Akhirnya soal agama masuk juga dalam pilpres. Anehnya malah yang memaksa memasukkan bukan dari kubu yang selama ini dituduh sebagai kelompok yang mempolitisasi Agama, tapi justru dari kelompok yang mengecam penggunaan isu agama dalam politik. Mulai dari soal ucapan selamat natal sampai uji baca Qur’an.
Sekarang malah fiqh sholat sudah masuk ajang kontestasi Pilpres. Sandiaga Uno yang katanya wudhu menggunakan sebuah gayung menjadi viral. Intinya, Sandi dianggap nggak ngerti tata cara wudhu. Tapi soal ini kan memang soal khilafiyah. Ada yang membolehkan air musta’mal ada, ada juga yang tidak membolehkan.
Karena sejak saya di keluarga dididik “cara” NU, maka tentu saja saya tidak menggunakan air musta’mal (air bekas pakai) untuk wudhu.
Artinya, saya nggak berwudhu dengan menggunakan satu gayung, walaupun saya disodorkan sejumlah hadis, misalnya riwayat Rubayyi bin Mu’awidz ketika ia menjelaskan cara wudhu Rasulullah saw, “Rasulullah mengusap kepalanya dengan sisa air (air musta’mal) wudhu yang terdapat pada kedua lengannya.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Atau, “Sesungguhnya orang mukmin tidak najis.” (HR. Bukhari) menegaskan seorang mukmin adalah suci, maka air yang bekas digunakan pun menjadi suci. Dan tidak ada alasan menjadikan air yang telah digunakan hilang kesuciannya hanya karena disentuh anggota badan seorang mukmin.
Walaupun saya tidak menggunakan air musta’mal untuk wudhu, tapi saya tetap menghormati saudara sesama muslim yang menggunakan air musta’mal untuk wudhu, karena mereka juga punya dalil yang shahih.
Bagi yang menggunakan air musta'mal, bisa lihat tata cara berwudhu menggunakan air dalam satu gayung video link : https://www.youtube.com/watch…
Memang sulit mengubah kebiasaan yang sudah dilaksanakan berpuluh tahun, dan sudah saya anggap sebagai cara ulama untuk berjaga-jaga atau berhati-hati, seperti halnya soal batal atau tidak wudhu jika menyentuh kulit lawan jenis yang bukan mahram.
Sejak kecil saya dididik, batal wudhu kalau menyentuh kulit perempuan. Tapi saya juga menghormati yang berpendapat tidak batal, kecuali menyentuh dengan disertai nafsu. Ini soal khilafiyah.
Kalau soal khilafiyah sudah masuk ranah pilpres, maka tidak akan ada lagi saling menghormati masing-masing pendapat. Tinggal tunggu saja, soal sholat shubuh pakai qunut dan tidak pakai qunut akan masuk dalam perdebatan pilpres.
Dan sayangnya, yang memasukan itu ke dalam ajang pilpres adalah kelompok yang mengecam penggunaan isu agama dalam politik.
Hadeeehhhh....
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews