Kita dukung TNI-Polri melibas semua pengkhianat serta perusak bangsa demi Indonesia Raya dan Jaya.
Kapolri lewat konpers telah merinci empat nama pejabat negara yang menjadi target pembunuhan pada saat rusuh 22 Mei. Mereka adalah Pak Wiranto, Pak Luhut Binsar Pandjaitan, Pak Budi Gunawan dan Pak Gories Mere. Teka – teki siapa yang menjadi target pembunuh bayaran akhirnya terungkap ke publik. Ini sekaligus mengakhiri spekulasi siapa yang menjadi target pembunuhan.
Namun di lain sisi, pengungkapan empat pejabat negara yang akan dibunuh juga menimbulkan pertanyaan mengapa mereka berempat yang menjadi target pembunuhan berencana ini. Saya amat yakin bukan hanya saya saja yang mempertanyakan semua misteri yang belum terungkap sepenuhnya. Publik juga ingin tahu siapa aktor intelektual serta motif di baliknya.
Untuk siapa aktor intelektualnya? Tentu kita tidak bisa berspekulasi karena bisa saja kita mencemarkan nama baik seseorang jika spekulasi kita salah.
Saya juga yakin publik tahu sebenarnya siapa yang bertanggung jawab atas kerusuhan 22 Mei. Alangkah baiknya jika menunggu kembali konpers resmi Polri dalam mengungkap siapa aktor intelektual yang terlibat.
Motif apa yang membuat mereka berani berbuat senekat ini. Empat pejabat negara yang menjadi target itu bukan orang sembarang, mereka adalah para menteri serta pejabat setara menteri dalam kabinet kerja. Satu hal yang pasti, konflik kepentingan serta politik bermain dalam motif mereka.
Siapa yang tidak kenal dengan Wiranto dan juga Luhut. Mereka adalah purnawirawan Jendral TNI (dulunya ABRI). Kapasitas mereka dalam lingkungan militer tidak perlu diragukan lagi. Mereka adalah para Jendral yang terkenal serta disegani ketika masih aktif di kesatuan. Mereka pun akhirnya masuk dalam kabinet kerja Jokowi.
Wiranto yang sekarang menjabat Menkopolhukam serta Luhut yang menjabat Menko Kemaritiman merupakan tulang punggung Jokowi dalam pemerintahan. Wiranto yang menjabat Menkopolhukam tentunya mempunyai tugas yang berat dalam menjaga stabilitas politik serta keamanan negara apalagi kita baru saja selesai melaksanakan pesta demokrasi pilpres dan pileg.
Wiranto menjadi target karena aktor intelektual di balik semua ini ingin sepak terjang Wiranto dalam menangani keamanan negara menjadi terganggu. Bayangkan saja tiba – tiba saja posisi Menkopolhukam kosong, siapa yang mampu mengkoordinir TNI dan Polri nantinya. Bisa saja kedua institusi ini diadu domba oleh pengkhianat yang mungkin berada di dalam kedua institusi ini. Ketika kedua institusi ini tidak sepaham maka keamanan negara pun berada di ujung tanduk.
Luhut yang membawahi beberapa kementerian tentu saja merupakan target selanjutnya. Setidaknya ada dua kementerian di bawah beliau yang tidak disukai oleh para mafia – mafia baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kementerian ESDM merupakan salah satu kementerian di bawah komando beliau. Kita semua tahu bagaimana Freeport bertekuk lutut, blok – blok minyak serta energi kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Inilah yang tidak disukai oleh para mafia ini, bukan tidak mungkin mereka menaruh dendam terhadap Luhut.Kementerian Kelautan dan Perikanan juga berada di bawah komando Luhut. Lihat bagaimana perkasanya Susi Pudjiastuti menenggelamkan semua kapal – kapal ilegal pencuri ikan. Banyak yang protes tapi penenggelaman tetap berlanjut. Para mafia ikan baik di dalam negeri maupun luar negeri tentunya menaruh dendam kesumat dengan kebijakan pemerintah ini.
Analisa lainnya mungkin Luhut merupakan orang yang sangat loyal dengan sang presiden. Segala tembakan yang mengarah ke presiden selalu ditahan oleh Luhut. Luhut pun berani pasang badan melindungi Jokowi dari segala ancaman verbal. Lihat bagaimana blak – blakannya Luhut ketika melawan orang – orang yang selalu mencela keputusan pemerintah.
Gories Mere dan Kepala BIN, Budi Gunawan merupakan target selanjutnya. Mengapa mereka berdua yang menjadi target? Mungkin saja karena keahlihan mereka di bidang intelijen keamanan negara yang ditakuti. Mereka sadar bahwa intelijen negara sangatlah kuat sehingga segala tindak tanduk mereka bisa dibaca oleh intelijen negara.
Saya amat yakin pada aksi 212 maupun 411, mereka – mereka sebenarnya sudah berencana menjatuhkan Jokowi tapi berkat intelijen negara yang bekerja maka semua hal tersebut bisa ditangkal. Ini semua pasti ada campur tangan intelijen negara yang telah memberi peringatan sebelumnya. Intelijen negara membaca ancaman sehingga para pemangku jabatan bisa merancang strategi guna menangkal semua ancaman.
Mereka sadar bahwa dengan mencoba menghabisi kedua tokoh ini, minimal akan tercipta kegaduhan sehingga fungsi intelijen negara akan mati dalam beberapa saat. Pada saat itu pula bukan tidak mungkin keamanan presiden pun menjadi taruhannya.
Baca Juga: Dugaan di Balik Skenario Pembunuhan 4 Tokoh
Matikan Jendral – Jendral pendukung Jokowi dan intelijen keamanan negara maka negara ini akan berada di ambang kehancuran layaknya Irak dan Suriah. Benang merah yang kusut tampaknya mulai bisa diurai satu persatu. Tulisan pimpinan Seword tentang doa Presiden di dalam Ka’bah menunjukan bahwa presiden kita tahu akan ada ancaman terhadap keamanan Indonesia, maka tiada doa lain selain “Selamatkanlah Indonesia” yang keluar tanpa henti dari mulut presiden kita.
Tulisan Bang Kajitow Elkayani juga memastikan bahwa kita harus waspada karena negara ini tidak sedang baik – baik saja. Melihat bagaimana riak – riak di daerah juga bisa dipastikan mereka akan membuat kerusakan dalam eskalasi besar demi hancurnya negara ini.
Di jagat Twitter, netizen ramai mengomentari soal ini. @Asong66 menyebut, perusuh 22 Mei ini nekad setengah mati dengan menyasar empat tokoh itu sebagai target pembunuhan. “Gile, para jenderal tangguh begitu mau ditembak. Nekad banget. Yang ada, ditembakkin duluan deh. Cari mati aja tuh orang- orang perusuh,” cuitnya.
Sekarang kita sebagai rakyat yang cinta akan Tanah Air harus bergandengan tangan melawan mereka semua. Tidak ada lagi 01 atau 02, sekarang yang ada adalah NKRI yang harus kita jaga bersama sebelum semuanya terlambat. Kita dukung TNI-Polri melibas semua pengkhianat serta perusak bangsa demi Indonesia Raya dan Jaya. Merdeka.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews