Persepsi Intelijen, Bila Naif Covid Takkan Terkendali, Reshuffle Jadi Prioritas

Kuncinya presiden butuh dibantu pejabat kelas penempur, tegas dan berani mengambil keputusan. Disarankan untuk segera dilakukan reshuffle, mainkan kartu truft yang dipunyai.

Senin, 20 Juli 2020 | 06:41 WIB
0
281
Persepsi Intelijen, Bila Naif Covid Takkan Terkendali, Reshuffle Jadi Prioritas
Ilustrasi pencegahan Covid-19 (Foto: Kompas.com)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan rekor penambahan kasus Covid-19 pada hari Sabtu (18/7/2020), dunia mencatat hampir 260.000 ribu kasus baru dalam 24 jam. Ini angka peningkatan terbesar dalam satu hari sejak pandemi dimulai. Lonjakan kasus yang besar terjadi di AS, Brasil, India, dan Afrika Selatan.

Tedros memperingatkan jika pemerintah gagal mengambil langkah tegas sebagai pencegahan, maka pandemi Covid-19 bakal "semakin memburuk". Benua Amerika disebutnya merupakan episentrum terbaru virus corona, AS mengalami lonjakan kasus di tengah tensi tinggi Presiden Donald Trump dan pakar kesehatan. Universitas Johns Hopkins mencatatkan 3,3 juta penularan dengan 135.000 korban meninggal.

Amerika Latin mengonfirmasi lebih dari 145.000 kematian terkait wabah, para pakar meyakini angkanya lebih besar. Setengah dari jumlah tersebut terjadi di Brasil, di mana Presiden Jair Bolsonaro, menentang pencegahan untuk menangkal virus corona.

Menurut Ryan penutupan area dalam skala besar jelas akan berdampak pada ekonomi. Karena itu, "mitigasi berupa lockdown spesifik bisa menjadi opsi". Dia mendesak pemerintah dunia untuk menerapkan "strategi dan jelas dan kuat", di mana warganya harus bisa memahami instruksi yang diberikan.

Kasus Covid di AS

COVID-19 dikonfirmasi mencapai AS pada Januari 2020. Kasus pertama penularan lokal tercatat pada bulan Januari, sedangkan kematian pertama yang diketahui terjadi pada bulan Februari
Ptesiden Donald Trump disebut Lamban dalam melakukan penanganan, karena adanya pendapat Covid-19 adalah flu biasa.

Pemerintahnya sangat percaya diri hingga mereka pada 7 Januari 2020 justru mengirimkan peralatan medis untuk bantuan kepada pemerintah Tiongkok.

Pada 24 Februari 2020, Gedung Putih mengirimkan ke kongres permintaan dana awal US untuk mengatasi wabah virus corona. Pakar kesehatan federal di pusat telah memperingatkan akan bahaya yang akan menyebar secara cepat.

Namun, Sekretaris HHS Alex Azhar seakan tidak terpengaruh dan mengatakan bahwa kasus Covid-19 di AS masih rendah. Selama bulan Februari proses pengujian terhadap warga di AS masih dilakukan dengan sangat minim.

Pada pertengahan Maret, rumah sakit di New York, Seattle dan Orleans melaporkan lonjakan pasien sakit. Pada akhir Maret, kasus telah terjadi di seluruh 50 negara bagian A.S., Distrik Columbia, dan semua yang menghuni wilayah AS kecuali Samoa Amerika. Pada 24 Juni 2020, AS memiliki kasus dan kematian aktif paling dikonfirmasi di dunia. Pada 16 Juli 2020, tingkat kematiannya 419 per satu juta orang, tingkat ketujuh tertinggi di dunia. Negara bagian paling terdampak New York, California, Florida dan New Jersey.

Walau ilmuwan di AS sekarang dapat membedakan versi coid ini dengan mengintip genom virus, ada versi "Pesisir Barat" dari virus yang datang langsung dari Asia, dan versi "Pesisir Timur" yang sedikit berbeda yang menjelajah Eropa, tetapi persoalan negara bagian serta kebebasan dan HAM membuat kendala, covid terus meluas.

Tanggal 17 Juli 2020, total kasus positif di AS, 3,834,271 kasus, total meninggal 142,877 jiwa , total sembuh 1,775,219 orang.

Kasus Covid di Brasil

Virus ini dipastikan telah menyebar ke Brasil pada 25 Februari 2020, ketika seorang pria dari Sao Paulo dinyatakan positif terkena virus tersebut. Pada 19 Juni 2020, negara ini melaporkan kasusnya yang ke-satu juta; saat ini, tercatat hampir 49.000 kematian yang dilaporkan.

Sejak bulan Juni 2020, Brasil memiliki jumlah kasus COVID-19 terkonfirmasi tertinggi kedua di dunia di belakang Amerika Serikat. Pada 17 Juli 2020, negara ini melaporkan total kasus 2,075,246, kasus baru dlm 24 jam +26,549, total kematian 78,817, tambahan meninggal +885 , total sembuh 1,366,775 jumlsh penduduk 212,632,374 jiwa.

Kerusakan Brasil bermula dari sikap Presiden Jair Bolsonaro yang menganggap virus corona Covid-19 sebagai flu biasa, ini penyebab Brasil kini menjadi episentrum virus corona di Amerika Latin.
Pada Selasa (7/7/2020), Bolsonaro mengonfirmasi dirinya telah dinyatakan positif Covid-19 kepada wartawan dan mengklaim telah menggunakan hidroksiklokuin, obat anti-malaria yang tak terbukti efektif mengobati virus corona."Aku baik-baik saja, normal. Aku bahkan ingin berjalan-jalan di sini, tapi aku tidak bisa karena rekomendasi medis," kata Bolsonaro, dikutip dari Aljazeera, Rabu (8/7/2020).

Presiden berusia 65 tahun itu sering muncul di depan umum untuk berjabat tangan dengan pendukungnya dan bertemu banyak orang, sesekali tanpa mengenakan masker.
Dengan tingginya kasus di Brazil, pada akhir Mei 2020, AS menganggap negara itu menjadi episentrum Covid-19 dan melarang pengunjung dari negara tersebut ke wilayah Amerika Serikat.

Kasus Covid di India

India dengan penduduk sebanyak 1,38 miliar, negaranya tersentuh Covid sejak Januari 2020. Pada 13 Juli 2020, India melaporkan sekitar 879 ribu kasus yang dikonfirmasi dari coronavirus (COVID-19). Dari jumlah tersebut, sekitar 554 ribu pasien telah pulih, sementara 23 ribu meninggal dunia.

Tetapi pada Jumat (17/07) tercatat ada 35.000 kasus positif dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus sudah mencapai 1.005.637. Jumlah terbanyak ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brasil. Dalam kurun waktu yang sama (24 jam), sedikitnya 680 orang meninggal karena virus korona, sehingga jumlah korban jiwa menjadi 25.609 jiwa.

“Tingkat kematian di India adalah 2,57 persen dan tingkat pemulihannya 63,25 persen," ungkap Menkes Harsh Vardhan. Dengan penduduk kedua terbanyak di dunia - sebagian besar di antaranya tinggal di kota-kota - India sebelumnya diperkirakan menjadi salah satu pusat penyebaran virus corona. Data yang dikeluarkan pemerintah dipertanyakan karena India tidak melakukan cukup tes, sementara rendahnya angka kematian membingungkan ilmuwan.

Dengan meningkatnya kasus sebanyak dua kali lipat setiap 20 hari, maka dengan indikator itu diperkirakan jumlah kasus antara 30 sampai 40 juta.

Kasus Covid di Afrika Selatan

Afrika Selatan melampaui Inggris dalam jumlah kasus virus korona yang dikonfirmasi ketika presiden negara itu memperingatkan "krisis paling parah dalam sejarah demokrasi kita."

Afrika Selatan dengan jumlah penduduk 59,342,751, pada tanggal 18 Juli 2020 memiliki jumlah kasus kelima tertinggi di dunia yaitu 364,328 kasus, kasus baru +13,449, total meninggal 5,033 , tambahan meninggal +851, total sembuh 91,059 orang.

Jumlah yang terpapar mewakili hampir setengah dari semua kasus yang dikonfirmasi di benua Afrika.
Pandemi sekarang menyebar dengan cepat di bagian benua Afrika yang berpenduduk 1,3 miliar orang ketika sistem kesehatan dunia yang paling buruk didanai mulai menghadapi apa yang telah diperingatkan para ahli selama ini: Mereka akan cepat kewalahan.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa minggu ini mengatakan lebih banyak infeksi virus tidak terdeteksi meskipun negara itu melakukan lebih dari 2,2 juta tes, sejauh ini merupakan yang terbanyak di antara negara-negara Afrika.

Lockdown telah menunda lonjakan kasus Afrika Selatan tetapi terpaksa dilonggarkan di bawah tekanan ekonomi. Sekarang, apa yang presiden sebut sebagai "badai" telah tiba, dan itu sudah "memperluas sumber daya kita dan tekad kita sampai batasnya."

Kekurangan oksigen medis telah dilaporkan karena jumlah pasien COVID-19 yang mencari pertolongan meningkat. Tempat tidur rumah sakit umum di seluruh negeri telah terisi penuh dalam sebulan.

Afrika Selatan bergulat dengan pandemi di akhir musim dingin, dengan suhu di pusat wabah, provinsi Gauteng dan Johannesburg, diperkirakan turun di bawah titik beku. Itu membuat ventilasi menjadi tantangan terutama di rumah-rumah kecil yang ramai bagi orang miskin.

Sementara pejabat kesehatan masyarakat di Amerika Serikat dan di tempat lain di belahan bumi utara memperingatkan bahwa musim gugur dan musim dingin di Selatan bisa menjadi ujian yang berat, kini Afrika Selatan sudah merasakan bahaya yang mulai datang.

Kasus Covid di Indonesia

Pandemi COVID-19 di konfirmasi telah menyebar di Indonesia pada 2 Maret 2020, setelah seorang instruktur tari dan ibunya dinyatakan positif terkena virus. Keduanya terinfeksi dari warga negara Jepang. Pada 9 April, pandemi telah menyebar ke semua 34 provinsi dan pada 24 Juni, setengah dari mereka memiliki lebih dari 500 kasus.

Pada periode 2 Maret - 19 Juli 2020 (4,5 bulan), Indonesia dengan penduduk 273,658,307 jiwa, mencatat 86,521 kasus, dengan penambahan +1,639 dlm 24 jam, total meninggal 4,143, penambahan meninggsl +127 jiwa, total sembuh 46.401. Kasus terkonfirmasi kini tertinggi di Asia Tenggara, di atas Filipina dan Singapura. Dalam hal jumlah kematian, Indonesia menempati urutan keenam di Asia dengan 4.143 kematian. Indonesia berada di posisi 25 besar dunia.

Jawa Timur, Jakarta, dan Sulawesi Selatan adalah provinsi yang paling terpukul. Peningkatan terbesar kasus baru dalam satu hari terjadi pada 9 Juli, ketika 2.657 kasus diumumkan. Pada 17 Juli, ada 1.489 pemulihan yang tercatat dalam kurun waktu 24 jam, paling banyak yang pernah ada, pertama kalinya tingkat pemulihan nasional melebihi 50% dan kasus baru setiap hari kalah jumlah dengan pemulihan harian. Episentrum penyebaran Covid-19 di Indonesia telah bergeser dari DKI Jakarta ke Jawa Timur.

Epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan penduduk Kota Surabaya memiliki resiko paling tinggi terinfeksi Covid-19 di Indonesia. Hal ini dilihat dari nilai attack rate Surabaya yang merupakan tertinggi di antara kota-kota di Indonesia, yakni 150 per 100.000 penduduk. Inilah yang membuat Jawa Timur menjadi episentrum baru nasional. Attack rate
merupakan nilai seberapa besar risiko penduduk terinfeksi, yang dihasilkan dari pembagian jumlah kasus kumulatif positif terhadap jumlah penduduk.  Attack rate DKI Jakarta tercatat sebesar 105 per 100.000 penduduk. Tingkat kepadatan penduduk Surabaya yang sangat tinggi, mencapai 8.600 per kilometer persegi, dinilai sebagai penyebab tingginya attack rate.

Selain itu, faktor kedisiplinan warga dan kebijakan pemerintah setempat juga punya andil. Attack rate Surabaya meningkat 75 persen setelah Pembatasan Sosial berskala Besar (PSBB) tak diberlakukan lagi dan menyatakan hanya menerapkan protokol  Covid-19 secara ketat. Kekhawatiran akan kondisi penyebaran Covid-19 di Indonesia juga datang dari negara-negara tetangga.

Beberapa waktu lalu, seorang dokter di Negeri Jiran Malaysia, dr. Musa Mohd Nurdin, viral di media sosial karena resah akan situasi di Indonesia. Ia menyebut Indonesia merupakan bom waktu dan meminta pemerintah Malaysia untuk memperketat perbatasan negara. Kekahawatiran yang sama datang dari Australia. Media  Sydney Morning Herald  (SHM) dalam laporannya Jumat (19/6/2020) menyebut Indonesia akan menjadi hotspot penyebaran Covid-19 di dunia.

Risiko penularan Covid-19 di Indonesia masih tinggi. Pelonggaran PSBB dan kenormalan baru di sejumlah daerah tak diiringi dengan penurunan kasus. Pemerintah pun kembali diingatkan agar prediksi tersebut tak menjadi kenyataan. LBM Eijkman mengirim tiga WGS (Whole Genome Sequencing) ke gisaid.org untuk bisa melihat karakter dari Covid-19 yang beredar di Indonesia, namun hasil dari WGS diketahui covid-19 yang beredar memiliki karakter lain dari tiga tipe Covid-19 yang sudah dikategorikan, yakni tipe S, tipe G dan tipe V.

Saran Pendapat Penulis

Dari peringatan WHO tersebut, kasus Covid di dunia makin memburuk, penyebabnya karena kebijakan pemerintah yang lambat dan salah arah serta tidak disiplinnya masyarakat.
Khusus menanggapi kasus Covid di Indonesia,  Presiden menilai kinerja anggota kabinet sangat lambat dan biasa2 merespons perubahan yang terjadi. Pandemi covid adaalah fenomena krisis yang terhebat dalam peradaban umat manusia. Negara besar, maju dan modernpun kini galau dan menjadi korbannya.

Sejak wabah virus Corana melanda negeri ini presiden telah mengintruksikan agar penanganan wabah penyakit ini dilakukan secara terpadu/integral, diterbitkan Keppres Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dengan Ketua Letjen TNI Doni Munardo.

Artinya penanganan Covid-19 harus dikeroyok oleh pemerintah pusat dan daerah melalui Gugus Tugas. Presiden melihat implementasi kebijakan di tingkat pusat dan daerah lemah, terhambat dengan birokrasi dan operasional kebijakan pada level pengambilan keputusan.

Presiden kini sedang menilai, mampukah pembantunya mendobrak birokrasi yg rumit baik di pusat maupun daerah. Walaupun ada yg mencoba  berisik melempar isu pemakzulan, pengaruhnya kecil, dari beberapa hasil survei popularitas Presiden Jokowi masih aman. Tingkat kepuasan publik dan kepercayaan kepada presiden masih tinggi, masih di atas 67 persen.

Dari persepsi intelijen, keadaan kritis dan krisis butuh diatasi dengan meniadakan titik lemah dan rawan. Kuncinya presiden butuh dibantu pejabat kelas penempur, tegas dan berani mengambil keputusan. Disarankan untuk segera dilakukan reshuffle, mainkan kartu truft yang dipunyai. Kunci pertama mungkin menjadikan Menkomarves sebagai Kepala Gugus Tugas. LBP (Luhut binsar Panjaitan) adalah menteri senior, menteri kordinator, pengalaman perang, pernah menjadi diplomat, walau ada yg kurang suka tapi ketegasan dan kewibawaannya sulit ditandingi.

Bila membutuhkan tokoh parpol, penulis mengenal Ir. Indra Bambang Utoyo, tokoh Golkar, anak kolong, bersih, tokoh FKPPI, Ampi, pernah menjadi anggota DPR, tokoh yg keras, loyal, pakar politik, menguasai geopolitik, mempunyai pengetahuan intelijen. Bila diposisikan sebagai Mensos akan mampu menangani dengan cepat kesejahteraan rakyat kecil.

Demikian tanggapan dan saran dari persepsi intelijen, semua yang disampaikan hanya sebuah sumbangan pemikiran (urun rembuk) demi bangsa dan negara yang kita cintai bersama. Banyak dari kita yang naif menganggap presiden tidak berani tegas, sehingga biasa-biasa saja...mari kita tunggu.

Penulis : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan

***