Ciri kemunduran Islam adalah saat agama ini bukan lagi dipraktekkan dengan baik, bukan lagi era menjaga ukhuwah, tapi agama lebih dipakai untuk mengejar kepentingan diri sendiri dan golongannya.
Umat Islam masih sering sibuk dengan cover daripada isi.
Dalam banyak bidang, umat Islam punya kekurangan di situ, tapi jarang yang mau mengakui apalagi mau berubah.
Ulama terkemuka timur tengah yang juga saya anggap pakar politik Islam Dr Yusuf Al Qardhawi pernah mengingatkan umat Islam agar beranjak dari sikap tertutup ke sikap terbuka, agar mereka beranjak dari sikap heroik ke meja riset, dan dari gaya ekstremitas ke gaya moderat.
Salah satu penyebab utama kenapa umat Islam susah maju dalam politik, karena mereka masih terbawa dengan semangat masa lalu yang pernah berjaya.
Tapi sayang, mereka salah dalam meletakkan kejayaan masa lalu itu dengan konteks kekinian. Terutama dalam hal politik di era demokrasi modern yang sudah berjalan 90 tahun belakangan di negara negara muslim.
Sebagai contoh sederhana, lihat saja bagaimana kekuatan PA 212 saat ini? Sudah hilang, lihat bagaimana kekuatan yang tidak mampu dikelola dengan baik menguap begitu saja.
Lihatlah bagaimana aktivis-aktivis Islam modal semangat tapi non skill, non jaringan, fakir miskin harta, non pengalaman, non ilmu, buta peta jalan, tapi semangat 45. Hanya sibuk berdebat tanpa isi, sibuk dengan judul bukan pada substansi.
Lihatlah bagaimana yayasan yayasan yang dipimpin umat Islam begitu tidak profesional dan penuh konflik kepentingan yang mengantarkan yayasan yayasan itu mundur bukan maju.
Lihatlah partai partai Islam yang dikelola dengan mental feodalisme dan bermodalkan heroik semata. Satupun partai Islam tidak punya kekuatan dan tidak ada yang punya otot sama sekali.
Meraih suara 10% saja tidak mampu, bahkan ada partai berumur setengah abad tapi mandul dan loyo. Hanya bikin gaduh dan ribut sesama partai Islam lain hanya karena fanatisme ideologi.
Lihatlah Ketua ketua partai Islam yang terlibat korupsi, uang yang mereka kejar ketika ketangkap KPK adalah uang receh. Sangat terlihat sekali mereka masih mencari makan dengan jalur partai masing-masing. Apesnya bawa bawa nama Islam.
Era pasca reformasi, semua partai Islam jadi pesakitan. Mereka bangga dengan ideologi ideologi masing masing dengan terus mengatasnamakan dakwah. Padahal gak ada hubungannya dengan dakwah secara substansial.
Belum lagi soal keuangan, partai partai Islam hampir semua miskin tapi merasa punya segalanya. Kalau dilihat secara objektif, mereka semua kelas bawah yang gak ngefek apa apa untuk pembangunan demokrasi.
Bagaimana mereka mau menguasai sumber daya yang besar dan dana? Sedangkan uang kecil saja mereka ributkan dan asyik berantem dengan diri mereka sendiri secara internal.
Bagaimana yayasan-yayasan yang mereka buat gaduh sendiri memperebutkan uang receh sesamanya. Bagaimana Islam mau maju dengan mental mental muslim begini?
Umat Islam tidak terbiasa Melakukan kritik ke diri mereka sendiri (self criticism). Karena terlalu terbiasa mencari kambing hitam dan menganggap mereka adalah korban konspirasi musuh.padahal ini murni karena ketidak-profesionalnya mereka dalam bekerja.
Terlalu suka menuduh orang lain. Tidak terbiasa berkaca pada dirinya sendiri. Jika ada muslim yang mengkritisi mereka dan memberi masukan, maka dengan gampang si pemberi masukan tadi di tuduh liberal, sekuler, anti dakwah, bahkan dianggap anti Islam. Betapa feodal dan cetek nya pikiran mereka.
Mereka sudah pasang mindset dan menanamkan mindset salah itu kepada follower-nya. Bahwa jika mereka dikritik, maka si pengkritik itu adalah musuh Islam dan musuh dakwah.
Waktu berjalan sedangkan mereka bertambah kerdil, tapi sayang, mereka gak mau melakukan muhasabah karena terlalu sibuk menyuruh orang lain untuk muhasabah.
Akhirnya kekuatan mereka seperti buih, bukan hanya tidak dianggap, tapi juga hanya jadi bahan tertawaan orang lain. Lebih buruknya lagi, gara gara mereka nama Islam ikut buruk karena mereka selalu membawa bawa nama Islam.
Selalu saja terjebak pada pola pikir sempit, pola pikir kerdil, dan kena penyakit megalomania. Merasa besar dan hebat, padahal selalu jadi pesakitan ketika bertarung.
Masa-masa begini adalah masa masa kemunduran. Dan salah satu ciri khas masa kemunduran Islam itu adalah saat banyak yang jualan agama untuk kepentingan politik mereka. Banyak yang terlena dengan tausiyah-tausiyah menipu yang meninabobokan.
Salah satu ciri kemunduran Islam adalah, saat agama ini bukan lagi dipraktekkan dengan baik, bukan lagi era menjaga ukhuwah. Tapi agama lebih dipakai untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri dan golongannya yang katak di bawah tempurung.
Tengku Zulkifli Usman
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews