Jika mengacu ke angka golput 10% dengan sisanya tetap 80% memilih paslon 02, posisi paslon 01 55.42% dan paslon 02 44.58%.
Sore hari saya keselek kopi, seorang kawan tiba-tiba me-WA saya:
"Coeq, udah liat belom hasil survey Kompas?? Kompas lho ini!"
"Belum coeq, emang apa isinya, kok heboh banget?" Saya sedikit pura-pura ketika jawab ini, karena saya pun menunggu hasil survey Kompas, munafik kalo saya bilang tidak.
"Jagoanmu keok! *icon ketawa sampai mengalir air mata*, Jokowi KO!"
"Hah, mosok coeq, bentar tak cek"
Tak lama saya mengecek portal berita mainstream soal hasil survey Kompas, disurvey itu memaparkan hasil yang sedikit mengejutkan, Jokowi-Amin di posisi 49,7% dan Prabowo-Sandi di posisi 37,4%, undecided voter: 13,4%.
Saya pengen ketawa, tapi takut dosa.
Jokowi-Amin ada diposisi di bawah 50% menurut Kompas itu memang diluar dari hasil survey papan atas selama ini (kecuali survey internal Gerindra), yang selalu menempatkan Jokowi-Amin di posisi 52%-57%. Untuk jadi pemenang pemilu, cukup dibutuhkan hasil 50%+1 suara.
Tapi Kompas tampil beda, Jokowi-Amin di pasrahkan di angka di bawah 50% dikiiit, sangat sedikit. Perlu diketahui bahwa angka 50% adalah angka psikologis.
Jika anda jualan kacamata, modal anda 80 ribu, anda jual 130 ribu dengan harapan pembeli akan menawar di angka 100 ribu. Nah 100 ribu adalah angka psikologis. Jika pembeli mampu menawar di angka 100 ribu, maka pembeli biasanya merasa sudah "menang", padahal oleh penjual, memang angka itulah yang dituju.
Tak heran jika pendukung Prabowo-Sandi lantas berjingkrak girang, bahkan seperti teman saya, beberapa diantara mereka merasa pasangan Calon 02 sudah di atas angin karena pasangan 01 sudah dibawah 50%. Di atas angin apanya?
Mereka merasa perjuangan mereka tinggal sedikit lagi, sedikit lagi apanya? Mereka pun tiba-tiba berlangganan Kompas, padahal tadinya membenci Kompas karena dianggap media "Cebong".
Bukan hanya di kubu 02, para pendukung 01 pun lantas serta-merta menuduh Kompas adalah media "kampret", Kompas pendukung 02, Kompas berkhianat, katanya.
Apakah selanjutnya akan ada gerakan hestek #BoikotKompas sodara-sodara? Kalian kenapa sih Ferguso?
49,7% adalah angka yang secara psikologis membuat batas antara Jokowi dan Prabowo yang sebelumnya cukup jauh menjadi dekat saja. Ya dekat secara psikologis, bukan dekat secara angka.
Ketahuilah wahai manusia di negara jamrud khatulistiwa, selisih 11% persen itu bukanlah angka yang tipis.
Lha, tapi kan masih ada undecided voters sebesar 13,4% mas bro?
Justru itu, jika 13,4% total adalah golput, maka angka 13,4% itu tidak dihitung, total persentase menjadi 86,6%. Maka perhitungan menjadi 100% adalah: Paslon 01 = 49,2% : 86,6% = 56,81% dan Paslon 02 = 37,4% : 86,6% = 43,18%. Total 100%. Itulah cara baca angka survey yang sebenarnya.
Undecided voters tuh apasih? Undecided voters itu ada dua; pertama adalah kalangan golput, dan kedua belum memilih alias potensi swing voters. Okelah kita anggap yang golput ini 5% saja, artinya sisanya tinggal swing voters sebesar 8.4%.
Dari 8.4% sekarang kita bagi, okelah kubu 02 ambil deh jatah 80%, artinya potensi tambah suara untuk 02 sebesar 6.72%. Dan sisanya 20% ke paslon 01, ada penambahan suara 01 sebesar 1.68%. Dengan penambahan ini, suara Jokowi-Amin menjadi 50.88% dan suara 02 menjadi 44.12%, dengan total suara 95% (ingat, yang golput 5%).
Secara total, suara golput 5% menjadi hilang karena tidak dihitung, maka total suara 01 dan 02 harus kita jadikan 100%. Kalkulasinya menjadi: Suara paslon 01 = 50.88% : 95% = 53.56%. Suara paslon 02 = 44.12% : 95% = 46.44%. Total 100%.
Itupun dengan catatan pertama, suara swing voters yang ke Prabowo-Sandi sudah mencapai 80%, padahal swing voters rata-rata perbandingannya adalah 60:40, hampir tidak ada yang 80:20. Jika angka swing voters di kisaran 80%, maka biasanya si pemilik 80% ini sudah unggul di survey-survey manapun.
Catatan kedua, golput mencapai 5%, yang artinya dari 192 juta pemilih, golput mencapai 9,6 juta. Padahal golput pada Pilpres 2014 mencapai 29%. Bolehlah kita berharap angka golput di tahun 2019 ini menurun, di kisaran 10%.
Nah, jika mengacu ke angka golput 10% dengan sisanya tetap 80% memilih paslon 02, maka posisi paslon 01 sebesar 55.42% dan paslon 02 sebesar 44.58%, total 100%.
Bisa lihat itu? Itu adalah perhitungan matematika dasar, saya bisa berikan excelnya lengkap dengan rumus-rumusnya jika anda mau. Tidak perlu seorang profesor berkacamata dan gemar berkata dungu untuk bisa menghitung ini.
"Lha, dimananya Jokowi kalah coeq?" Tanyaku penasaran.
"Kamu gak bisa lihat tho itu, Jokowi sudah di bawah 50% coeq, artinya dia sudah kalah coeq!"
Ealah, kadangkala saya lebih butuh oskadon.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews