Semangat Marhaen adalah gerakan yang diserukan Presiden Soekarno, sebagai simbol perjuangan “wong cilik”. Hingga ulang tahun PDI Perjuangan tahun ini yang ke 46 tahun, Semangat Marhaen tetap mendarah daging di setiap pengurus dan anggota partai. Bisa dibilang Semangat Marhaen adalah Oksigen PDI Perjuangan.
Apa sih Semangat Marhaen? Semangat Marhaen adalah semangat melawan, semangat berjuang untuk menegakkan harga diri. Dalam sebuah pertemuan dengan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan WakSejen PDI Perjuangan, Achmad Basarah, saya mendapat penjelasan mengenai Semangat Marhaen. Dan sering juga disebut sebagai Gerakan Marhaenisme.
Menurut Hasto Kristiyanto, pada masa perjuangan. Bung Karno tengah berada di sebuah desa dan melihat hamparan sawah yang begitu luas. Ada petani yang tengah menggarapa sawah. Bung Karno mendekati petani tersebut dan mengajaknya bicara.
Bung Karno: Siapa Namamu?
Petani: Marhaen, Pak
Bung Karno: Sawah ini, milik siapa?
Petani: Saya, Pak.
Bung Karno: Cangkul itu, milik siapa?
Petani: Milik saya, Pak
Bung Karno: Siapa yang menikmati hasil sawah ini?
Petani: Belanda, Pak.
Ada kemarahan dan kekecewaan dalam diri bung Karno mendengar jawaban sang petani. Lalu Bung Karnopun bertekad dan berkata: Mari kita berjuang bersama-sama.
Sejak saat itu, Bung Karno menjadikan pertemuan dengan petani bernama Marhaen sebagai cikal bakal perjuangannya mengembalikan hak rakyat. Sehingga setiap gerakan yang bertujuan memberikan kesejahteraan bagi rakyat oleh rakyat, disebut sebagai Gerakan Marhaenis.Marhaenisme dipahami sebagai gerakan orang kecil mewujudkan kesejahteraan. Hal itu juga yang membuat PDI Perjauangan dilabeli sebagai partainya “Wong Cilik”.
Hasto menambahkan, sebutan partai “Wong Cilik” selain karena ingin berjuang untuk rakyat tapi juga dikarenakan “isi” dari partai adalah orang-orang kecil bahkan bisa dibilang sebagai orang buangan, seperti preman atau orang-orang miskin yang sudah tak berarti dan bergabung di PDI Perjuangan untuk mencari sesuap nasi. Di PDI Perjuangan diterima dan ditampung.
Lalu orang-orang kecil yang merasa dihidupkan atau di “Uwongke”/ dimanusiakan, membalasnya dengan menyerahkan jiwa raga untuk PDI Perjuangan. Rela menjadi garda terdepan melindungi tokoh-tokoh/pengurus PDI Perjuangan. Di masa awal berdirinya PDI Perjuangan setelah pecah dari PDI, hidup para pengurus selalu berada dalam ancaman, termasuk kehidupan keluarga Ibu Megawati. Ancaman dari pemerintah orba.
Dalam PDI Perjuangan, orang-orang kecil ini, pelan-pelan dididik/diberi pelatihan mengenai apa visi dan misi PDI Perjuangan. Orang-orang kecil ini melihat perjuangan pengurus dan anggota partai dalam mempertahankan keberadaan partainya. Bertahun kemudian orang-orang kecil ini menjadi ‘Nyawa” PDI Perjuangan. Menjadi orang-orang yang rela mati untuk dan demi PDI Perjuangan. Maka sebuatan Partai Wong Cilik melekat erat pada PDI Perjuangan. Yang dalam visi misinya sesuai dengan yang diamanatkan UUD’45
Semangat Marhaenisme masih berlaku hingga sekarang. Masih banyak suara dan kebutuhan rakyat yang harus diperjuangan. Termasuk berjuang dalam politik, untuk mendapat tempat di jajaran dewan agar bisa menjadi suara rakyat yang diwakili. Pilkada tahun 2018, PDI perjuangan menguasai 7 propinsi. 4 gubernur dan 3 wakil gubernur.
Sedangkan di tingkat kabupaten/kota PDi Pejuangan berpartisipasi di 152 dan memenangkan 90 kabupaten kota atau sekitar 60 %. Partai wong cilik ini tidak cilik lagi dalam penguasaan wilayah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews