasikan menjalani rehabilitasi. Statusnya adalah sebagai "korban". Jadi tidak ditindak secara hukum.
Keputusan pihak kepolisian tersebut mengundang perdebatan dalam masyarakat karena ada rasa ketidakadilan di hadapan hukum. Bandingkan perlakukan pada Andi Arief dengan orang biasa. Umumnya orang biasa yang terciduk terkait pemakaian narkoba hampir pasti masuk penjara. Sedangkan Andi Arief tidak!
Masyarakat boleh saja protes, atau menduga-duga ada sesuatu dibalik "pembebasan" Andi Arief. Namun dalam realitasnya, dia lolos dari proses hukum. Di sinilah keberuntungan seorang Andi Arief.
Siapa yang tak kenal Andi Arief? Sosok yang dikenal sebagai politikus ulung Jabatannya adalah Wakil Sekjen partai Demokrat. Dia sering tampil di media arus utama untuk menyuarakan kepentingan partainya.
Dulu dia aktivis 98 ketika masa reformasi. Namun kini dia juga "aktivis medsos" khususnya twitter sebagai bagian dari jalur media perjuangan politiknya.
Andi Arief hampir terserempet masalah hukum bukan cuma sekali saja. Ketika memunculkan "skandal jenderal kardus" yang bikin heboh seantero Indonesia, dia bisa dituntut secara hukum oleh pihak kubu Prabowo-Sandi. Nyawa Andi Arief pun bisa terancam oleh simpatisan politik yang sakit hati dengan manuvernya, karena apa yang dia hebohkan tersebut sangat sensitif dalam dunia politik.
Begitu juga ketika Andi Arief memunculkan berita "tujuh kontainer surat suara tercoblos", bisa saja ada tuntutan hukum karena telah melakukan kebohongan publik yang berujung ke meja hijau dan penjara.
Namun semua itu bisa dia lewati tanpa adanya pengaruh yang berarti pada eksistensi pribadi dan sosok politisnya. Bahkan semua itu justru membuat Andi Arief makin terkenal. Dia jadi pesohor politik yang mapan. Makin disegani kawan maupun lawan politiknya. Inilah keberuntungan seorang Andi Arief sampai saat ini.
Suka atau tidak suka, publik harus mahfum bahwa sosok politis Andi Arief menjadikan dirinya "kebal" terhadap proses tuntutan ke jalur hukum, setidaknya sampai saat ini. Entah nanti, kalau dia tidak segera introspeksi. Merenungkan diri.
Mungkin kasus "terciduk karena narkoba" ini sebuah peringatan awal dari "Alam Semesta" bagi Andi Arief untuk lebih bijak dalam menjalankan nasibnya sebagai politikus kelas atas di negeri ini.
Seringkali, orang kuat dan besar jatuh bukan karena diterjang pukulan musuh, melainkan karena menginjak kulit pisang yang sama sekali tak dilihatnya ketika melangkah dalam situasi santai. Sebuah keadaan yang sama sekali tak pernah diperhitungkan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews