Tukang roti biasa menjajakan dagangannya dengan berteriak “Roti... Roti... Roti...” demikian juga orang yang berteriak CURANG, ternyata dirinya memang tukang CURANG.
Hirukpikuk pasca-pesta Demokrasi 17 April lalu, masih berhembus kencang hingga ke pelosok kampung hingga sekarang. Lewat media arus utama, baik cetak maupun televisi, sampai media online dan media sosial yang banyak dipelototi, sungguhsungguh membikin warga gelenggeleng kepala, atawa tersenyum kecut dengan segala tingkahlaku dan statemen para (katanya!) elite di Jakarta. Terutama mereka yang ngendon di kubunya pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga Uno.
Betapa tidak. Dimulai dengan sujud syukur atas kemenangan (katanya), hingga seruan people power, diembelembeli dengan tudingan kecurangan pelaksanaan pesta demokrasi itu sendiri yang konon TSM (terstruktur, sistematis, dan masif).
Sehubungan di medsos orang banyak menulis secara disingkat TSM itu pula, maaka banyak warga Tasikmalaya, yang biasa menyingkat tempat tinggalnya itu dengan TSM, maka tak pelak lagi mereka pun (sebelum mengetahui maksud sesunguhnya) sibuk kasakkusuk: “Ada apa dengan Tasikmalaya (TSM)?
Aha. Ternyata selain menemukan arti yang sesungguhnya, yakni terstruktur, sistematis, dan masif itu, maka warga Tasikmalaya pun dikejutkan dengan temuan yang yang sungguhsungguh mengejutkan. Dan langsung terkait dengan kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif itu.
Adalah seorang caleg partai Gerindra DPRD Kabupaten Tasikmalaya Dapil VI berinisial AN, ditemukan telah membagibagikan uang paketan kepada warga agar mencoblos pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga, caleg DPR RI, caleg DPRD Provinsi, dan caleg DPRD kabupaten dari partai Gerindra.(1)
Maka apa boleh buat, manakala di Jakarta kubu Prabowo di Jakarta berteriakteriak: “Curang! Curang! Curang!”, ternyata, oh ternyata di Tasikmalaya kubunya sendiri yang telah melakukan kecurangan.
Sehingga tak pelak lagi, peribahasa Seperti menepuk air di dulang terpercik muka sendiri sangatlah tepat bagi kubu pasangan Prabowo-Sandiaga. Menuding kubu Jokowi-Ma’ruf Amin dan KPU (Komisi Pemilihan Umum) melakukan kecurangan, ternyata justru malah pihaknya sendiri yang berbuat itu.
Oleh karena itu tepatlah juga seperti yang ramai dijadikan meme di medsos, bahwa tukang roti biasa menjajakan dagangannya dengan berteriak “Roti... Roti... Roti...” maka demikian juga orang yang berteriak CURANG, ternyata dirinya memang tukang CURANG.
Begitu.
Wassalam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews