Maka pernyataanya tentang PPKM, yang membandingkan kantor dengan masjid yang ditutup, yang menyatakan Indonesia akan dimarahi tuhan adalah puncak frustasinya.
Sejak lama sepak terjang Anwar Abbas memang cenderung liar, bias, ngawur, dan menjadikan agama sebagai kedok. Anwar Abbas ini sangat membahayakan. Komentarnya tentang PPKM memrovokasi publik untuk tidak menaati PPKM.
Dia membahayakan bukan hanya bagi umat Islam, namun berbahaya bagi NKRI. Dia adalah pendukung organisasi FPI. Terang-terangan dia memertanyakan pembubaran FPI. “Kalau begitu apa kira-kira dosa dan kesalahan dari FPI?” tanya Anwar Abbas seperti dikutip JawaPos.com, Kamis (31/12/2020).
Jelas FPI organisasi pendukung ISIS. Anwar Abbas menggelari diri cendikiawan berperilaku seperti politikus. Mungkin dia pengin seperti Ma’ruf Amin. Memang Ma’ruf Amin politikus tulen. Mantap. Namun itu tidak berlaku buat Anwar Abbas.
Sepak terjang Anwar Abbas tidak memiliki momentum kriminalisasi Ahok. Kesempatan bargaining politik yang memojokkan Jokowi pada satu pilihan: merangkul musuh politik.
Bukan Jokowi kalau tidak memiliki taktik. Namun, Jokowi juga kadang kasihan pada orang ngaco bin bahlul. Seperti ketika digertak oleh Budi Arie Setiadi. Serta-merta Jokowi memberi hadiah hiburan, Wakil Menteri Desa tanpa peran.
Anwar Abbas tak usah bermimpi. Mimpi ingin mengembalikan MUI sebagai alat politik. Sebagai kail mencari kekayaan lewat sertifikasi halal, sudah berlalu. Juga setiran haram dan halal lewat Fatwa. Publik cukup paham.
Memang ketika pergantian pejabat MUI berlangsung, publik berharap berakhirnya rezim politik di ormas MUI. Rezim penuh intrik untuk mengeruk sumbangan dari pemerintah, sebagai ormas. Dengan mengatasnamakan agama MUI lewat Tengku Zulkarnain memorakparandakan negeri dengan politik identitas. Kriminalisasi Ahok adalah puncak ugal-ugalannya rezim MUI.
Abbas paham pikiran kotor bargaining politik. Maka dia mengambil posisi oposan. Dia meniru kelakuan Tengku Zulkarnain, Hidayat Nur Wahid, Din Syamsuddin, Novel Baswedan, dan Anies Baswedan. Pasang badan untuk menawarkan posisi tawar: artinya mencoba peruntungan.
Anwar Abbas ini paham tentang kebiasaan orang Indonesia. Dia sejatinya belajar dari Buni Yani. Dia membodohi banyak orang. Pernyataan tentang adanya perlawanan terhadap PPKM dari Anwar Abbas soal penutupan masjid adalah menunjukkan kebahlulannya.
Anwar Abbas menggunakan agama dan posisinya di MUI untuk memraktikkan logika berpikirnya yang dangkal. Bahkan logikanya cenderung mengikuti pikiran Wahabi.
Buktinya? Anwar Abbas ini menentang pembubaran organisasi teroris FPI. Jelas pentolan Munarman terlibat teroris. Rizieq tidak lama akan disidik kasus terorisme. Kurang apa bukti? Plus banyak anggota FPI terlibat teroris.
Maka pernyataanya tentang PPKM, yang membandingkan kantor dengan masjid yang ditutup, yang menyatakan Indonesia akan dimarahi tuhan adalah puncak frustasinya.
Ya omong kosong keluar dari logika manusia normal. Bahlul. Tuhan kan maha penyayang. Maha pengasih. Tidak seperti yang dikatakan oleh Anwar Abbas.
Dari mana Anwar Abbas tahu Tuhan akan marah? Logika berpikirnya cetek seperti Neno Warisman. Neno dalam doanya menyatakan kalau Indonesia memilih Jokowi, maka dia takut tidak ada yang menyembah Allah SWT. Manusia membutuhkan Allah SWT, bukan sebaliknya.
Publik tidak perlu mengikuti alur pikiran sesat, keliru, salah, menyesatkan yang disampaikan oleh orang keblinger seperti Anwar Abbas.
Sejatinya dia sedang bermimpi membangun tawar-menawar politik terhadap pemerintah: ingin diperhatikan. Dia pengin seperti Ma’ruf Amin. Publik paham juga kapasitas Anwar Abbas sekerdil Buni Yani. Jualan obat janji surga, menebar kebencian. Tak akan laku.
Ninoy Karundeng
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews