Menunggu Janji-janji Politisi

Senin, 14 Januari 2019 | 10:14 WIB
0
487
Menunggu Janji-janji Politisi
Ilustrasi janji politisi (Foto: Detik.com)

Bulan April sudah dekat tinggal beberapa bulan lagi penentuan siapa menang dalam kontestasi Pilpres dan Pileg tentu ditunggu. Semoga saja masyarakat yang terbelah dalam arus dukung mendukung segera berbenah.

Masih banyak pekerjaan menanti bukan sekedar hanya menagih dan menanti janji- janji Paslon Presiden dan Wakil Presiden. Sebagai masyarakat mencatat janji dan menagihnya memang hak, tetapi memusuhi dan tidak kooperatif terhadap penguasa yang menjalankan roda pemerintah itu namanya tidak fair.

Beri kesempatan pemenang untuk bekerja. Bukan hanya karena janji politik yang cenderung lips servis semata. Masyarakat juga mesti sadar tanpa dukungan rakyat yang mau berubah atau mengikuti arahan pemerintah maka Negara bisa goyah dan berhenti di tempat.

Mentalitas masyarakat yang ingin maju tentu mau diatur sejauh peraturan itu untuk memberikan efek positif bagi kemajuan bangsa. Tidak perlu harus membabi buta menjadi oposisi tetapi menutup mata terhadap keberhasilan yang sudah ditorehkan presiden dan jajaran di bawahnya. Presiden  masih manusia yang bisa salah dan tidak semua janji kampanye bisa terealisasi.

Masyarakat juga perlu kreatif mewujudkan mimpi- mimpi dengan kerja keras dan kreatif mengeksplorasi sumber daya manusia dan alam sekitarnya. Banyak bukti bahwa mereka yang tekun dan pekerja keras kesuksesan bisa direngkuh. Tidak usah berbusa- busa pidato di forum seminar yang menarasikan teori-teori dan motivasi langkah sukses menjadi pengusaha, mengumpulkan uang banyak tanpa kerja keras.

Teori-teori motivasi memang perlu tetapi aksi yang lebih diutamakan. Janji hanya sekedar janji seperti jualan penjual obat di kaki lima tidak usah didengarkan. Yang terbaik tentu bertindak nyata, mencari peluang apapun untuk bisa menambah finansial.

Baik Jokowi maupun Prabowo sebagai kandidat memang perlu menebarkan janji. Karena untuk maju semua pemimpin tentu punya kisi–kisi, mempunyai rancangan bagaimana membangun Indonesia ke depan. Jika kedua kubu saling serang untuk sebuah polemik bombastis yang pusing tentu rakyat. Mana yang lebih dipercaya mana yang lebih realistis dari kesempurnaan visi misi yang dibentu bersama tim sukses.

Rakyat sudah lelah dengan segala janji, apalagi janji bombastis yang sulit diterapkan. Janji yang realistis saja yang bisa memungkinkan diwujudkan. Jika janji terlalu muluk tentu akan dicatat rakyat sebagai bualan politik semata.

Sekarang sudah ada medsos, blog dan smartphone. Setiap orang mencatat dan akan menagih janji busa-busa politik yang bertebaran. Yang bekerja dan selalu memberi pesan optimis akan dicatat rakyat, yang hanya menebarkan bualan dan aksi tipu tipu semata juga akan dimasukkan dalam memori masyarakat.

Jangan dikira masyarakat lupa pada pidato pidato yang bertebaran di masyarakat. Baik melalui Youtube maupun HP yang mudah merekam orasi-orasi politik calon pemimpin bangsa. Jangan dikira masyarakat bodoh, masyarakat sudah cerdas. Tidak bisa ditipu oleh kobaran pidato tanpa teks yang spontan keluar dan tidak disertai data akurat, hanya sekedar ingin meramaikan situasi.

Memang banyak yang pandai berpidato tetapi sedikit politisi yang bisa mewujudkan isi pidatonya. Janji tidak korupsi nyatanya terlibat dalam kasus suap dan gratifikasi. Ingin mewujudkan masyarakat sejahtera nyatanya hanya menyejahterakan keluarga dan konco- konconya sendiri. Ingin menjadi pemimpin jujur tetapi sedari awal meruarkan informasi hoax.

Politik oh Politik kau memang mengesalkan tetapi selalu dirindukan. Aroma busuk politik sering tersesap tetapi selalu hilang, bersamaan dengan masyarakat yang tidak kapok- kapoknya mendengar janji politisi.

Memang ada politisi baik dan idealis tetapi ia akan berhadapan dengan rampogan dari sekumpulan politisi yang menyimpan rencana licik untuk memperkaya diri dan bersiap mengokupasi proyek-proyek strategis.

Saat awan mencalonkan diri sebagai calon pemimpin dan wakil rakyat ia sudah begitu banyak mengeluarkan modal tentu dalam bahasa dagang harus ada modal yang harus balik bahkan kalau bisa keuntungan berlipat ganda.

Seorang penjual obat tidak mungkin mengatakan dagangannya “Ini Obat tidak manjur jangan beli!”. Ia tentu akan berkata Ini obat nomor satu, manjur dan cespleng, sekali telan langsung sembuh.” Kalau politisi?

Ah lihat saja di spanduk- spanduk mereka.

Salam.

***