Pemimpin berusaha diam untuk tidak memperlebar polemik, namun netizen, oposan, orang-orang politik memanfaatkan bola liar untuk memperkeruh keadaan.
Kepalsuan menjelang pemilu menjangkiti negeri ini, termasuk para petuang-petualang yang meramaikan suasana dengan menggugat keaslian ijazah presiden.
Tidak tanggung-tanggung ia menggugat ijazah SD, SMP, SMA dan juga mempermasalahkan tentang apakah lulusan UGM atau hanya mengaku-aku sebagai Joko Widodo.
Namanya Bambang Tri Mulyono. Pria asal Blora itu baru saja keluar dari penjara untuk kasus pencemaran nama baik. Penulis Jokowi Undercover yang isinya mempermasalahkan latar belakang Jokowi.
Tuduhannya mengerikan tentang Jokowi yang keturunan China, keturunan PKI. Wow, asli atau palsu? Sudah dibantah bahwa tulisan-tulisan Bambang Tri Mulyono itu hoaks, tuduhan palsu tidak terbukti.
“Kok, pada ora ngilo githoke dewe ya.”(Kok nggak bercermin pada Leher belakangnya sendiri ya)”
Maksudnya kalau menuduh orang lain apakah tidak introspeksi dirinya dahulu. Apakah ia lebih benar, lebih berprestasi, lebih jujur dari orang yang dituduhnya.
Nyatanya banyak orang-orang sekarang ini yang yang ingin diperhatikan, ingin disorot, suka pansos.
Menuduh ijazah orang lain palsu sedangkan dirinya sendiri gelarnya palsu, mengaku doktor filsafat ternyata dari keterangan perguruan tinggi yang dulu pernah menjadi tempat kuliahnya, tidak mengakui ijazahnya karena banyak tugas yang tidak dikerjakannya sehingga dianggap gagal menempuh pendidikan doktoral.
Netizenpun sama saja, sudah banyak berita tentang pengakuan teman-teman Jokowi waktu di SMA, Di Fakultas kehutanan, masih saja tidak percaya dan memaksa untuk menunjukkan ijazah aslinya. Tunjukkan di pengadilan ! Ngueyele pol netizen.
Terus alasan lagi ketika ketika penggugat kalah karena cukup bukti akan ada alibi lagi, ya karena sedang berkuasa maka apapun kebenaran akan dimentahkan karena campur tangan pemerintah. Kalau meneruskan debat dengan mereka yang kontra dengan presiden selalu ada alasan tunjukkan saja ijazah aslinya, memangnya presiden tidak punya kerjaan, meladeni debat kusir yang tidak akan ada habisnya.
Luar biasa benar netizen Indonesia, banyak yang cerdas sebenarnya namun buang-buang tenaga untuk melakukan pekerjaan yang tidak produktif. Mempermasalahkan isu-isu hoaks yang sengaja dibuat benar untuk meramaikan gonjang-ganjing politik menjelang 2024.
“Sing waras ngalah.”
Pikiran jutaan netizen berbeda-beda, sudut pandang tentang sebuah masalah pasti beda, apalagi isu ijazah palsu yang menyangkut orang nomor satu sebuah negeri.
Pikiran yang diliputi kebencian, akan menghasilkan narasi menyudutkan, mencari-cari celah untuk menyalahkan dan menambahkan citra buruk bila ia terlanjur sakit hati, sebaliknya jika punya pikiran bersih, selalu terbiasa melakukan cek dan ricek menulis bijak tentang sebuah masalah.
Pemimpin berusaha diam untuk tidak memperlebar polemik, namun netizen, oposan, orang-orang politik memanfaatkan bola liar untuk memperkeruh keadaan.
Yuk, tidak perlu memperpanjang masalah, cari kegiatan yang produktif. Tarik Mas.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews